Film Propaganda China Tentang Wuhan Tuai Kecaman

- 8 November 2020, 06:55 WIB
Wuhan, China tempat virus bermula/Pixabay
Wuhan, China tempat virus bermula/Pixabay /

PROTAL BREBES – Wuhan adalah kota yang identik dengan kehancuran dan dianggap sebagai tempat lahirnya virus corona. Kota mati, penyebar virus, dan masih banyak julukan buruk lain yang melekat di kota tersebut disaat virus corona mulai menyebar dari sana. Tempat ini bahkan menjadi pusat dari luapan kemarahan seluruh warga negara di muka bumi akibat kekacauan yang hingga saat ini belum bisa dikendalikan.

Namun, baru-baru ini, Wuhan menjadi sorotan dan mendapat pujian dari para pejabat Tiongkok karena dijadikan simbol ketahanan negara China selama wabah berlangsung. Wuhan dijuluki sebagai Kota Pahlawan karena benar-benar mengalami pemulihan yang luar biasa. Kasus-kasus di sana dan di negara China kini hampir mencapai angka nol, berbeda dengan Indonesia, Amerika Serikat, dan negara-negara lain yang masih harus berperang melawan pandemi yang tak kunjung usai.

Meski begitu, banyak warga negara mengecam pemerintah akibat kelalaian yang mereka timbulkan dan menyebabkan kerugian besar di minggu-minggu awal pandemi berlangsung. Sejumlah upaya pun dilancarkan pemerintah Tiongkok guna meredam amarah publik. Salah satunya adalah menayangkan serial dokumenter yang menggambarkan keadaan pada awal-awal pandemi berlangsung di Wuhan.

Dikutip PortalBrebes.Com dari The NY Times, pada sebuah artikel yang berjudul, As China’s Propaganda Push Continues, Wuhan Emerges as a Star, serial dokumenter berdurasi 6 jam itu tersebut menunjukkan ‘tindakan heroik dari anggota partai’ dan ‘prajurit berjubah putih’ dari Wuhan.

Di sebuah bagian lain dari tayangan itu digambarkan diiringi dengan paduan suara sedemikian rupa, yang menurut pemirsa membuat mereka tersedak air mata.

Salah satu drama diperlihatkan adegan kepala rumah sakit yang memberikan pidato meriah kepada staffnya saat sebelumnya Wuhan dikunci pada Januari dan pada bulan April wabah telah berhasil dikendalikan. Dokter-dokter digambarkan melepas masker dan tersenyum ke arah kamera. Sebuah segmen yang menggambarkan akhir bahagia dimana seorang nenek keluar dari rumah sakit dan mendapati kabar bahwa anaknya akan kembali menikah dengan mantan istrinya.

Di sepanjang episode, pemimpin tertinggi Tiongkok Xi Jinping terus menggemakan instruksinya. Dalam kenyataannya, ia bahkan sering absen ketika minggu-minggu awal wabah menyebar.

Tayangan-tayangan tadi menampilkan akhir yang bahagia. Namun, kritik beberapa warga negara terus dilontarkan lewat media sosial melihat ending yang dibuat-buat dan terkesan sangat rapi.

Tidak disebutkan dokter yang dihukum karena memperingatkan temannya mengenai virus ini. Juga tidak ditayangkan pengakuan seorang jurnalis yang mendokumentasikan jumlah korban yang ditangkap dan hingga saat ini masih belum diketahui keberadaannya.

Guo Jing, salah satu pekerja sosial khawatir dengan narasi-narasi yang digencarkan pemerintah. Narasi ini dikhawatirkan akan mencegah perhitungan jumlah korban yang sebenarnya dan membuat korban dalam jumlah besar tersebut tampak dapat diterima.

Sophia Huang, seorang advokat, mengemukakan bahwa pengemudi taksi yang ditemuinya sering mengeluh mengenai keadaan ekonomi semenjak wabah berlangsung, dan masih khawatir dengan wabah baru yang kemungkinan bisa saja hadir. Bahkan, salah satu temannya jatuh sakit parah karena virus dan harus menghabiskan waktu di salah satu rumah sakit di Wuhan.

Halaman:

Editor: Marsis Santoso

Sumber: The New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x