Begini Sejarah Singkat Desa Leban Kendal, Kisah Kyai Cagak Luas yang Arip dan Bijaksana

- 7 April 2023, 08:30 WIB
potret Desa Leban
potret Desa Leban /

PORTAL BREBES – Desa Leban merupakan salah satu desa di Kabupaten Kendal yang terletak di Kecamatan Boja.

Desa Leban memiliki luas wilayah 215,395 Ha, yang jarak dari Kecamatan 8 Km dan lama tempuh ke kecamatan 25 Menit. Sedangkan jarak dari Kabupaten 35 Km dan lama tempuh ke Kabupaten 1 jam.

Menurut sejarah Tutur dan Ghaib, ada seorang yang arip dan bijaksana yang bernama Kyai Cagak Luas sebagaimana dilansir dari Pemdes Leban.

Baca Juga: Sejarah Desa Banjaranyar Kecamatan Randudongkal Pemalang, Sebuah Kisah Mbah Danasari Raden Agung

Dia seseorang yang mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk memperjuangkan agama islam. Ia juga memiliki 5 memiliki murid yakni Kyai Pragulopati, Kyai Jumardi, Kyai Lasidin, Kyai Raden Sayid Parugo dan Kyai Trukoyoso.

Murid – murid tersebut gigih dan semangat untuk menimba ilmu dari Kyai Cagak Luas.

Kyai Cagak Luas beranggapan bahwa kelima muridnya sudah mampu dan cukup ilmunya, kemudian Kyai Cagak Luas menyuruh murid – muridnya untuk meneruskan / menyebarkan Agama Islam, yang sebelumnya mereka sudah dibelaki semua dengan pusaka.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Jatiroyom Kecamatan Bodeh Pemalang, Desa yang Memiliki Arti Pelindung

Murid I, diberi pusaka, kemudian pusaka tersebut dilempar ke suatu tempat oleh Kyai Cagak Luas sambil berkata : maka hancurlah yang harus menyebarkan agama di tempat itu. Ternyata pusaka itu jatuh ke daerah Sigowo Gunungpati, disitulah Kyai Pragolopati berdakwah dan menyebarkan agama islam di daerah Sigowo Gunungpati.

Murid II, bernama Kyai Jumardi diberi pusaka “Tampah” kemudian dibuang oleh Kyai Cagak Luas sambil berkata seperti pada murid I, pusaka tersebut melayang ke arah timur, jatuh di daerah Banyu Meneng Demak, maka Kyai Jumardi berjuang menyebarkan Agama Islam disana dijuluki Kyai Bodo.

Murid III, bernama Kyai Lasidin diberi pusaka “Kepala Kambing” dan dibuang jatuh di daerah Tersono Kabupaten Batang.

Baca Juga: Sejarah Singkat Desa Parunggalih Kecamatan Bodeh Pemalang, Berdirinya Desa Berawal Peperangan Diponegoro

Murid IV, bernama Kyai Raden Sayid Parugi diberi pusaka “Gembel Jati” dan dilempar kemudian dibuang dan Jatuh di daerah Blandang.

Murid V, bernama Kyai Trukoyoso diberi pusaka “Cangkir Gading” kemudian dibuang keatas dan hilang tidak dietahui jatuhnya. Lalu Kyai Cagak Luas berkata kepada Kyai Trukoyoso menyebarkan agama islam ditempat yang tidak menentu dan selalu berpindah – pindah.

Suatu saat Kyai Trukoyoso menuju suatu tempat yang hanya dihuni seorang perempuan, itupun tinggal disuatu gubug, dan tempat itu dinamai Segubug. Beliau tinggal di Segubug bersama perempuan itu bersama –sama menyebarkan agama islam. Perempuan tersebut bernama Nyai Resi.

Baca Juga: Sejarah Desa Kwasen Kecamatan Bodeh Pemalang, Desa yang Mempunyai Arti Ikut Merasakan Kekuasaan

Setelah lama berdakwah agama makin lama makin banyak pengikutnya / santrinya. Karena Kyai Trukoyoso belum beristri maka beliau mempersunting salah satu santrinya, namun sampai sekarang belum diketahui nama istrinya.

Suatu hari Kyai Trukoyoso berfikir, karena pengikutnya makin banyak beliau akan hijrah untuk meneruskan perjuangannya ditempat lain.

Beliau juga mengajak Nyai Resi turut serta tapi Nyai Resi tidak mau dengan alasan tidak tega meninggalkan santri – santrinya yang setia. Tidak lama Nyai Resi membuka daerah baru yang masih semak belukar hanya tumbuhan Glogah kemudian daerah itu diberi nama Glogah.

Baca Juga: Asal Usul Desa Campurejo Kendal, Sebuah Desa yang Berasal dari Kata Campur dan Rejo, Ini Kisahnya

Karena Nyai Resi tidak mau maka Kyai Trukoyoso bersama istrinya meneruskan perjalannya sampai suatu waktu berhenti disebuah sungai disitu ada hewan ketal / bulus. Dan ditempat tersebut dinamai Sungai Sebulus.

Mereka tinggal didaerah tersebut. Belum lama mereka tiba – tiba hujan turun tidak henti – hentinya, karena derasnya hujan sungai tersebut banjir sehingga ada sebuah batu terkena hantaman banjir sampai terpental kearah utara.

Jatuh tersumbat sungai yang agak sempit dan batu tersebut tidak bisa hanyut sehingga menyumbat aliran sungai, maka terjadilah luapan air sampai  di daerah Kyai Trukoyoso tinggal, Kyai Trukoyoso sedang semedi dan tidak memperdulikan hal itu, lalu istrinya menjerit – jerit dengan berkata “keleban – keleban” lalu Kyai Trukoyoso bangun dari semedinya dan keluar rumah.

Baca Juga: Cerita Singkat Desa Banjarejo Kendal, Kisah Mbah Kolo Boyo, Ki Jembrok dan Nyai Among Sari

Air tersebut belum sampai ke rumah beliau, lalu Kyai berjalan kearah timur sambil mengatakan Bakalan kelaban. Jadi daerah yang diinjak Kyai Trukoyoso dinamakan Bakalan, sedang yang diinjak Nyai dinamakan Leban.

Atas Ketaqwaan dan berkah doa beliau walaupun daerah tersebut dekat sungai sampai sekarangpun belum pernah terkena banjir / keleban.

Beliau berdua sudah rentan dan tidak bisa meneruskan perjuangannya, Kyai diberikan cobaan sakit mata sampai buta / pece. Sedang mbah Nyai sakit Gondok. Maka yang membuka daerah Leban adalah Mbah Condok alias Pece sama Gondok.

Baca Juga: Cerita Singkat Desa Banjarejo Kendal, Kisah Mbah Kolo Boyo, Ki Jembrok dan Nyai Among Sari

Demikianlah sejarah singkat Desa Leban Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah.***

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x