Sejarah Desa Kalinusu, Desa Terluas di Bumiayu Brebes

- 23 Maret 2023, 19:51 WIB
Desa Kalinusu merupakan desa terluas di Bumiayu
Desa Kalinusu merupakan desa terluas di Bumiayu /Instagram @inibumiayu/

PORTAL BREBES - Bumiayu merupakan sebuah kota kecil, dan kecamatan yang terletak di Brebes selatan, Jawa Tengah.

Meskipun kota kecil, di Bumiayu merupakan pusat aktivitas perekonomian dari barbagai kecamatan yang ada di Brebes Selatan karena adanya pasar induk yang cukup besar.

Di Brebes bagian selatan, terdapat beberapa kecamatan yaitu Bumiayu, Sirampog, Tonjong, Bantarkawung, Salem, dan Paguyangan.

Baca Juga: Sejarah Sidamulya Brebes, Sebuah Nama Desa yang Muncul Sejak Zaman Mataram

Bumiayu memiliki 15 desa di antaranya desa Bumiayu, Dukuhturi, Penggarutan, Adisana, Langkap, Jatisawit, Laren, Pamijen, Negaradaha, Kalierang, Pruwatan, Kalilangkap, Kalinusu, Kalisumur, dan Kaliwadas.

Dilansir dari kalinusu.desabrebes.id, Kalinusu adalah sebuah desa yang berada di sebelah barat desa Bumiayu.

Desa ini berada kurang lebih 7 km dari kecamatan Bumiayu, dan di dalamnya mengalir sungai Keruh dan Pemali. Kalinusu merupakan desa terpanjang, dan memiliki banyak sumber daya alam seperti hutan dan sawah.

Baca Juga: Sejarah Desa Karang Dempel Brebes, Sebuah Kisah Pangeran Angka Wijaya Keturunan Kerajaan Cirebon

Menurut sejarah, Kalinusu terdiri dari dua suku kata yaitu kali yang berarti sungai, dan nusu yang berarti menyusui.

Dari dua suku kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kalinusu adalah sungai untuk menyusui.

Ini tercermin dengan banyaknya warga pendatang yang datang ke desa Kalinusu, untuk sekedar mencari tempat tinggal dan menggarap hutan. Sebagian penduduknya bermata pencaharian petani.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Kabupaten Batang Jawa Tengah, Legenda Mengatakan Berasal dari Mengangkat Batang Kayu

Desa ini bisa dijangkau dengan menggunakan angkudes (angkutan pedesaan (Rp8 ribu) atau dengan ojek (Rp15 ribu).

Desa ini terdiri dari beberapa dukuh yaitu:

- Kedung Kandri

- Karanganyar

- Beji

- Kutagaluh

- Krajan Tengah

- Krajan Timur

- Kampung Baru

- Sitireja

- Petahanan

- Dukuh Kemiri

- Glempang

- Dukuh Saljan

- Maribaya

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Kota Pekalongan Jawa Tengah, Diambil dari Kata Halong Saat Keputusan Hindia Belanda?

Desa ini merupakan desa terluas yang ada di kabupaten Brebes. Bila ditinjau dari salah satu nama dusunnya yang bernama Kutagaluh, desa ini memiliki historis yang cukup tua.

Hal ini berkaitan dengan adanya kerajaan galuh purba, yang terletak di lereng gunung Slamet pada abad 6-7 M yang menjadi nenek moyang galuh sunda (pajajaran).

Jika ditilik dari kawasan hutan yang sangat luas (1.850 ha) di desa ini, di mana merupakan titik perlintasan antara hutan di Jawa Barat dan Jawa Tengah pada masa perang geriliya.

Baca Juga: Sejarah Babad Alas Kersana Brebes, Kisah Tiga Bersaudara yang Memegang Perjanjian Sapapait Samamanis

Daerah ini merupakan lokasi yang cukup strategis, untuk daerah pertahanan.

Hal tersebut karena ikut sertanya desa ini dalam perlintasan perang mulai zaman diponegoro, perang 45, DI/TII, dan hingga kini masih sering digunakan untuk lokasi latihan militer.

Perkembangan desa ini tak bisa lepas dari perjuangan seorang tokoh pejuang (kyai) petani diawal abad 20 (1917-an) yang bernama Ki Suradipa.

Baca Juga: Inilah Asal Usul Desa Karanganyar Kedungbanteng Tegal, Pernah Dijadikan Sebagai Markas Pejuang

Beliau berjuang membangun irigasi bersama-sama masyarakat sepanjang 7 km, sehingga bisa mengaliri sawah para petani seluas kurang lebih 500 ha.

pada saat itu desa Kalinusu terkenal menjadi desa 'tempuran' (tempat orang membeli beras) bagi desa disekitarnya. Desa ini juga terkenal sebagai basis perjuangan geriliya para pejuang kemerdekaan.

Desa Kalinusu hingga kini merupakan desa yang menjadi sentra produksi beras, namun infrastruktur yang menunjang jalur distribusi masih minim.

Baca Juga: Versi Lain Asal Usul Desa Dukuhjati Wetan, Pohon Jati yang Ditebang hingga Sebabkan Banjir

Salah satu tradisi yang masih menjadi pemersatu desa ini adalah acara Mauludan tiap malam 12 rabiul awal yang dihadiri para sesepuh, tokoh, dan masyarakat di desa ini.

Mauludan ini dilaksanakan di depan halaman Pemakaman Ki Suradipa yang memiliki luas kurang lebih 2 ha.

Acara tersebut menjadi 'pengingat' agar budaya pertanian tetap dijaga sesuai dengan ajaran islam yang hidup harmoni dengan alam.***

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x