Asal Usul Permainan Congklak, Anak-Anak Zaman Digital Nyaris Tak Mengenalnya

27 Januari 2023, 08:25 WIB
Ilustrasi permainan congklak /

PORTAL BREBES-  Congklak, adalah satu diantara sekian banyak permainan tradisional yang ada di Indonesia. Berbeda dengan lato lato, untuk memainkan congklak butuh 2 orang pemain yang duduk saling berhadapan.

Eksistensinya nyaris punah seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ditengarai anak-anak era digital tidak pernah sentuh permainan ini.

Konon katanya, sebelum menyebar ke masyarakat umum, permainan congklak hanya dilakukan oleh para wanita bangsawan kerajaan zaman dahulu.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Kudus ini Viral di Luar Negeri, Apakah Kamu Pernah Kesini?

Zaman dahulu, permainan ini lebih sering dilakukan oleh anak perempuan di kalangan wanita bangsawan. Oleh karena itu, congklak juga sering dicap sebagai “permainan gadis”.

Artikel berikut akan menjelaskan asal usul permainan congklak dan penyebutan terhadap permainan ini di sejumlah daerah di Nusantara.

Dikutip dari berbagai sumber, ternyata congklak adalah permainan yang  asalnya dari negara-negara Timur Tengah. Diperkirakan, permainan ini telah ada sejak 7000 hingga 5000 SM.

Baca Juga: Wisata Air Terjun Cipendok Ajibarang, Destinasi Murah yang Digemari Fotografer

Melalui jalur perdagangan, para saudagar negeri Timur Tengah yang melawat ke benua Asia telah mengenalkan pernainan ini di setiap persinggahannya.

Permainan congklak ini sangat memiliki banyak manfaat. Diantaranya melatih gerak, mengasah kemampuan berhitung, belajar sabar, belajar jujur, dan belajar memahami aturan.

Sementara, dari kutipan PORTAL BREBES di laman Dinas Kebudayaan Jakarta ditegaskan, permainan congklak biasa disebut dengan punggah.

Baca Juga: Penemuan Bayi yang Gemparkan Kelurahan Beji Pemalang Terungkap, Kapolres : Diduga Ada Hubungan Gelap

Permainan Congklak hanya dimainkan oleh dua orang, yang mana masing-masing pemain mendapat 7 lubang kecil dan 1 lubang besar yang saling berhadapan.

Biji Congklak berjumlah 98 buah yang terbuat dari bekas rumah keong-keong kecil, kerang kecil, atau biji sawo kecik.

Cara memainkannya yaitu semua biji congklak dibagikan secara merata ke dalam 14 lubang kecil. Masing-masing lubang berisi 7 buah biji Congklak.

Untuk memulai permainan, setiap lubang diisi 7 biji congklak. Sementara itu, dua lubang besar yang terdapat di kedua sisi ujung papan dibiarkan kosong.

Baca Juga: 33 Jenis Kayu Bertuah yang Banyak Diincar Orang, Nomor 13 Paling Dicari oleh Calon Pejabat

Saat permainan berlangsung, kedua pemain akan memindahkan biji-biji tersebut dari satu lubang satu ke lubang lainnya secara berurutan dan bergantian.

Cara memindahkan biji-biji congklak ini dilakukan oleh kedua pemain, searah dengan jarum jam.

Di mana satu lubang diisi oleh satu biji begitu seterusnya hingga biji yang digenggam di tangan pemain habis.

Di Indonesia, permainan congklak memiliki beragam sebutan, seperti di Jawa dikenal dengan sebutan congklak, dakon, dhakon atau dhakonan.

Baca Juga: Bejat! Seorang Ayah di Pemalang Tega Cabuli Putri Kandungnya Sendiri Sampai Hamil dan Melahirkan Anak

Di Sumatera dikenal dengan nama congkak. Di Sulawesi dikenal dengan beberapa nama, yakni mokaotan, manggaleceng, anggalacang dan nogarata.

Sedangkan di Lampung permana ini dikenal dengan nama dentuman lamban. Zaman dahulu, masyarakat Jawa Kuno memanfaatkan congklak untuk menghitung musim tanam dan musim panen.***

Editor: Dewi Prima Mayasari

Tags

Terkini

Terpopuler