Sejarah Masuknya Ajaran Agama Islam ke Desa Longkeyang Kecamatan Bodeh Pemalang

- 24 April 2023, 16:15 WIB
Desa Longkeyang Kecamatan Bodeh Pemalang
Desa Longkeyang Kecamatan Bodeh Pemalang /Pemdes / Portal Brebes /

PORTAL BREBES - Desa Longkeyang tidak lepas dengan ajaran agama Islam, begini Sejarah masuknya agama Islam, dilansir dari laman resmi pemerintah Desa Longkeyang.

Desa Longkeyang merupakan sebuah nama desa yang berada di Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.

Orang yang pertama mengajarkan ilmu Agama Islam Di Longkeyang

Menurut Tokoh sejarah yang bersumber dari sesepuh kauman Longkeyang diantaranya, Romo Kyai Kasad, Romo Kyai Castro, Mbah Dahun, Mbah Rasadi, Nyi Jariyah ( istri dari Romo Kyai Tarji’an ) dan lain-lainnya yang tidak kami sebutkan satu persatunya, bahwa orang yang pertama mengajarkan Agama Islam di desa Longkeyang adalah Mbah Kyai Nafsiah,Mbah Kyai Qoyimah dan Mbah Kyai Kholifah.

Baca Juga: Begini Sejarah Desa Longkeyang Kecamatan Bodeh Pemalang, Beperapa Versi Asal Mula Desa Terbentuk

Antara mereka ada garis keturunan yang sama terutama Mbah Kyai Qoyimah dengan Mbah Kyai Kholifah, beliau mbah kyai Qoyimah adalah kakak dari mbah Kholifah, sedangkan Mbah kyai Nafsiah masih ada garis keturunan dari mereka berdua Mbah Qoyimah dan Mbah Kholifah.

Dalam sejarah disebutkan bahwa dahulu kala orang – orang Longkeyang menganut ajaran tarjumah semua, yang dibawakan dari ketiga tokoh islam tersebut. Berikut beberapa kisah tokoh islam pembawa kitab tarajumah di desa Longkeyang. Adapun dari ketiga tokoh diatas kami kesulitan melacaknya hanya Mbah Kyai Kholifah saja yang sedikit kami tahu dari sesepuh kauman.

Periode perkembangan Ajaran Rifaiyah Tarajumah di Desa Longkeyang.

Dari sejarah membuktikan seorang figur pemimpin adalah yang mau menumbuhkembangkan ajarannya ataupun organisasinya, baik melalui pengkaderan ataupun dengan cara yang lain yang penting organisasinya ataupun ajaran sang tokoh islam tersebut bisa berkesinambungan terus menerus.

Baca Juga: Sejarah Desa Panjunan Kecamatan Petarukan Pemalang, Desa Terbentuk Sejak Kerajaan Mataram

Berikut periode sejarah menmgenai tokoh-tokoh penerus perjuangan dari murid Pertama Syeikh H. Ahmad Rifa’i yatiu mulai dari Romo Kyai Nafsiyah, Romo Kyai Qoyyimah, Romo Kyai dan Romo Kyai Kholifah.

Beliau bertiga Adalah pertama dan sekaligus yang melihat sosok ulama’ jawa berkharismatik tinggi yaitu Syaikh Ahmad Rifa’i, sewaktu ulama Kharismatik jawa tersebut itu singgah di Longkeyang walaupun hanya sebentar.

Tatapi melahirkan generasi generasi yang bisa dipertanggung jawabkan contohnya yang ketiga Romo Kyai tersebut( Nafsiyah, Qoyimah, Kholifah). Didalam segi sepakterjang dari ketiga tokoh islam di Longkeyang yang peling mneonjol sekaligus banyak program yaitu Romo Kyai Kholifah.

Sebagai bukti yang autentik didirikannya mushalla dan masjid dan rumah-rumah Khusus untuk mengaji. Karena kecerdikan Romo Kyai Kholifah dalam Syi’ar agama Islam maka tumbuh berkembang kegiatan pengajian rutin yang di adakan kala itu.

Urutan tokoh Islam Dalam memperjuangkan Agamanya di Desa Longkeyang.

Baca Juga: BEGINI! Sejarah Desa Ngasinan Kendal Berdiri, Legenda Kyai Tetur dan Taji yang Gali Sumur Namun Terasa Asin

Dalam urutan sejarah yang bersumber dari sesepuh desa Longkeyang bahwa yang pertam adanya Mubaligh atau Kyai ( tokoh Islam ) di Desa Longkeyang adalah Sebagai berikut:

1.Romo Kyai Nafsiyah (1834 M)

2.Romo Kyai Qoyimah (1850 M)

3.Romo Kyai Kholifah / Mbah Kholifah (1870 M)

4.Romo Kyai Toyibah (1879 M)

5.Romo Kyai Tarji’ah / Mbah Ma’un (1885 M)

6.Romo Kyai Tarminah (1890 M)

7.Romo Kyai Burhan / Mbah Casmin (1895 M)

8.Romo Kyai Waslim / Mbah Mu’adah (1930 M)

9.Romo Kyai Wasmad (1940 M)

10.Romo Kyai Tarji’an (1945 M)

11.Romo Kyai Kasad bin Mukhtari (1990 M)

Berikut ini periode masa kepemimpinan dari kesebelas tokoh islam pembawa ajaran tarjumah didesa Longkeyang :

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Petanjungan Pemalang, Sebuah Kisah Raja Mataram Amangkurat I

1.periode pertama pertengahan abad 19 Romo Kyai Nafsiyah ( 1834 M)

Pada Awal sejarah perkembangan ajaran syekh Haji Akhmad Rifa’i di desa Longkeyang kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang, semua masyarakat Longkeyang mengikuti ajaran tarajumah semua, yang pada waktu itu penduduknya sekitar kurang lebih 2000 jiwa.

Penduduk Longkeyang mengenal dan mendalami kitab karangannya Syekh Haji Akhmad Rifa’i atas bimbingan dari tokoh penyebar islam tarajumah yang secara keilmuannya dan tingkat kecerdasannya sangat patut diberi penghargaan dan di samping itu banyak melahirkan generasi yang profesional yang bisa dijadikan panutan.

Menurut keterangan dari sesepuh kauman, Romo Kyai Nafsiyah adalah orang pertama menyebarkan Agama Islam di desa Longkeyang dan beliau juga seorang tokoh yang pemberani yang pada jaman dahulu desa Longkeyan hanya hutan belantara dan masih banyak binatang buasnya.

Romo Kyai Nafsiah berasal dari desa Longkeyang kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang, baliau Lahir pada tahun 1834 yang Istrinya bernama Nyi Nafsiyah.

 Mungkin disini bila dikaitkan dengan kisah sejarah berdirinya Desa Longkeyang yang menurutu sumber cerita orang yang pertama mendirikan Desa Longkeyang yaitu Mbah Blondo dan Nyi Blondo tapi mungkin kami dari tim penelusur sejarah, tidak membahas tentang adanya perwujudan sebuah desa yang kenapa dinamakan Longkeyang.

Karena keterbatasan kami dalam penelusuran banyak sekali kesibukan dan juga kurangnya tim dalam penelusuran sejarah, mungkin insyaAllah kita telusuri kisah desa Longkeyang kalau Allah mengijinkan dan kalau punya waktu yang cukup.

Murid yang sebagai penerus perjuangan islam pada waktu itu ialah Romo Kyai Qoyyimah dan Romo Kyai Kholifah, dan beliau bertiga bersama-sama memperjuangkan Agama Islam, padahal pada waktu itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan orang-orang Jepang. Tetapi dengan keberanian beliau bertiga mereka tetap eksis mengajarkan ilmu agama walaupun penuh hambatan.

Baca Juga: Sejarah Pekalongan : perkiraan batik sudah ada sekitar tahun 1800

2.Periode kedua sekitar tahun 1850 Romo Kyai Qoyimah meneruskan perjuangan dari Romo Kyai Nafsiah.

Setelah Romo Kyai Nafsiah wafat kepemimpinan organisasi Longkeyang dipegang alih oleh Romo Kyai Qoyimah yang pada saat itu menjadi murid angkatnya.

Beliau Romo Kyai Nafsiah memperjuangkan ajaran tarajumah didesa Longkeyang dengan metode yang begitu unik yaitu dengan melagukan syair-syair jawa karangan syekh Haji Akhmad Rifa’i.

Dan pada sekitar tahun itu masyarakat Longkeyang banyak sekali yang mengikuti pengajiannya, setelah cukup lama menyebarkan agama islam dengan ajaran tarajumah barulah adiknya yang bernama Romo Kyai Kholifah yang pada saat itu masih kecil ikut mengaji kepada beliau, dan setelah Mbah Kholifah remaja ikut membantu kakaknya Romo Kyai Qoyimah untuk mengajarkan ilmunya kepada masyarakat setempat.

Dan setelah Romo Kyai Kholifah sudah dewasa, Romo Kyai Qoyimah menyuruh adiknya untuk pergi menuntut ilmu ke pondok pesantren. Sebelum Romo Kyai Kholifah berangkat nyantri (mondok) ke pesantren ada suatu kejadian yang tak terduga, yaitu Romo Kyai Nafsiah, Romo Kyai Qoyimah dan Romo Kyai Kholifah bertemu dengan ulama karismatik yang bernama Syekh Haji Akhmad Rifa’i di sekitar desa Longkeyang, konon sejarah pada waktu itu sang pemberontak yaitu bangsa belanda mengejar Syekh Haji Akhmad Rifa’i yang berlari dan mengungsi di sekitar desa Longkeyang.

Tetapi dengan ijin Allah SWT belanda tidak bisa mengejar Syekh Haji Akhmad Rifa’i, dan tanpa di duga disitu Romo Kyai Nafsiah, Romo Kyai Qoyimah dan Romo Kyai Kholifah bertemu dengan Syekh Haji Akhmad Rifa’i yang sedang bersembunyi disekitar desa longkeyang tersebut.

Mereka bertiga langsung berbincang-bincang memperkenalkan dirinya masing-masing dan akhirnya merekapun akrab. Dalam perbincangan mereka kami dari penelusur sejarah tidak tahu apa yang di perbincangkan. Tetapi wal hasil mereka bertiga Romo Kyai Nafsiah, Romo Kyai Qoyimah dan Mbah Kholifah pulang ke rumah menghasilkan ilmu yang di ceritakan oleh Syekh Haji Akhmad Rifa’i.

Setelah syekh Haji Akhmad Rifa’i pulang kekalisalak mereka bertiga langsung sepakat untuk memperjuangkan ajaran tarajumah yang dibawakan oleh Syekh Haji Akhmad Rifa’i.

3.Periodeketiga masih dalam pertengahan abad 19 perjuangan Romo Kyai Nafsiah dan Romo Kyai Qoyimah diteruskan oleh Romo Kyai Kholifah (Mbah Kyai Kholifah) pada tahun1870 M yang sekarang dikenal sebagai deretan Murid dari Syekh Haji Akhmad Rifa’i sang ulama yang begitu karismatik, berwibawa dan penuh gudang ilmu agama.

Mbah kyai Kholifah nama lengkapnya adalah Syekhina Kholifah Istrinya bernama Nyi Kholifah dahulu sebuah nama dijadikan satu, terkadang misalkan ayahnya namanya si A anaknya ikut nama si A, begitulah konon ceritanya.

Baca Juga: Begini Sejarah Singkat Desa Leban Kendal, Kisah Kyai Cagak Luas yang Arip dan Bijaksana

Syekhina Kholifah berasal dari desa Longkeyang kcamatan Bodeh kabupaten Pemalang dan mempunyai seorang Kakak bernama Mbah Qoyimah, sekitar pertengahan abad XIX atau sekitar tahun 1870. Mbah kyai Kholifah pernah berguru kepada Syekhina Haji Ahmad Rifa’I bin Muhammad marhum ( 1786 – 1875 ), Pendiri dan pembangun ajaran dan tuntunan tarajumah Rifa’yah, selama kurang lebih tiga tahun.

Selama masa remajanya Mbah Kholifah sering bersama-sama dengan Mbah qoyimah kakaknya bekiau. Pada saat itu menurut nara sumber sesepuh kauman, bekiau berdua ( Mbah Qoyimah dan Mbah Kholifah adiknya ) pertama bertemu dengan Gurunya yaitu Syekhina Haji Ahmad Rifa’i pada masa penjajahan belanda, dan disitu Syekhina Haji Ahmad Rifa’i sedang berkelana atau mengamati negeri ini sampai ke daerah Longkeyang, di daerah tersebut Syekhina Haji Ahmad Rifa’i bertemu dengan Mbah Qoyimah dan Mbah Kholifah.

Setelah berbincang-bincang dengan Shekhina Haji Ahmad Rifa’i akhirnya mereka berdua diajarkan kitab Tahyiroh ( rukunan ) setelah beliau berdua hafal kitab tersebut, Syekhina Haji Ahmad Rifa’i pulang ke Kalisalak, tetapi sebelum ke Kalisalak Syekhina Haji Ahmad Rifa’i melanjutkan perjalanan menuju ke Tanah Baya kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang.

Mbah kholifah dan mbah qoyimah setelah bertemu dengan syekhina Haji Akhmad Rifa’i, langsung menyampaikan ilmu yang diajarkan dari H.Akhmad Rifa’i kepada istrinya. Setelah beberapa bulan mbah Kholifah mempelajari ilmu yang diajarkan oleh Syekhina Haji Akhmad Rifa’i dengan tekun dan teliti dan penuh kesabaran, beliau berkeinginan berguru lagi untuk menambah ilmu dan meperluas wawasannya.

Akhirnya beliau mbah kholifah dengan niat bulat dan tekat yang suci pergi berguru ke syeikh H. Ahmad Rifa’i yang pada waktu itu masih di kalisalak. Senentara mbah qoyimah tidak itu berguru karena mungkin masih banyak kesibukan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Mbah khoplifah belajat(berguru) kepada Syekh H.Ahmad Rifa’i kurang lebih selama tiga tahun dan mendalami ilmunya disana. Setelah selesai berguru mbah kholifah pulang ke Longkeyang, dan menurut sumber cerita mbah kholifah berguru pada Syeikh H. Ahmad Rifa’i sambil berdagang unuk membiyayahi kehidupannya dalam menuntut ilmunya.

Mbah Kholifah sendiri sudah berguru yang paling utama di ajarkan pada keluarganya terutama istrinya Nyi Kholifah adalah hafalan surat Fatikhah, hafalan syahadad dan praktek shalat. Berkat kecerdasan dan keuletan serta kewibawaan beliau Alhamdulillah pada masa itu masyarakat Longkeyang semua mengikuti ajaran tarajumah yang dibawakan oleh mbah kholifah.

D)Uraian Mata Rantai Guru Mbah Kholifah dalam mendalami ilmunya di pesantren Kalisalak.

Baca Juga: Sejarah Desa Banjaranyar Kecamatan Randudongkal Pemalang, Sebuah Kisah Mbah Danasari Raden Agung

Agar kita makin bertambah kemantapan didalam mengikuti dan mengamalkan ajaran dan tuntunan dari murid Syeikh H. Ahmad Rifa’i berikut penjelasan mata ranatai guru-gurunya Mbah Kholifah :

Mbah Kholifah dalam mendalami ilmunya mengikuti mata rantai yaitu Syeikh H. Ahmad Rifa’i Ibnu Muhammad Almarhum. Agar kita makin bertambah yakin dan mempunyai kemantapan bahwa ajaran tarajumah yang dibawakan oleh murid Syeikh H. Ahmad Rifa’i yatiu Mbah Kholifah adalah benar-benar mempunyai dasar yang kuat yaitu Al Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas.

Dan Imam Abdullah berkata Isnas atau sandaran keilmuan termasuk bagian penting dari agama sebab seandainya tanpa sanad maka seseorang dapat berkata sekehendaknya. Berdasarkan dalil tersebut perlu kiranya diketahui kepada siapa Mbah Kholifah berguru :

A. Allah SWT.

B. Nabi Muhammad SAW.

C. Mengikuti mata rantainya Syeikh H. Ahmad Rifa’i

D. Mbah Kholifah.

Kemudian setelah mendalami berbagai ilmu agama di Pesantren Kalisalak Batang Mbah Kholifah pulah ke daerah asal yaitu desa Longkeyang Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang. Murid Syeikh H. Ahmad Rifa’i yang bernama Mbah Kholifah ini banyak menumbuhkan kader generasi yang kompeten serta pakar, pemikir, dan mubaligh di sekitar Longkeyang.

Mbah Kholifah Wafat sekitar abad ke-20 dimana yayasan tarajumah baru dibentuk. Pada tahun 1880 dan di makamkan di sebelah utara desa Longkeyang.

