Sejarah Perang Margalunyu, Pertempuran Pasukan Bupati Brebes Raden Arya Singasari Panatayudha I dengan Belanda

17 Desember 2022, 17:33 WIB
Makam Bupati Brebes, Raden Adipati Arya Singhasari Panatayudha I di Desa Pesarean Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal /Portal Brebes/

PORTAL BREBES - Tahun 1800 VOC secara resmi dibubarkan oleh Kekaisaran Prancis. Belanda dikuasai oleh kekaisaran Prancis pimpinan Napoleon Bonaparte. Koloni-koloni Belanda di luar Eropa pun secara tidak langsung jatuh ke tangan Prancis. Hal ini tidak disadari orang orang Nusantara kala itu.

Di tahun ini pula, pemerintah kolonial Belanda menyetop kran impor pewarna pakaian sintetis dari Eropa untuk kebutuhan tekstil Belanda di Nusantara.

Sebagai penghematan, Belanda melaksanakan “Cultuurstelsel” atau tanam paksa pada rakyat Indonesia yaitu menanam pohon “Tarum” yang bisa menghasilkan warna biru.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Historis Kedekatan Antara Karawang dan Brebes

Dilansir laman facebook Legenda Kabupaten Brebes, Belanda memerintahkan setiap daerah jajahannya untuk menanamnya termasuk di Brebes.

Pada tahun 1878 kolonial Belanda memerintahkan Adipati Brebes saat itu, Raden Arya Singasari Panatayudha 3 untuk melaksanakan penanaman tarum di wilayahnya.

Maka didatangkanlah bibit tarum dari Petarukan Jawa Timur dan Pekalongan Jawa Tengah. Adipati juga sudah menyiapkan lahan disebelah barat Desa Cikeusal Kecamatan Ketanggungan seserta pabrik pengolahannya. Hingga saat ini, dusun tersebut dikenal dengan nama Dusun Tarum, sebuah dusun di Desa Cikeusal Lor.

Baca Juga: Sejarah Nama Brebes Muncul Zaman Mataram

Tidak disangka, ada seorang bawahan adipati Brebes yang sangat tidak suka pada Belanda. Dia menyiram biji biji tarum yang sedang dikumpulkan di pendopo Brebes dengan air panas, sehingga saat ditanam biji tarum tersebut tidak dapat tumbuh dan mati.  Hingga mungkin sampai saat ini, istilah “tarum burung atau tarum jelek” masih diingat oleh sesepuh Desa Cikeusal dan Dusun Tarum. Karena kegagalan itulah Belanda berencana akan menghukum Adipati Brebes.

Hal itu terdengar sampai ke telinga romo ayahnya Adipati Brebes yaitu Raden Adipati Arya Singasari Panatayuda 1 sehingga membuat geram.

Raden Arya Singasari Pranatayudha 1 merencanakan penyerangan ke pos-pos yang dikuasai Belanda. Melatih orang-orahf dewasa dari desa Cikeusal Ketanggungan, Larangan, Songgom dan Banjarharjo untuk menyerang Belanda dan menamai pasukan ini “Pasukan Sapu jagat “.

Penyerangan dimulai dari tempat tinggal romonya sang Adipati di Desa Cikeusal lanjut menyusuri Sindang jaya, Kamal, Larangan ke Songgom hingga Rajegwesi Kabupaten Tegal dimana ada pusat komando terbesar Belanda disana.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Antara Brebes dan Bumijawa Tegal

Perangpun berkobar, Romo Adipati Brebes, Adipati Brebes dan paman Adipati Raden Wangsanangga beserta bala prajurit Sapu Jagat bertempur sampai titik darah penghabisan hingga ke Pager barang Tegal. Banyak prajurit Sapu Jagat yang gugur demi membela ibu pertiwi.

Jalanan dipenuhi darah hingga terasa licin saat dipijak. Ini dikarenakan banyak dari prajurit sapu jagat yang gugur tertembak timah panas dari pasukan Belanda.

Perang memang tidak imbang bambu runcing melawan senapan. Karena itulah perang ini dikenal sebagai perang “MARGALUNYU “ atau jalan yang licin, karen darah yang berceceran di jalan.

Romo Adipati Brebes Raden Arya Singasari Panatayuda l gugur saat bertempur. Dan dimakamkan di Desa Suro Kecamatan Pagerbarang Tegal. Romo Adipati Brebes Raden Arya Singasari Panatayuda 1 diberi julukan “Mbah Suro”.

Sisa-sisa prajurit yang masih hidup kembali ke desa Cikeusal dibawah pimpinan Adipati Brebes Raden Arya Singasari Panatayudha 3 bersama pamannya Raden Wangsawangga.***

 

 

 

 

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler