Sekuel Video Malam Pertama Atta Halilintar-Aurel Hermansyah Dikecam, Fristz Haryadi : Pembawa Pengaruh Buruk

8 April 2021, 19:08 WIB
Screenshot sekuel Video Malam Pertama Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah mendapat kecaman salah satunya dari Fritz Haryadi /

PORTAL BREBES - Gegeran terkait perkawinan Atta Halilintar dengan Aurel Hermansyah tak kunjung surut dan terus berlanjut.

Setelah rangkaian prosesi pernikahan mereka beserta pesta mewah yang menyita perhatian seantero negeri, kini video malam pertama mereka yang diunggah ke YouTube memancing kontroversi.

Video momen malam pertama Atta Halilintar dan Aurel itu diunggah Kamis 8 April 2021 siang. Ada empat video atau semacam sekual yang diunggah Atta Halilintar di YouTube.

Keempat video itu berjudul tentang malam pertama mereka. Video pertama berjudul "Malam Pertama Atta Aurel". Lalu video kedua "Kamar Malam Pertama Atta Aurel Kamar Raja Salman".

Setelah itu di video berikutnya "Malam Pertama Aurel di Rumah Atta". Terakhir "Buka Kado Malam Pertama Atta Aurel dan Ibu Jokowi".

Baca Juga: 1,9 Kg Emas Barang Bukti di KPK Raib, Seorang Pegawai Berinisial IGAS Dipecat

Baca Juga: Sinopsis Hercai di NET TV Kamis 8 April 2021 : Cihan Memutuskan Memboyong Keluarganya ke Istanbul

Untuk video pertama yang berjudul Malam Pertama Atta dan Aurel yang diunggah pada 5 April 2021, jumlah penontonnya sudah mencapai lebih dari 5 juta kali.

Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah dalam video berjudul Malam Pertama Atta dan Aurel itu merekam kegiatan mereka seusai resepsi pernikahan sampai tidur di ranjang. Momen berpelukan di ranjang inilah yang banyak menuai kritik lantaran dinilai tidak etis untuk dibagikan ke ruang publik.

Salah satu kritik yang cukup tajam datang dari Fritz Haryadi, Fritz Haryadi , Ketua PW PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Papua.

Bahkan seperti terpantau PortalBrebes.Com di akun Facebook @Fritz Haryadi, ia membuat tulisan cukup panjang terkait video malam pertama Atta Halilintar - Aurel Hermansyah di akun media sosialnya. Begini tulisan lengkapnya :

Baca Juga: Wali Kota Madiun Akan Isolasi Warga yang Nekad Mudik di Rutan Militer, Netizen Bilang Begini

Baca Juga: Zodiak Capricorn Hari Ini Kamis 8 April 2021 : Perhatikan Baik-baik dan Bertindak Sebelum Terlambat

Dengan subscribers rata-rata remaja usia sekolah, Atta Halilintar menayangkan video malam pertama. Lima juta penonton dalam tempo 24 jam. Tentu tidak ada konten porno, platform melarangnya; tapi ini menambah dosis baru dalam asupan kebodohan yang sudah terlalu lama dicekokkan kepada generasi muda kita.

Atta, dan banyak youtuber dengan tipe konten serupa, berada di kotak yang sama dengan sinetron, infotainment gosip, hingga gerakan agama yang puritan radikal : mereka semua Bad Influencers, pembawa pengaruh buruk.
 
Istri saya yang mengajar di SMP, sudah 2 tahun ini mengajak ngobrol anak-anak didiknya yang menjadi subscriber Atta. Rata-rata mereka mengaku hanya ikut-ikutan tren, seperti bisa diduga. Yang disukai anak-anak ini dari channel Atta diantaranya konten prank, pamer mobil mahal, pamer keseharian yang bergelimang kemewahan, dan ucapan "asiyaaap" yang menjadi trademarknya. Pendeknya, Atta adalah perpanjangan dari sinetron. Ia menghadirkan bukti bahwa kebodohan fiktif bisa menjadi nyata. Dan untuk jasa itu anak-anak kita menimbunnya dengan uang.
 
Dalam sesi obrolan dengan anak-anak didik, istri saya mendapati bahwa mereka tidak mengerti bagaimana alurnya sehingga subscribe dan jempol mereka bisa menjadi uang buat Atta. Saat dijelaskan, merekapun mulai berpikir, mulai bisa menangkap ketidakadilan di hadapannya. Orang tuanya banting tulang untuk membelikan pulsa mereka, lalu mereka habiskan untuk menonton channel Atta; sambil tidak mendapat manfaat apa-apa selain mengikuti tren, hanya untuk bisa nyambung dengan apa yang dibicarakan teman-temannya, hanya untuk menjadi pengikut. Sambil kehilangan waktu untuk belajar.
Baca Juga: Zodiak Capricorn Hari Ini Kamis 8 April 2021 : Perhatikan Baik-baik dan Bertindak Sebelum Terlambat
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Kamis 8 April 2021 di RCTI : Semakin Banyak Yang Percaya Andin Bukan Pembunuh Roy
 
Tiap tipe konten Atta dibahas dalam obrolan itu. Tentang prank, istri saya menjelaskan bahwa itu bentuk bullying; hal yang sedang diperangi di lingkungan sekolah di seluruh dunia. Tentang pamer kekayaan, digalinya aspirasi anak-anak didik; kalau teman pamer kekayaan, bagaimana perasaan mereka? Ternyata tidak senang. Lalu mengapa senang saat dipameri orang lain lewat layar internet?
 
Pamer kekayaan adalah konsep Vanity. Ini konsep yang sukar diterjemahkan dalam bahasa kita; sebab dalam budaya kita belum ada karsa untuk mengatai fenomena itu. Terjemahan yang biasa dipakai untuk vanity adalah "kefanaan". Namun ini jauh dari akurat. Yang paling dekat adalah "pamer kekayaan", tapi inipun baru sebagian.
 
Kata dasar dari Vanity adalah "vain", artinya kosong, hampa, sia-sia. Maka vanity adalah sikap kesia-siaan, kekosongan, sikap mementingkan kulit tanpa peduli isi. Pencitraan adalah tindakannya, vanity adalah sifatnya.
 
Ironis, ini karakter paling mendasar dari bangsa kita, namun kita tidak punya nama untuknya.
Sesi obrolan itu diakhiri dengan langkah konkret, yang saya dukung lahir-batin. Ia minta anak-anaknya unsubscribe channel Atta. Kalau bisa jangan tonton lagi. Kalau masih terasa berat, tonton saja, tapi jangan subscribe. Habis nonton, jangan lupa dislike. Jempol turun.
Atta boleh kaya dari mana saja, tapi jangan dari anak-anak kita.
Baca Juga: Gopi Kamis 8 April 2021: Rashi Ketahuan Tidak Puasa dan Ada Buktinya, Jangan Lewatkan hanya di ANTV
 
Istri saya, seorang wali kelas dan guru Bahasa Inggris, mengajak anak didiknya menyelami nalar mereka sendiri, perasaan mereka sendiri; merangsang kepekaan sosial, lalu membimbing mereka mengambil tindakan nyata.
 
Ini solusi. Inilah pendidikan karakter. Guru-guru se-Indonesia perlu mengambil langkah remedial yang dicontohkan di atas.
 
Ini langkah awal. Masih panjang daftar influencer di platform vlog yang setipe dengan Atta, yang harus menjadi target selanjutnya. Mereka adalah antitesis Pendidikan Karakter. Penghambat, penggagal, hama; bagi Pendidikan Karakter.
 
Hukum tidak bisa melarang orang menjual kebodohan. Caveat emptor : Salah beli, salah sendiri.
Satu-satunya yang mampu memberantas hama ini, hanya sekolah.
 
*) Fritz Haryadi , Ketua PW PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Papua

 

Editor: Marsis Santoso

Sumber: YouTube Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler