Sejarah Desa Kemurang Wetan Kecamatan Tanjung Brebes, Kisah Mbah Kemurahan yang Dikenal Prajurit Mataram

21 Maret 2023, 19:08 WIB
Kantor Balaidesa Kemurang Wetan Kecamatan Tanjung Brebes /Portal Brebes /

PORTAL BREBES - Desa Kemurang Wetan merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Terletak di jalur alternatif ke arah Purwokerto atau Yogyakarta yang sekaligus sebagai akses menuju gerbang tol Pejagan – Kanci, sehingga terbilang ramai arus kendaraannya.

Kemurang Wetan juga memiliki sejarah awal mulanya terbentuk desa sekitar antara Tahun 1664 M.

Baca Juga: Sejarah Desa Keboledan Kecamatan Wanasari Brebes, Kisah Tanaman Ubi Jalar yang Buahnya Berukuran Raksasa

Dilansir dari laman resmi Desa Kemurang Wetan, sejarah ini ada beberapa versi menurut versi bapak Kaswad ( Kawag ).

Bahwa sebelum adanya perkampungan yang ramai saat ini dulu desa itu terdiri hanya dua rumah satu milik Mbah Jenggot (Mbah Jayim) dan istri, serta satu rumahnya Mbah Paku Aji (prajurit Mataram yang bersembunyi dari pelariannya atau dari kesatuan tentara yang gagal berperang melawan VOC di Batavia).

Menurut cerita turun temurun yang terakhir pada saat pagelaran sedekah bumi di sebuah makam keramat di Desa Kemurang Wetan 2010.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Cipugur, Sebuah Nama Dusun di Desa Banjaratma Kecamatan Bulakamba Brebes

Seorang pujangga Bpk. Dasta Desa dukuh cilik letaknya sebelah timur makam keramat konon Raden Paku Aji dengan keletihannya meminta air untuk berkumur ( kemuh ) sekedar membatalkan puasa sang prajurit harus membayar peralatan perangnya untuk mendapatkan air minum kepada Mbah Jenggot.

Akhirnya Raden Paku Aji mengucap “niki desa kanggo kemuh bae larang ( Kemuh Rang ) “ Ucapan kemuhrang sering di ucapkan Raden Paku Aji untuk menyindir Mbah Jenggot (Jayim) dengan maksud Mbah Jayim mengembalikan peralatan perang karena belum juga di kembalikan.

Akhirnya dukuh cilik itu di namakan Kemuhrang sehingga sampai saat itu dukuh cilik terus di tinggal penduduknya di karenakan susah dalam mencari air bersih untuk di minum meski di apit oleh dua sungai babakan dan bentiris.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Sigambir Brebes, Kisah Kuda yang Loloskan Bupati Pusponegoro Dari Kejaran Belanda

Sampai sekarang di Desa Kemurang Wetan tepatnya di dukuh cilik sangat susah mencari air bersih untuk di minum.

Menurut cerita atau dongeng orang tua Raden Paku Aji sering Juga di panggil Mbah Kemurahan sedangkan Mbah Jenggot biasa di panggil Mbah Kemurang.

Awalnya kedua orang tersebut hidup rukun dan bersama becocok tanam karena Raden Paku  Aji lebih pintar dalam bercocok tanam.

Raden Paku Aji (Mbah Kemurahan) memiliki banyak pengikut sebab itu lah Mbah Jayim, Mbah Jenggot iri hingga terjadilah cekcok perang mulut di sebuah dermaga ( gubug sawah ).

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Banjaratma Brebes, Ada Pohon Kesambi yang Tumbuh Berjajar

Akhirnya seluruh warga yang berjumlah empat kepala keluarga menyingkir dari dukuh cilik menuju kepinggiran kali kebuyutan yang sekarang menjadi saluran air sekunder pertanian dan menetaplah Mbah Kemurahan ( Paku a Ajiji ) di alas Krapyak alas atau hutan ini berisikan pohon berduri seperti pohon kepuh lamaran dan penjalin.

Setelah menetap di pinggiran kali kebuyutan Raden Paku Aji atau prajurit Mataram ini mengenal saudagar dari kulon yang memesan penjalin dalam jumlah banyak untuk di kirim ke keraton ka Cirebonan mulailah orang orangnya mbah kemurahan semakin banyak.

Di karenakan Mbah Kemurahan memiliki penghasilan atau pekerjaan rutinitas mbah kemurahan semakin tersebar luas sehingga pengikut mbah kemurahan semakin bertambah.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Sigambir Brebes, Kuda yang Menyelamatkan Bupati Pusponegoro dari Kepungan Belanda

Konon penjualan penjalin yang di jatuhkan ber bunyi Brak sampai saat ini pasar disitu di namakan pasar brak.

Penebangan tanpa penanaman kembali membuat tanah lapang dan mulai terisi rumah penduduk dan ketika berada di utara hutan krapyak ada sebuah pohon penjalin yang susah di tebang dengan senjata biasa pohon itu mengeluarkan percikan api ketika di tebang (cahaya).

Saat itulah Mbah Kemurahan teringat senjatanya yang di bayarkan untuk berkumur (kemuh) ke Mbah Jenggot kemudian sang mantan prajurit  atau Raden Paku Aji mendatangi mbah jenggot di dukuh cilik untuk meminjam senjata ( gaman ) miliknya ke Mbah Jenggot.

Hal ini membuat Mbah Jenggot marah karena anak dan menantunya meninggalkan mbah jenggot untuk mengikuti Raden Paku a Aji.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Banjaranyar, Sebuah Nama Desa di Kecamatan Brebes

Mbah Jenggot atau Mbah Jayim menantang beradu kesaktian dengan Mbah kemurahan, perang tandingpun tidak terelakan sehingga Raden Paku Aji menendang sebongkah batu besar kearah Mbah Jenggot.

Hingga terlempar sejauh seratus meter dari dukuh cilik kearah barat laut dan amblas kedalam tanah, Mbah Jenggot pun meninggal dalam keadaan erat menggenggam golok Milik Paku Aji.

Kemudian raden paku aji meminta anak mbah jenggot di makamkan berserta golok miliknya sampe sekarang orang menegenalnya sebagai makam watu.

Setelah bertahun tahun Mbah Kemurahan pun menetap di areal pertanian nya letaknya di dermaga kali bentiris, setelah meninggal dia di makamkan di samping gubug sawahnya orang lebih mengenal pesarean sebelah berat dukuh cilik sebuah kampong yang sedikit penduduknya konon dari situlah asal istilah “ Kemuh-rang”.

Demikianlah sekilas asal usul sejarah Desa Kemurang Wetan, Kecamatan Tanjung Brebes.***

 

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler