Berikut Asal Usul Desa Kalidesel Wonosobo, Diperkirakan Berdiri pada Abad ke 18?

- 9 Desember 2023, 19:45 WIB
potret masyarakat Desa Kalidesel
potret masyarakat Desa Kalidesel /Doc Pemdes Kalidesel/

PORTAL BREBES – Berikut asal usul Desa Kalidesel yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Wonosobo  yang terletak di Kecamatan Watumalang.

Desa Kalidesel juga sama seperti desa lainnya, yakni memiliki sejarah yang tak dapat dipisahkan dari asal muasal berdirinya desa tersebut.

Sebagaimana dilansir Portal Brebes dari Pemdes Kalidesel, berdirinya desa tersebut diperkirakan pada abad ke 18. Dimana, waktu itu terjadi perang Diponegoro saat melawan Belanda.

Baca Juga: ini Dia Sejarah Suku Papua, Tradisi dan Kebudayaan Asmat yang Bikin Kamu Penasaran!

Hingga saat ini pemerintah Desa Kalidesel belum menemukan dokumen dan bukti sejarah yang menyebutkan tahun berdirinya Desa Kalidesel. Sejarah Desa Kalidesel hanya bisa dirunut berdasarkan cerita lisan yang berkembang secara turun menurun di tengah masyarakat, bahwa Desa Kalidesel didirikan oleh seorang prajurit pengikut Pangeran Diponergoro pada abad ke 18 yang berasal dari Mataram sekarang Yogyakarta.

Salah satu tokoh pendiri Desa Kalidesel  adalah penyebar Agama Islam bernama Kyai Pengging. Hingga saat ini belum ada dokumen dan bukti sejarah yang menorehkan nama pendiri Desa Kalidesel pada saat itu.

Menurut riwayat dari cerita yang berkembang di penduduk, Desa Kalidesel merupakan nama yang diambil dari nama Sungai ( Kali)  sedangkan Desel adalah Kapur  yang konon jaman dahulu,disebagaian sungai terdapat endapan kapur, sehingga sungai tersebut di ambil sebagai nama Desa yaitu desa Kalidesel.  Kalidesel terdiri dari 3 dusun yaitu.

Baca Juga: Menguak Sejarah Desa Watumalang Wonosobo, Desa yang Didirikan oleh Tokoh bernama Ki Malanggati?

Dusun Kalidesel, karena wilayah dusun tersebut di lalui oleh sungai yang ada endapan kapurnya, sedangkan dusun Lamuk di ambil dari  letaknya yang ada diatas bukit yang selalu berkabut.sedangkan dusun jawera adalah nama dusun yang diambil dari bahasa Jawa yaitu Reja yang artinya ramai, dan Wera artinya terang.

Sejarah ini ditulis berdasarkan cerita secara turun-temurun. Salah satu narasumber yang  menjadi rujukan penulisan sejarah Desa Kalidesel adalah salah satu Keturunan dari Lurah/Glondong/kepala desa ketiga Desa Kalidesel yaitu bapak Sutejo kepada Sekdes Kalidesel yaitu Bapak Priyo Suparto.

Sejarah Singkat Kabupaten Wonosobo

Sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo tidak dapat dilepaskan dari kisah tiga pengembara, yang masuk ke wilayah ini pada awal abad 17 lalu. Ketiga orang itu, Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik, kemudian berpisah dan menempati tiga wilayah berbeda.

Kyai Kolodete membuka permukiman di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik memilih wilayah yang kini menjadi Kota Wonosobo. Dari ketiga orang itu pula, muncuk anak keturunan yang di kelak kemudian hari menjadi para penguasa di seputar Wonosobo.

Seperti salah seorang cucu Kyai Karim, yang sering juga disebut Ki Singowedono. Setelah mendapat hadiah dari Keraton Mataram, berupa sebuah wilayah di Selomerto, Ki Singowedono kemudian bergelar Tumenggung Jogonegoro. Jejak Tumenggung Jogonegoro dapat ditemukan di makamnya, di Desa Pakuncen, Selomerto.

Baca Juga: Kaya Akan Wisatanya, Inilah Sejarah Desa Dieng Wonosobo, Berasal dari Kata Di dan Hyang?

Dari Selomerto itu pula, sejarah asal kata Wonosobo diyakini bermula. Banyak pihak meyakini, kata Wonosobo berasal dari sebuah dusun di Desa Polobangan, Selomerto.

Dusun bernama Wanasaba tersebut didirikan oleh  Kyai Wanasaba. Dusun kecil tersebut hingga kini masih ada, dan banyak dikunjungi para peziarah, yang ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.

Sejarah Kabupaten Wonosobo juga berkaitan erat dengan masa perang Diponegoro. Di rentang tahun 1825-1830, wilayah Wonosobo menjadi salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro.

Bersama Imam Misbach, atau dikenal pula dengan nama Tumenggung Kertosinuwun, Tumenggung Mangkunegaran, dan Gajah Permodo, Kyai Muhammad Ngarpah berjuang melawan pendudukan Belanda di wilayah Wonosobo. Dalam sebuah pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih kemenangan pertama, sehingga kemudian diberikan gelar Tumenggung Setjonegoro.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Berdirinya Desa Igirmranak Wonosobo, Desa yang Bernama Seperti Pohon?

Tumenggung Setjonegoro, yang mengawali kekuasaannya berada di Ledok, Selomerto kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Kota Wonosobo sekarang, setelah menjadi Bupati pertama Wonosobo. Pemindahan pusat pemerintahan tersebut, setelah dikaji oleh Tim Peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM) bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), para sesepuh dan beberapa tokoh, termasuk pimpinan dewan perwakilan rakyat, dalam sebuah seminar, pada 28 April 1994, kemudian diyakini terjadi pada tanggal 24 Juli 1825. Tanggal 24 Juli itu pula, yang kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.***

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah