Upaya Raden Wiratanu untuk mempertahankan daerah ini juga erat kaitannya dengan desakan Beland (VOC) saat itu yang ingin mencoba menjalin kerjasama dengan Sultan Mataram Amangkurat I.
Apalagi sejak tahun 1614 daerah Gunung Gede dan Gunung Pangrango ada di bawah Kesultanan Mataram.
Namun sikap patriotik Amangkurat I yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda mengakibatkan ia harus rela meninggalkan keraton tanggal 12 Juli 1677.
Baca Juga: Deni Rizky Setiawan Remaja Asal Tonjong Brebes Lulus Jadi Tentara Jalur Santri
Kejadian itu menunjukkan bahwa setelah itu Mataram terlepas dari wilayah kekuasaannya.
Sekitar pertengahan abad ke 17 ada perpindahan rakyat dari Sagara Herang yang mencari tempat baru di pinggir sungai untuk bertani dan bermukim.
Babakan atau kampung mereka dinamakan menurut nama sungai dimana pemukiman itu berada.
Baca Juga: Peringati HUT ke-51 Korpri, Kapolres Tegal Kota Kunjungi ASN yang Sakit
Seiring dengan itu Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga, keturunan Sunan Talaga, terpaksa meninggalkan Talaga karena masuk Agama Islam.
Sedangkan para Sunan Talaga waktu itu masih kuat memeluk agama Hindu.