Romo Kyai Kholifah dalam perjuanganya tak kenal lelah, beliau selalu tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT setiap ada masalah. Dalam segi pengkaderan beliau memupuk putra-putri anak didiknya yang konon pada waktu itu SDM (sumber Daya Manusia) masih minim alias masih rendah, disamping itu masih banyak kerusuhan akibat adanya penjajah belanda yang membuat suli untuk menyebarkan agama Allah di desanya.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Jatiroyom Kecamatan Bodeh Pemalang, Desa yang Memiliki Arti Pelindung

Berkat ketekunan beliau akhirnya banyak masyarakat yang sudah mengenal huruf-huruf arab walaupun pada waktu itu hanya sekedar biasa saja, tetapi kalau dilihat kepekaan berfikir orang-orang jaman dulu dengan orang-orang jaman sekarang sangat jauh berbeda.

 Orang jaman dahulu misalkan belajar ataupun hafalan sangat cepat dan lancar dan tanggap setiap diajarkan ilmu agama, kita lihat jaman sekarang tekhnologi semakin canggih dan makin maju tetapi daya ingatnya (IQ) rendah. Tidak sesensitif orang-orang jaman dahulu yang tetep awet apabila memperoleh pelajaran dari gurunya. Yah mungkin sekarang banyak yang berbuat maksiat jadi ilmunya suli masuk ke IQ kita.

4.Periode keempat yaitu kepemimpinan Romo Kyai Toyibah sekitar akhir abad 19 atau sekitar tahun 1879 M.

Romo kyai Toyibah adalah murid dari pada Romo Kyai Kholifah yang telah membawa harum desa Longkeyang sampai terkenal diberbagi daerah jawa yang ada rifa’iyahnya. Untuk sejarah dari romo kyai Toyibah kami tiem penelusur sejarah mencoba menelusurinya tetapi untuk kali ini mungkin penyampaian ceritanya belum lengkap, muda-mudahan generasi muda yang lain mau menelusuri sejarah ini dengan cermat dan tepat.

Romo kyai toyibah sesosok figur yang patut kita banggakan dan kita kenang terus, karena dengan jasa beliau selama beliau masih hidup sering mrngadakan pengajian yang cukuk spektakuler.

Romo kyai Toyibah mendirikan tempat pengajian di longkeyang dengan cara membacakan surat alfatihah (nyekseake fatihah) supaya makhrojul hurufnya sesuai dengan kaidah bahasa arab. Disamping itu muncul gagasan dari Romo kyai Toyibah diadakannya tahlil bersama yang bertempat di masjid dan dirumah-rumah.

Setelah Romo Kyai Toyibah bekerja keras dalam menyebarluaskan agama islam maka munculah generasi handal yaitu Romo Kyai Tarji’ah yang pada saat itu masyarakat Longkeyang sedang mengalami kesulitan pangan (musim paceklik), tetapi Romo Kyai Toyibah tetap maju melangkah dalam perjuangan yang diridhoi Allah SWT. Dan mudah-mudahan amal perbuatannya sewaktu hidup di dunia dalam memperjuangkan agama Allah SWT diberi balasan yang setimpal dan di jembarkan kuburnya amien.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Jatiroyom Kecamatan Bodeh Pemalang, Desa yang Memiliki Arti Pelindung

5.Periode kelima yaitu Romo Kyai Tarji’ah (Mbah Maun) sekitar tahun 1885 meneruskan perjuangan dari Romo Kyai Toyibah.

Setelah Romo Kyai Toyibah wafat diteruskan oleh Romo Kyai Tarji’ah (Mbah Maun), beliau berjuang meneruskan ajaran tarajumah karangan Syekh Haji Akhmad Rifa’i didesa Longkeyang tercinta. Dan waktu penjajah belanda memporak porandakan negeri indonesia, Romo kyai Tarji’ah ikut memperjuangkan negeri ini dengan kemampuan yang dimiliknya.

Dalam sejarah menurut sesepuh kauman Longkeyang Romo Kyai Tarji’ah (mbah Maun) seorang yang mampu memimpin masyarakat di desanya, Romo Kyai Tarji’ah dalam mendidik santri – santrinya dengan sabar dan penuh tanggung jawab.

Sebelum Romo Kyai Tarji’ah menjadi panutan alam arti pemimpin beliau sering membantu mengajar bersama dengan Romo Kyai Toyibah. Dahulu metode mengajarnya hanya dengan hafalan kitab takhyirah dan lainnya seperti mengenalkan rukun islam, rukun iman dan praktek ibadah.

Romo kyai Tarji’ah ikut berkiprah dalam si’ar agama mencapai titik kemajuan yang konon ceritanya mencetak kader dan menumbuhkembangkan jiwa – jiwa sang pejuang islam dalam menghadapi jaman diwaktu itu. Setelah beliau usiannya sudah lanjut beliau Romo Kyai Tarji’ah menyerahkan kepemimpinannya kepada Romo Kyai Tarminah yang sejak dulu aktif ikut kegiatan pengajian. Begitulah sedikit tentang perjuangan Romo Kyai Tarji’ah yang namanya hampir mirip dengan romo Kyai Tarjian.

6.periode keenam yaitu Romo Kyai Tarminah sekitar tahun 1890 M meneruskan perjuangan Romo Kyai Toyibah.

Sesudah di serahkan jabatan dalam kegiatan pengajian rutin dari Romo Kyai Tarjiah baru pada periode ini Romo Kyai Tarminah ikut andil dan meneruskan ajaran islam di Longkeyang. Dengan penuh keikhlasan beliau mengadakan yang mungkin pada jaman itu hanya pengajian-pengajian lewat rumah-rumah, tetap pada jaman itu hanya belum ada Listrik, desa yang penuh keasrian dan keasejukan.

Karena masih banyak hutan dan banyak binatang buas, tetapi beliau tak berkecil hati dalam suasana yang seperti itu justru suasana yang seperti itu untuk bermunajat kepada Allah SWT.

Baca Juga: Sejarah Singkat Desa Parunggalih Kecamatan Bodeh Pemalang, Berdirinya Desa Berawal Peperangan Diponegoro

Beliau seoarang pemimpin yang bijaksana terhadap santri-sanrinya, dan justru para santri pada waktu itu sangat hormat kepadanya, karena keilmuan beliau yang mendidik cukup mudah untuk dipahami maka banyak mumbuhkan banyak kader-kader yang mampu menghadapi tantangan di jaman itu.

Diantara murid yang paling terkenal sampai sekarang yaitu Romo Kyai Burhan atau Mbah Casmin. Gerak langkah Romo Kyai Tarminah dalam mengembangkan ajaran tarajumah pada waktu itu banyak sekali yang simpatik kepada beliau baik tutur katanya atau perbuatannya. Setalah belaiau lannjut usia, Beliau menyerahkan kegiatan pengajiannya kepada Romo Kyai Burhan (Mbah Casmin).

Dan akhirnya beliau wafat,tetapi dari sumber sejarah belum mengetahui kapan tanggal lahirnya atau tanggal wafatnya karena sesepuh kauman yang paling dituakan pada waktu itu tidak tidak bercerita lengkap karena mungkin takut terjadi kesalahan sejarah.

7.Perode Ketujuh yaitu Romo Kyai Burhan (Mbah Casmin) pada tahun 1895 M meneruskan perjuangan Romo Kyai Tarminah.

Pada periode Romo Kyai Burhan dalam Perjuangan melanjutkan syi’ar agama islam cukup profesional dalam arti selalu memberi warna baru dalam mendidik santri-santrinya,baik dari mulai tutur bahasa jawanya menggunakan kromo inggil dankasih sayang terhadap santrinya selalu di prioritaskan.

Karena tingkah laku beliau sangat terpuji dan mendidik, justru para santrinya sangat hormat kepada beliau. Adapun para santri didikan beliau adalah Romo Kyai Waslim (Mbah Mu’adah). Dalam sejarah Romo Kyai Burhan dalam mendidik santrinya memakai metode kajian terjemah (ngaji sorogan) di mushola dan di masjid. Romo Kyai Burhan mempunyai istri bernama Nyi Mursiah, dan dalam perjuangannya mendampingi suaminya, Nyi Mursiah ikut membantu mendidik kepada kepada santri putri di desa Longkeyang.

 Sedangkan Romo Kyai Burhan mendidik santri putra. Setelah usianya cukup lanjut Romo Kyai Burhan menyerahkan pucuk kepemimpinannya ke Romo Kyai Waslim yang mungkin pada waktu itu Romo Kyai Waslim dianggap mampu meneruskan perjuangannya dalam syi’ar islam, karena pada saat itu Romo Kyai Waslim satu-satunya murid yang dianggap paling cerdas, karena Romo Kyai Waslim (mbah Mu’adah) masih saudara dengan Romo Kyai Burhan (Mbah Camin).

