UMKM Merajut Asa Untuk Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit

- 3 Desember 2020, 07:22 WIB
Sopuroh (45) warga Saditan Brebes, Jawa Tengah memperlihatkan informasi bantuan BPUM sebesar Rp2,4 juta yang diterimanya. Baginya bantuan itu sangat berarti untuk dapat bertahan dan melanjutkan usahanya di tengah pandemi.*(Foto: Marsis Santoso/Portal Brebes)
Sopuroh (45) warga Saditan Brebes, Jawa Tengah memperlihatkan informasi bantuan BPUM sebesar Rp2,4 juta yang diterimanya. Baginya bantuan itu sangat berarti untuk dapat bertahan dan melanjutkan usahanya di tengah pandemi.*(Foto: Marsis Santoso/Portal Brebes) /

PORTAL BREBES - Sofuroh (45) warga RT 06 RW 04, Kelurahan Brebes, Kec./Kab. Brebes sungguh tak menyangka ketika pada Senin 30 Desember 2020 salah satu anaknya yang mengecek ke aplikasi eform.bri.co.id/bpum memberi tahu kalau dirinya merupakan penerima Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif Usaha Mikro (BPUM) senilai Rp2,4 juta.

Ia tak menyangka karena selama ini hanya mendengar adanya warga yang menerima program BPUM Rp2,4 juta setelah mendapatkan SMS dari bank. Sementara dia yang juga telah mengajukan permohonan bantuan serupa tak kunjung mendapatkan bantuan dan SMS dari bank. Mendapat informasi itu langsung bergegas ke kantor BRI Cabang Brebes yang terdekat dengan rumahnya untuk menanyakan kepada petugas.

"Alhamdulillah, saya benar-benar dapat bantuan Rp2,4 juta. Tetapi pengambilannya harus ke Unit BRI Kaligangsa," kata Sofuroh dengan wajah bungah dan sedikit berkaca-kaca.

Baca Juga: Cara Membuat Pengharum Ruangan dari Bahan Alamiah

Bagi Sofuroh, bantuan sebesar itu jelas sangat membantu. Sebagai pedagang kelontong kecil-kecilan yang hanya mengandalkan pembeli dari tetangga kanan kiri, keuntungannya tidak seberapa dan hanya bisa untuk bertahan hidup sehari-hari. Terlebih sejak pandemi virus corona terjadi, penjualannya menyusut drastis. Karena para tetangganya yang menjadi pelanggan warung kelontongnya juga tertekan secara ekonomi akibat semua sektor usaha terpukul dan lesu.

"Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah yang mengulurkan bantuan ini. Akan saya gunakan semuanya untuk tambahan modal warung agar dagangan yang ada kembali seperti semula," ungkap Sofuroh.

Namun, masih menurut Sofuroh, hal lain yang tak kalah penting adalah harapannya agar pandemi virus Covid-19 ini benar-benar segera berakhir. Sebab hidup di tengah pandemi sangat terbatas dan sangat tidak nyaman. Maka ia sangat mendukung langkah-langkah yang dilakukan pemerintah termasuk bila harus melaksanakan vaksinasi massal untuk terbebas dari vurs penyebab Covid-19.

Sambutan dan dukungan atas adanya program BPUM juga diungkapkan Ketua UMKM Mitra Mandiri - Brebes, Dumadi, S.Mn, M.M yang dihubungi secara terpisah.

Menurut Dumadi, kalangan pengusaha kecil di Kabupaten Brebes khususnya yang tergabung di komunitas UMKM
Mitra Mandiri ejak pandemi Covid-19 mulai terjadi sekira bulan Maret 2020 kalangan pengusaha kecil menjadi kelimpungan. Adanya sebaran virus yang memaksa masyarakat tinggal di rumah atau pun beraktivitas namun dibatasi protokol kesehatan, menimbulkan dampak yang tak terkira sebelumnya.

Komunitas UMKM Mitra Mandiri Brebes tetap bertahan di tengah pandemi dengan terus berinovasi. Mereka yakin kesehatan pulih dan ekonomi akan bangkit. (Dok: UMKM Mitra Mandiri)
Komunitas UMKM Mitra Mandiri Brebes tetap bertahan di tengah pandemi dengan terus berinovasi. Mereka yakin kesehatan pulih dan ekonomi akan bangkit. (Dok: UMKM Mitra Mandiri)

"Rata-rata pelaku usaha kecil mengeluh akibat menurun tajamnya omset penjualan atas produk-produk yang dihasilkannya. Memang akhirnya pelaku usaha mulai beralih ke upaya penjualan secara daring. Namun karena keterbatasan pengetahun atas teknologinya, hingga saat ini belum terlalu signifikan pengaruhnya," ungkap
Ketua UMKM Mitra Mandiri tersebut.

Adanya bantuan Rp2,4 juta, kata Dumadi jelas sangat-sangat membantu. Karena para anggotanya yang menerima bantuan tersebut kebanyakan menggunakan dana tersebut untuk meningkatkan produksi. Ada yang untuk membuat label dan kemasan karena harus mengubah strategi penjualan dengan cara daring, namun tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk tambahan modal kerja.

