PORTAL BREBES - Sejak WHO melaporkan temuan kasus cacar monyet di beberapa negara non endemik seperti Israel, Singapura, dan United Kingdom, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan tengah melakukan upaya pencegahan penyebaran penyakit yang ditemukan kali pertama di tahun 1958 itu.
Cacar monyet pada manusia pertama kali didentifikasi pada tahun 1970 di Demokratik Republic Congo (DRC). DRC secara rutin melaporkan lebih dari 1000 kasus sejak tahun 2015.
Mengapa sampai menjadi perhatian? Karena sejak 8 Mei 2022 hingga sekarang terjadi peningkatan konfirmasi. Kasus yang dilaporkan terjadi pada pelaku perjalanan ke wilayah non endemik.
Kabar terbaru cacar monyet mulai merambah Canada, Amerika, Portugal, Swedia, termasuk negara tetangga Australia.
Baca Juga: Ini Dia! Penghasilan Bonge 'SCBD' Dalam Satu Hari, Setelah Viral Citayam Fashion Week
Lalu seperti apa sih cacar monyet itu? Sebenarnya apa bedanya dengan cacar air dan campak? Yuk, kenali sejak dini!
Cacar monyet biasanya di dahului dengan demam lebih dari 38 derajat celcius. Setelah 1-3 hari akan muncul penampakan ruam seperti macula, papula, vesikel. Masyarakat awam mengenal fase ini sebagai lenting.
Perkembangan ruam cacar monyet cenderung lambat bisa mencapai 3-4 minggu. Dimulai dari kepala, lebih padat di wajah dan anggota badan serta muncul di telapak tangan dan kaki.
Lenting cacar air umumnya akan dirasakan nyeri oleh penderita. Data yang dirilis situs Kementrian Kesehatan mencatat tingkat kematian cacar monyet mencapai 3-6 persen.