Sebelum menyerahkan seluruh kegiatan pengajian rutinnya, Romo Kyai Burhan menyuruh Romo Kyai Waslim(mbah Mu’adah) untuk berangkat kepesantren dulu untuk meperdalam ilmunya, setelah Romo Kyai Waslim (mbah Mu’adah) pulang dari pesantren akhirnya Romo Kyai Burhan menyerahkan kepemimpinan kepada Romo Kyai Waslim sebagai penerus perjuangan beliau.

Baca Juga: Sejarah Desa Kwasen Kecamatan Bodeh Pemalang, Desa yang Mempunyai Arti Ikut Merasakan Kekuasaan

8.Periode kedelapan sebagai penerus ajaran Syekh Haji Akhmad Rifa’i di desa Longkeyang sekaligus yang paling di segani di desanya yaitu Romo Kyai Waslim (Mbah Mu’adah) pada tahun 1930 M.

Romo kyai waslim(mbah Muadah) adalah murid kesayangan dari Romo Kyai Burhan, pantas jika Romo kyai Waslim padawaktu memegang pucuk kepemimpinannya banyak yang takut dan tunduk kepada beliau, karena keilmuannya, kecerdikannya dan kelincahannya maka beliaudihormatidan disegani oleh masyarakat Longkeyang,apalagi santri-santrinya.

Nama lengkapnya Beliau adalah Romo kyai Waslim, tetapi entah kenapa kok banyak yang mengatakan namanya Mbah Muadah, istri Beliau bernama Nyi Markati, seorang istri yang sangat setia mendampingi kemanapun kyai Waslim pergi apalagi kalau sedang mengaji sang istrinya ikut jadi muridnya. Pada periode ini banyak kader-kader(murid) beliau yang sangat cerdas dan bisa menjadi panutan diantaranya:

1. Romo kyai Wasmad

2. Romo kyai Tarjian

3. Romo kyai Kasad

4. Romo Kyai Kasbullah

5. Romo Kyai Samad

6. Romo Kyai Dahun

7. Romo Kyai Castro

8. Romo Kyai Taslani

9. Romo Kyai Daan

10.Romo Kyai Kasno

11.Romo Kyai Rakup

12. Romo Kyai Maryat

13. Romo Kyai Sakeh

14. Romo Kyai Rasadi

15. Romo Kyai Tarmo

16. Romo Kyai Suyono

17. Romo Kyai Khaeri

18. Nyi Warkiah

19. Romo kyai Rahadi

20. Ustad castono

21. Ustad Abdul Khamid

22. Ustad Asmawi

23. Ustad Tahyono.

24. Ustad Nurhasan

9.Periode kesembilan sekitar tahun 1940 M yaitu Romo Kyai Wasmad Penerus Ajaran Tarajumah.

Romo Kyai Wasmad adalah Murid dari kyai waslim yang memperjuangkan ajaran tarajumah, dalam periode ini romo klyai wasmad membantu kyai waslim dan menjadi kaki tangan beliau, cara istilah sekarang tetapi tetapi bukan kaya gitu romo kayi wasmad murid yang memang selalu aktif di setiap kegiatan.

Jadi dalam menruskan perjuangannya selalu siap sedia walaupun cuaca buruk serkalipun beliau tetap melaksanakan kegiatan pengajian rutin.dan di samping ityu banyak murid romo kyai waslim seperti ustad kasbolah Nyi warkiah membantu melaksanakan kegiatan pengajian rutinan di rumah ataupun di masjid attaqwa. Pada periode ini para santri di bagi dua kelompok putra dan putri, untuk santri putra di tempatkan di rumahnya Ustad kasbolah, sedangkan yang putrinya di tempatkan di rumahnya Nyi Warkiah.

Baca Juga: Sejarah Desa Pagerwojo Kendal, Cerita Dua Desa yang Dulu Sering Berselisih Hingga Akhirnya Menyatu

Itulah sedikit sejarah yang kami susun tetapi sebenarnya mungkin kisahnya banyak tetapi dari nara sumber sejarah tidak mendetail dalam menceritakan romo kyai wasmad ini. Tetapi konon katanya romo kyai wasmad adalah tokoh yang mau bekerja keras tanpa mengeluh, dan inilah yang mungkin menjadi contoh bai kita agar setiap perbuatan kita selalu tertata dan tidak ngawur.

