Gus Yahya dan Peluang Kader HMI Berkiprah di PBNU

- 26 Desember 2021, 11:48 WIB
Saat Gus Yahya menjabat sebagai Ketua Umum HMI Komisariat FISIPOL-UGM
Saat Gus Yahya menjabat sebagai Ketua Umum HMI Komisariat FISIPOL-UGM /

PortalBrebes.com - Gus Yahya Cholil Staquf telah terpilih menjadi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026. Selamat, semoga NU semakin besar dan mengalami kemajuan di tangan keponakan Gus Mus ini.

Gus Yahya Cholil Staquf adalah kader HMI sewaktu kuliah di UGM Jogja. Memang gak biasa, ada kader HMI bisa menjadi Ketua Umum PBNU.

Tak biasa bukan berarti tak bisa. Tak biasa bukan berarti melanggar etika. Tak biasa itu hanya soal cara pandang manusia. Tapi sejarah punya logika yang dapat merubah kebiasaan itu. Sejarah selalu bergerak untuk mengubah yang tak biasa menjadi biasa.

NU adalah rumah besar milik warga Nahdhiyin dari berbagai etnis, kelompok, dan organisasi mahasiswa. Selama mereka beribadah cara NU, berpaham keislaman ala NU, menganut tradisi NU, dan punya latarbelakang keluarga, dan komunitas NU, maka mereka adalah warga NU. Meski tak punya KTA NU, karena NU tidak obral KTA.

Banyak kader HMI adalah warga NU, sebagaimana almarhum Rozi Munir, Syaefullah Yusuf (Gus Ipul), bahkan Nusron Wahid sebelum mendirikan PMII Cabang UI, kabarnya ia adalah kader HMI. Dan Gus Yahya Cholil Staquf, yang saat ini terpilih menjadi Ketua Umum PBNU di Muktamar Lampung 23-25 Desember adalah kader HMI.

Selama ini, HMI seperti kurang mendapatkan tempat di struktur kepengurusan NU. Seolah kalau sudah menjadi kader HMI, NU-nya luntur. Ini yang mesti diluruskan.

Beberapa kader HMI yang terakomodir di kepengurusan NU umumnya adalah mereka yang masih memiliki "darah biru" alias keluarga atau putra Kiai. Padahal, perkaderan di HMI tidak mengenal "darah biru" atau "darah putih". HMI adalah organisasi perkaderan yang memiliki tradisi egaliter dan dialektika yang kuat. Tradisi berpikir dan berkarir juga menjadi ciri khas HMI.

Sementara, tradisi perjuangan menjadi masalah, atau bahkan cenderung punah, di hampir semua organisasi ekstra kemahasiswaan. Di organisasi ekstra mahasiswa, dan juga organisasi masyarakat pada umumnya, para kader bukan hanya ingin belajar dan berjuang, tetapi seringkali menjadikan organisasi itu sebagai instrumen untuk berkarir. Nilai-nilai perjuangan organisasi cenderung luntur seiring dengan semakin besar kesempatan organisasi tersebut untuk dijadikan sebagai alat bergaining.

HMI memiliki pola perkaderan yang ketat dan sistematis, mulai Basic Training (LK 1), Intermediate Training (LK 2), Advance Training (LK 3) sampai Senior Course. Training ini menjadi syarat secara berjenjang untuk menduduki posisi struktural di Komisariat, Korkom, Cabang, Badko hingga PB HMI. Soal ini, HMI sangat ketat dan disiplin.

Halaman:

Editor: Ali Damsuki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x