Sejalan dengan hal itu, kata Umi, dirinya juga menggunakan produk UMKM lokal. Sepeti sepatu dan batik yang saat ini sedang dipakai.
Baca Juga: Asal Usul Randugunting Tegal, Pernah Jadi Tempat Bersemayam Amangkurat?
"Seperti saya ini menggunakan sepatu lokal buatan Rohana yang juga sandal yang sama. Batiknya juga Bengle, dan terkadang batik Ciprat," terangnya.
Kendati akan mengupayakan batik Ecoprint maupun Ciprat yang nantinya akan menjadi salah satu seragam ASN, Umi menyebut bahwa Perbup tersebut masih dalam proses. Hal itu dikarenakan masih ada beberapa tahap yang perlu dievaluasi.
"Disamping keinginan mengurangi seragam yang berasal dari kain pabrik, namun seragam ini akan tetap mengacu pada peraturan pemerintah daerah maupun pusat tentang pakaian dinas," jelasnya.
"Jadi nanti bisa bervariasi, nanti keki ada, putih juga ada, batik Tegalan ada, Ekoprint, Ciprat yang bahkan mungkin Goyor," bebernya.
Sementara itu, salah satu pengrajin Ecoprint Kabupaten Tegal, Fica Ariyanti yang juga ketua Econation mengaku kendati batik Ecoprint yang diciptakannya belumlah melalui jalur ekspor, namun sudah hand carry ke Prancis dan Eropa.
"Alhamdulilah omsetnya sudah sekitar diatas Rp10 juta dan dibawah Rp20 juta perbulan. Pemasaran kami menggunakan E-Commerce, ofline, Pameran dan web," imbuhnya.***