Romo Kyai wasmad memegang kepemimpinan kegiatan pengajian hanya beberapa tahun saja kemudian kepemimpinan diserahkan kepada Romo Kyai Tarjian, sosok yang penuh segudang Agama baik ilmu fiqih ataupun yang lainya.

10.periode kesepuluh sekiatar tahun 1945 penerus perjuangan agama islam di Longkeyang yaitu Romo Kyai Tarjian Bin Waslim.

Romo Kyai Tarjian adalah Putra dari Romo Kyai Waslim (Mbah Muadah) yang istrinya bernama Jariyah. Romo Kyai Tarjian Lahir pada tanggal 9 pebuari 1937, beliau pada waktu remaja adalah salah satu dari sekian banyak murid yang paling cerdas.

Beliau pernah mondok (nyantri) di Pesantren Al-Insap Paesan kedungwuni pekalongan. Beliau berguru di Paesan dengan Romo Kyai Rokmatullah, Romo Kyai Nasihun dan banyak para kyai yang ada di paesan yang tidak kami sebutkan satu persatu. Romo Kyai Tarjian juga pernah nyantri di desa Donorejo Limpung Batang.

Beliau berguru disana dengan tokoh-tokoh ulama kenamaan seperti Romo kyai haji Nurhadi, Romo Kyai Haji Ismail dan lain-lainnya. Setelah selesai dari pondok pesantren Romo Kyai Tarjin membantu ikut mengajar para santri -santri dari murid-murid Romo Kyai waslim. Dan pada waktu itu muncul beberapa perbedaan pendapat dari masyarakat longkeyang.

Semula masyarakat longkeyang mengikut ajaran tarajumah tetapi sesudah ada tokoh islam dari kalangan rifaiyah sendiri namanya Mbah Jadz, mondok kepesantern salaf tersebut ajaran tarajumah di tinggalkan begitu saja, lalu mandirikan organisasi sendiri yaitu Nahdtul Ulama, dan yang muncul berikutnya adalah Mbah Munawar pembawa Ajaran Muhammadiyah, setelah terjadi perbedaan golongan Masyarakat Longkeyang terpecah menjadi tiga Aliran, ada yagng Rifaiyah, NU dan Muhammadiyah.

Romo Kyai Tarjian Wafat Senin Manis bulan Syura tanggal 14 tahun 1998. Dan di makamkan disebelah Timur pemakaman lebe Rurah. Atau masih disekitar kauman longkeyang.

11. periode kesebelas sekitar tahun 1990-an dan sampai sekarang yaitu Romo Kyai Kasad bin Muhtari yang sebagai tokoh islam penerus perjuangan ajaran rifaiyah longkeyang

Romo Kyai Kasad bin Muhtari lahir pada tanggal 12 juli 1933. Beliau salah seorang murid dari romo kyai Waslim dan Romo kyai Tarjian.

Baca Juga: Sejarah Desa Pagerwojo Kendal, Cerita Dua Desa yang Dulu Sering Berselisih Hingga Akhirnya Menyatu

Beliau juga pernah mondok dipaesan tengah kedungwuni pekalongan dan di pondok pesantren kesesi, beliau menggantikan romo kyai tarjian sesudah romo kyai tarjian wafat, sedangkan istrinya bernama raumi, beliau Nyi raumi juga seorang ustadzah yang cukup terkenal didesa longkeyang, banyak progam yang di jalankan oleh romo Kyai kasad dan kawan-kawan nya yaitu : Romo Kyai Casto, Romo Kyai Khaeri, dan lain-lainnya. Diantaranya program sudah berjalan sampain sekarang yaitu adanya pengajian rutin setiap ba’da sholat maghrib, dan pengajian rutin setiap sholat subuh.

Sedangkan program mingguan seperti Ahad pon, pemgjian setiap hari saxtu, hari jum’at dan masih banyak kegiatan yang tidak kami catat. Romo Kyai kasad seorang figur yang harus kita hormati dan kita timba ilmunya, sebab tanpa adanya beliau-beliau dan kawan-kawannya mana mungkin perjuangan yang telah di cita-citakan dari mulai Romo Kyai Nafsiyah sampai sekarang perekonomian diindonesia sangat mahal tidak menjadi kendala dalam menimba ilmu agama.

Demikianlah sejarah masuknya agama Islam di Desa Longkeyang Kecamatan Bodeh Pemalang.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah