Sejarah Lumpia Khas Semarang, Wujud Percampuran Budaya Tionghoa dan Jawa

- 24 November 2023, 20:15 WIB
Tips menggoreng lumpia agar tidak banjir minyak.
Tips menggoreng lumpia agar tidak banjir minyak. /Lumpia atau lunpia goreng/freepik.com

PORTAL BREBES - Lumpia, salah satu makanan khas Semarang yang telah dikenal banyak orang ternyata adalah hasil percampuran budaya Tionghoa dan Jawa.

Nama Lumpia atau sering disebut juga Lunpia diambil dari dialek Hokkian, "Lum" atau "Lun" berarti lunak, dan "pia" yang artinya kue. Dulu, lumpia tidak digoreng sehingga disesuaikan dengan makna lumpia, kue yang lunak.

Makanan khas kota semarang ini pertama kali hadir pada abad ke 19, sebagai contoh perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa dalam dunia kuliner.

Baca Juga: Sejarah Mitologi Jawa, Nyi Roro Kidul Ratu Penguasa Laut Selatan!

Bermula dari imigran asal Tionghoa bernama Tjoa Thay Joe yang lahir di fujian, hijrah ke Semarang dan memutuskan tinggal disana untuk membuka bisnis kuliner berupa makanan pelengkap khas Tionghoa yang berisi daging babi dan rebung.

Dalam perjalanan bisnisnya, dia bertemu dengan Mbak Wasih. Warga lokal yang juga berjualan makanan yang mirip hanya saja rasanya lebih manis serta berisi kentang dan udang.

Mereka berdua jatuh cinta dan akhirnya menikah. Bisnis kuliner yang mereka jalankan pun dilebur menjadi satu menjadi sebuah inovasi yang menambah cita rasa pada makanan masing masing. Kulit lumpia diisi dengan ayam atau udang yang dicampur dengan rebung dan dibungkus dengan kulit lumpia khas Tionghoa. Hasilnya adalah rasa tekur dan udang yang tidak amis, ditambah rasa manis rebung dan tektur yang renyah jika digoreng.

Baca Juga: Lirik dan Sejarah Lagu Gugur Bunga Ciptaan Ismail Marzuki, Sedih dan Emosional

Bisnis ini menjadi favorit orang orang keturunan Tionghoa maupun pribumi, sehingga usahanya semakin besar dan akhirnya diteruskan oleh anak anak mereka yang kemudian membuka cabang hingga mataram.

Halaman:

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x