Sejarah Stasiun Kereta Api Bumiayu Brebes, Dulu Hanya Sebuah Halte

- 7 Februari 2023, 22:53 WIB
Sejarah kereta api Bumiayu
Sejarah kereta api Bumiayu /

PORTAL BREBES - Di Kabupaten Brebes terdapat sejumlah Stasiun Kereta Api (KA). Selain Stasiun Bulakamba dan Ketanggungan, ada pula Stasiun KA Bumiayu.

Stasiun kereta api ini berlokasi di Jalan Stasiun, Dusun Taloksari Kulon, Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Dikutip dari laman resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero), Stasiun Bumiayu ini dulu hanya sebuah halte.

Begini sejarah Stasiun KA Bumiayu.

Stasiun Bumiayu merupakan salah satu stasiun kereta api kelas II yang berada di bawah manajemen PT KAI Persero Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto yang berada di ketinggian +236,45 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: Inilah Sejarah Stasiun KA Kota Tegal, Kapan Dibangun dan Arsiteknya Adalah...

Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Pasar Talok Sumber Rezek ± 230 meter, atau sebelah selatan Lapangan Talok ± 400 meter.

Pembangunan Stasiun KA Bumiayu ini bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya sepanjang 158 kilometer.

Pengerjaannya dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS) di bawah pimpinan SS yang ke-11, Ir. M.H. Damme (1913-1919), pada tahun 1916/1917.

Dan jalur tersebut merupakan bagian dari proyek jalur kereta api untuk jalur bagian barat (Westerlijnen).

Usulan pembangunan jalur rel Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya ini sebenarnya sudah disetujui dengan dikeluarkannya Undang-Undang 31 Desember 1912 (de Wet van 31 December 1912).

Baca Juga: Sejarah Tumenggung Martoloyo, Inilah Kiprahnya Sehingga Namanya Melegenda di Tegal

Karena keadaan selama Perang Dunia I, pelaksanaan konstruksi jalur rel tersebut menjadi tertunda.

Tujuan pembangunan jalur tersebut adalah untuk memperpendek jarak antara Jakarta-Surabaya.

Sebelumnya jalur yang ditempuh antara Jakarta-Surabaya selalu melewati daerah Priangan selatan yang berkelok-kelok melintasi perbukitan yang sering menanjak.

Sedangkan, untuk jalur yang melintasi Bumiayu ini memilik ketinggian tertinggi tidak lebih dari 340 meter, yang dapat di atasi antara Prupuk dan Purwokerto (56 kilometer) dengan kemiringan tidak lebih dari 14 persen dengan jalur melengkung sejauh 300 meter.

Pelaksanaan pembangunan jalur rel Cirebon-Prupuk/Margasari-Kroya dilakukan dari dua arah, yaitu utara (Cirebon) dan selatan (Kroya), serta dibagi dalam tiga tahap.

Baca Juga: Sejarah Slerok Tegal Jaman Belanda, Pernah Ada Lurah Tewas Ditembak Gegara Jadi Antek Penjajah

Tahap 1 dari Cirebon hingga Margasari, dan tahap 2 dari Kroya ke Patuguran. Kedua jalur tersebut diresmikan bersamaan pada 1 Juli 1916.

Kemudian tahap 3, pengerjaan jalur Margasari-Patuguran. Jalur tahap 3 ini merupakan jalur terberat karena banyak melintasi jurang. Sehingga jalur rel tersebut banyak memiliki lintasan rel dengan jembatan berkolom tinggi.

Jalur Margasari-Patuguran ini dibuka untuk umum pada 1 Januari 1917, dan sekaligus diresmikannya stasiun atau halte yang berada di lintasan tersebut.

Salah satu stasiun tersebut adalah Stasiun Bumiayu (Treinstation te Boemiajoe). Ketika didirikan, Stasiun Bumiayu masih merupakan sebuah halte (di bawah stasiun kelas III).

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Kelurahan Slerok di Kota Tegal, Jika Tahu Kisahnya Pasti Akan Tertawa

Stasiun Bumiayu memiliki 4 jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus. Jalur 2 digunakan sebagai sepur lurus arah ke Stasiun Kretek hingga Purwokerto, dan jalur 3 difungsikan sebagai sepur lurus arah ke Stasiun Linggapura hingga Cirebon.

Selain itu, di stasiun ini juga terdapat 3 sepur badug, dua sisi barat (menyambung di jalur 1 dan 4) dan satu sisi timur (bercabang dari jalur 1).

Stasiun KA Bumiayu ini tergolong stasiun yang ramai. Banyak kereta api yang melintas maupun singgah di stasiun tersebut. Emplasemennya pun terlihat bersih dan rapi.***

Editor: Dewi Prima Mayasari

Sumber: PT KAI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x