Pada pertemuan ketiga bersaudara itu diadakanlah musyawarah dan mendapat suatu kesepakatan atau perjanjian yaitu Sapapait Samamanis (sama sama pahit sama sama manis) pahit atau manis dipikul bersama dalam satu perjuangan melawan penjajah yaitu Belanda.
R.Wangsanangga ditugaskan untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda di daerah Brebes sampai ke daerah Kuningan. Dalam perundingan ketiga bersaudara tersebut telah disepakati bahwa yang dapat menangkap atau mengalahkan R.Wangsanangga hanya oleh R.Safii atau R Singawinata.
Maka terjadilah pemberontakan yang sangat kuat sehingga pemerintahan Belanda di daerah tersebut.
Pusat pimpinan pemberontak terletak di Cikeusal dan sebagai panglimanya yaitu Ki Malangjiwa dari Cikuya, Ki Sangla dari Malahayu, Raksabala dari Bumihieum (sekarang bernama desa Kubangjati atau Ketanggungan), Ki Saragula dari Lemah Abang (Tanjung).
Karena tidak ada yang bisa memadamkan pemberontakan maka pemerintah Belanda mengadakan sayembara.
Isi dari sayembara tersebut adalah ” Barang siapa yang dapat menangkap pemimpin pemberontakan yaitu R.Wangsanangga akan diberi hadiah semintanya”.
Mendengar berita sayembara dari pemerintah Belanda, R.Safii dari Karawang dan R.Singawinata dari tanah Kareo mendaftarkan diri untuk mengikuti sayembara dari pemerintah Belanda.
Kedua orang tersebut bersatu melawan pemberontak dan akhirnya kepala pemberontak tersebut dapat di kalahkan.