Selain itu, dia juga aktif mengkampanyekan penggunaan kontrasepsi melalui siaran radio RRI Yogyakarta dan berbagai seminar, serta meminta pemerintah untuk membuat kebijakan yang mendukung penggunaan kontrasepsi melalui sistem Kesehatan masyarakat.
Kampanye Sulianti mendapat penolakan dari pemerintah dan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Yogyakarta karena dianggap melanggar hak asasi manusia.
Penolakan ini lantas tidak menyurutkan semangat Sulianti dan para tokoh perempuan lainnya untuk terus mempromosikan keluarga berencana dan penggunaan kontrasepsi secara kelembagaan melalui YKK, PKBI, BKKBN dan lain sebagainya.
Namanya disematkan pada Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI), yang dibangun secara representatif di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Baca Juga: Golongan PNS Ini Dipastikan Tidak Mendapatkan Gaji ke-13 Tahun 2023, Apa Saja?
Dilansir dari laman Indonesia.go.id, dalam catatan sejarah kebijakan bidang kesehatan di Indonesia, Profesor Dokter Sulianti Saroso, MPH, PhD, adalah nama penting untuk setidaknya dua urusan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta keluarga berencana (KB). Ia peneliti dan perancang kebijakan kesehatan, dan tidak tertarik menjadi dokter praktek.
Dokter Sulianti Santoso pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan, dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) pada 1967.
Ia juga merangkap sebagai Direktur Lembaga Riset Kesehatan Nasional (LRKN). Dalam posisi itu, Profesor Sulianti memberikan perhatian besar pada Klinik Karantina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Klinik itu telah dikembangkannya menjadi RS penyakit menular sekaligus untuk keperluan riset penyakit menular.
Baca Juga: Kondisi Terkini Banjir Bandang Cianjur: Dua Jembatan Putus