Seperti halnya Sofuroh, Dumadi juga sangat berharap pandemi Covid-19 ini dapat secepatnya berakhir. Sebab ia sangat yakin bila kesehatan masyarakat pulih maka ekonomi akan bangkit dan bergerak maju. Maka, sebagaimana harapan para pelaku usaha, pemerintah dapat segera menuntaskan persoalan Covid-19 ini termasuk dengan pelaksanaan vaksinasi yang telah diprogramkan. Dan ia sangat yakin masyarakat dan termasuk kalangan UMKM sangat mendukung pelaksanaannya.

Diperoleh keterangan, rencana pemerintah untuk program vaksinasi memerlukan persiapan matang. Berbagai persiapan sudah dilakukan, mulai dari meninjau langsung fasilitas produksi vaksin di Tiongkok, melakukan uji klinik fase III di kota Bandung terhadap 1620 relawan, hingga menyiapkan sistem satu data terintegrasi, guna memastikan kelancaran dan ketepatan sasaran vaksinasi nantinya. Kementerian Kesehatan juga menyiapkan sumber daya manusia (SDM) seperti dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidan, dan vaksinator untu mempersiapkan program vaksinasi. Selain dari sisi kesiapan pemerintah, masyarakat juga perlu mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan saat vaksin datang.

Baca Juga: Dewi Aryani : BPOM Temukan Produsen Mie Kuning Di Kabupaten Tegal Pakai Bahan Pengawet

dr. Dirga Sakti Rambe M.Sc, Sp.PD, Vaksinolog menyampaikan “Yang pertama perlu diketahui adalah, vaksin itu produk biologis yang sangat rentan pada perubahan suhu. Oleh karena itu umumnya perlu disimpan pada suhu 2-8 derajat celcius, dan suhu ini harus dijaga dari pabrik sampai ke puskesmas. Ini yang disebut cold chain (rantai dingin). Kedua, Indonesia punya BUMN farmasi yang terpercaya, Bio Farma yang sudah memproduksi vaksin untuk diekspor ke 106 negara lebih, dan sudah diakui WHO. Ini tugas kita bersama untuk menjaga cold chain”, dalam Dialog Produktif bertema Setelah Vaksin Datang, Apa yang Perlu Disiapkan? yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (30/11).

Sembari menunggu proses kedatangan dan vaksinasi nanti, dr. Dirga menghimbau kepada masyarakat agar perlu mengetahui informasi yang benar terkait vaksin. Informasi yang benar dan terpercaya memberikan pemahaman yang lebih baik bagi masyarakat dan mengurangi keresahan dan keraguan yang timbul dari penyebaran informasi hoaks terkait vaksin. “Karena sekarang banyak sekali informasi yang tidak benar. Kedua, vaksin apa pun yang sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah dipastikan efektivitas dan keamanannya”, terang dr. Dirga.

Baca Juga: Hiasi dengan Tanaman Air, Jikalau Anda Bingung Dekorasi Rumah Agar Lebih Kekinian

Indonesia sendiri bukan sekali-dua kali melaksanakan program vaksinasi yang dikenal juga dengan program imunisasi rutin. Proses distribusi vaksin di Indonesia dari Aceh sampai Papua sudah menggunakan sistem cold chain yang baik, hingga ke pelosok negeri. “Kelengkapannya sudah standar misalkanya cold box, itu sudah tersedia semua di Indonesia”, kata dr. Dirga.

Masyarakat yang akan mendapatkan vaksinasi nantinya adalah orang dalam kondisi sehat. Untuk vaksin COVID-19 sendiri diberikan kepada dewasa dengan rentang usia 18-59 tahun. “Nanti dokter atau tenaga kesehatan yang menjadi petugas pasti akan melakukan pemeriksaan (screening) sebelum diberikan vaksin. Yang penting pada hari tersebut kita merasa sehat secara umum”, tegas dr. Dirga.

Untuk mematangkan persiapan vaksinasi, Kementerian Kesehatan tengah melatih 23.000 tenaga vaksinator, selain juga didukung ratusan ribu tenaga kesehatan lainnya. Kesiapan tenaga kesehatan di daerah-daerah juga tengah dipastikan untuk mendukung program vaksinasi nantinya.

Kemudian, masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) karena biasanya berdampak ringan dan segera sembuh dalam waktu satu dua hari. “Yang perlu masyarakat ketahui, manfaat vaksinasi itu jauh lebih besar dari efek sampingnya. KIPI itu mayoritas bersifat ringan seperti bengkak kemerahan di bekas suntikan, kemudian ada demam sebagai tanda vaksinnya bekerja”, ungkap dr. Dirga.

Keberadaan vaksin sangat penting dalam mengendalikan pandemi, tapi perlu disadari vaksin tidak seketika memusnahkan pandemi, “Kita harus sadari vaksin tidak bisa seketika menghilangkan pandemi, karena ada proses distribusi yang panjang, belum lagi jumlah penduduk kita yang lebih dari 260 juta jiwa, oleh karena itu sembari menunggu vaksin dan bahkan sampai nanti vaksinnya ada, kita harus terus menerapkan protokol pencegahan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman)”, terang dr. Dirga.***

Editor: Marsis Santoso

Sumber: Kominfo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x