Nampaknya sayembara yang diucapkan oleh putri kedaton itu terdengar oleh Raden Mangoneng asal Madiun.
Baca Juga: Sekilas Desa Petung Kendal Beserta Pemimpin Desa Dari Masa ke Masa
Kebetulan Raden Mangoneng sengaja datang ke Pemalang untuk mencari ilmu dan mencari kehidupan. Ternyata dalam sayembara yang diadakan oleh Sekar Arum hanya 2 orang pemuda saja yang berhasil mendaftar tak pelak kedua tokoh sakti tersebut memulai pertandingan di alun-alun keraton.
Perkelahian sengit dengan mengeluarkan beberapa tenaga dalam andalan telah makan beberapa jam lamanya. Namun, belum juga ada yang kalah.
Perkelahian itu akhirnya bergeser sampai ke daerah hutan lebat yang dikenal wingit, 30 km ke arah selatan. Daerah yang menjadi kekuasaan para dedemit itu, jalma mara jalma mati (siapa yang datang, pasti mati) dikenal dengan nama “Randu Alas”.
Baca Juga: Kisah Pemimpin Desa Pageruyung Dari Masa ke Masa, Mulai Dari 1920 Hingga Sekarang
Perkelahian dua tokoh sakti itu ternyata tidak selesai juga dalam satu hari, sehingga sekarang daerah tersebut dinamakan “Randudongkal”. Perkelahian pun digeser ke utara sedikit. Raden Mangoneng dan Patih Jongsari menyingkir untuk mengatur tenaga dan nafas, maka setelah ramai menjadi desa, daerah tersebut dikenal dengan nama “Desa Semingkir”.
Entahlah, tiba-tiba angin besar bertiup dengan kencangnya, 2 pemuda sakti itu terbang sekitar 15 km ke daerah utara. Di situ Raden Mangoneng melihat ada kubangan besar seperti gua ular setelah kakinya menancap di lumpur tengah hutan.
Dalam perkataannya, bila nanti daerah itu ramai maka dia menamakan daerah itu menjadi desa Lenggerong diambil dari kata “Gerong” (berlubang).
Baca Juga: Inilah Kisah Sejarah Desa Pageruyung Kendal Jawa Tengah, Asal Usul Pager dan Tanaman Ruyung