Pengetahuan Tentang Penyakit Stroke Ala dr Nieke Indrawati Haryono

31 Maret 2022, 18:35 WIB
Dokter Spesialis Neurologi, dr Nieke berbicara tentang Stroke /DR Yogatama/

PORTAL BREBES – Bercerita tentang penyakit Stroke, kali ini ada Dokter Spesialis Saraf atau Neurologi dari Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes dan RS Harapan Sehat Slawi yang ingin berbicara tentang penyakit saraf yang paling sering dikeluhkan masyarakat yakni penyakit Stroke ala dr Nieke Indrawati Haryono.

Dokter dari lulusan undip itu mengatakan bahwa banyaknya orang yang mengaku tidaklah paham akan gejala Stroke sehingga tidak langsung membawa ke rumah sakit.

Hal itu akan mengakitbatkan keterlambatan penanganan dan yang paling berbahaya yakni menyisakan seuele atau gejala sisa yang bisa menyebabkan cacat seumur hidup.

Baca Juga: Rotasi Jabatan, Polsek Tegal Selatan Resmi Dipimpin Pejabat Baru

Penyakit Stroke yang paling penting diketahui masyarakat diantarana adalah kejadian mendadak.
“Bisa saja dari bangun tidur, pada saat aktivitas tinggi seperti olahraga, rapat dan lain sebagainya sehingga yang terjadi ketika pasien mengalami tiba-tiba terjatuh dan tidak sadar atau tidak bisa bicara, menjadi pelo, lemah separuh badan atau kesemutan separuh badan," katanya.

Sebagaimana diketahui, lanjut dr Nieke, seandainya masyarakat bisa menyadari terhadap hal itu semua, maka pasien segera bisa dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis dan harapannya adalah tidak ada gejala sisa.

dr Nieke menjelaskan, masyarakat sangat minim untuk pengetahuannya mengenai Stroke. Misalnya, sebagai contoh seperti ini, orang-orang yang biasanya sering kesemutan, pegel dan berat sisi sebelah kanan, maka akan melakukan penanganan sendiri misalkan pemijatan sendiri, dikerokin yang diduga oleh masyarakat hal itu adalah rata- rata masuk angin.

Baca Juga: Kurang dari 24 Jam, Polda Jateng Berhasil Ringkus Pelaku Curas Berdarah di Semarang

“ Itu adalah bisa saja gejala penyakit Stoke dan saya sering sekali ketemu dengan pasien yang seperti itu serta hanya meringankan gejalanya saja,” katanya.

Kemudian, dia menjelaskan bahwa jika tidak menggali lebih dalam terhadap keluhan dari pasien serta tidak memeriksa fisik secara langsung, maka yang terjadi adalah mereka akan melakukan tindakan hanya untuk meringankan gejalanya saja.

“Sebagai contoh, yang sering kali terjadi mereka akan membeli obat pusing seperti biasa diwarung yang mereka tidak tahu bahwa itu bisa saja kena penyakit Stroke,” ungkapnya.

Baca Juga: Kondisi Nenek Ruri Asal Lampung Membaik, Kemarin Ditemukan Sekarat di Pinggir Jalan Raya Pantura Brebes

Ada beberapa faktor dan resiko yang menyebabkan penyakit Stoke diantarana adalah Hipetensi (tensi tinggi), Diabetes Melitus (kencing manis), Obesitas, merokok dan Kolesterol yang tinggi.

Selanjutnya, setelah penyakit Stroke bisa tertangani dengan bagus dan tidak ada gejala sisa, namun itu semua juga harus diimbangi pola hidupnya.

Jika pola hidupnya tidak bisa diubah, maka untuk bisa terkena Stroke kembali akan mudah.
Karena, faktor terkena resiko penyakit Stroke ada yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan.

Baca Juga: Trending di Twitter, Pertamax dan Pertalite Jadi Bahan Perbincangan

“Bisa dikendalikan misalnya, berat badan, merokok, hipertensi, dan lainnya yakni dengan cara minum obat dan mengatur pola hidup. Sedangkan, yang tidak bisa dikendalikan adalah seperti jenis kelamin dan genetik,” ujarnya.

Mekanisme penyakit Stroke yang bisa terjadi dibagi menjadi dua yakni sumbatan dan pecah pembuluh darah.

Jika sumbatan, bisa berupa emboli yang berasal dari jantung dan bisa berupa dari plak dari kolesterol dan kemudian menyumbat akhirnya dapat menyebabkan permanen pada organ tersebut.

Baca Juga: Polres Pemalang Behasil Ungkap 14 Kasus Perjudian, 21 Tersangka Diringkus

Namun, jika pecah pada pembuluh darah, kondisi tersebut dapat memicu peredaran otak yang bisa berakibat kan fatal karena mengakibatkan pembengkakan otak dan matinya sel-sel pada otak.

“Artinya, tidak ada pasokan gula dan oksigen yang menuju ke area otak yang diperdarahi pembuluh darah itu sendiri yang mengakibatkan mati atau kelaparan yang bahasa medisnya adalah hipoksia,” ucapnya.

Jika terjadi Hipoksia tidak tertangani dan sumbatan masih berada diarea tersebut, maka proses selanjutnya adalah kematian otak.

Baca Juga: Awalnya Niat Ngerjain Atta Halilintar, Aurel Hermansyah Histeris Ketakutan Makan di Ketinggian

“Ketika otak mati, maka tidak bisa hidup kembali. Bayangkan, jika itu yang mati adalah yang mengatur pusat kesadaran yang sudah, kita akan mati,” jelasnya.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler