Kemudian Raden Aryo Wiryo memutuskan untuk meninggalkan Keraton dengan mengajak istrinya. Beberapa tahun kemudian, Raden Aryo Wiryo ini sempat mengabdi di Keraton Mataram yaitu pada zaman kejayaan Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Kelurahan Slerok di Kota Tegal, Jika Tahu Kisahnya Pasti Akan Tertawa
Dan saat pengabdiannya itu, Raden Aryo Wiryo ini ditugaskan oleh Sultan Agung untuk berangkat ke Cirebon. Kemudian Ia pun mengembara hingga sampai di bagian utara lereng Gunung Slamet. Hingga akhirnya, Raden Aryo Wiryo menetap di daerah tersebut.
Raden Aryo Wiryo ini adalah orang pertama yang membuka lahan perkampungan di tempat itu. Kemudian banyak orang yang berdatangan ke tempat tersebut untuk berguru kepada Raden Aryo Wiryo. Dan akhirnya mereka pun menetap di daerah itu.
Raden Aryo Wiryo memberi nama tempat tersebut dengan nama Kampung Keputihan. Artinya, daerah yang masih asli dan belum terjamah oleh peradaban agama selain agama Islam.
Suatu ketika, Kampung Keputihan itu didatangi oleh pengembara dari Pesantren Gunung Jati yaitu bernama Kyai Elang Sutajaya. Dia merupakan santri dari Syekh Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.
Baca Juga: Asal Usul Permainan Congklak, Anak-Anak Zaman Digital Nyaris Tak Mengenalnya
Kyai Elang Sutajaya ini bermaksud hendak menyebarkan agama Islam. Kemudian Raden Aryo Wiryo dan para pengikutnya itu pun berkenan untuk mendalami ajaran agama Islam dari Kyai Elang Sutajaya.
Singkat cerita, pada suatu saat Kampung Keputihan itu dilanda pagebluk seperti banyak tanah longsor dan juga penyakit gatal-gatal atau gudigan.
Kala itu, Kyai Elang Sutajaya langsung mengajak Raden Aryo Wiryo dan semua para warga Kampung Keputihan untuk berdoa kepada Allah SWT.