Kenali Penyebab dan Dampak Stockholm Syndrome dari Sisi Psikologi

29 Maret 2024, 08:30 WIB
Ilustrasi Stockholm Syndrome /Unsplash/Sydney Sims/

PORTAL BREBES - Apa kamu sudah pernah mendengar istilah stockholm syndrome? Stockholm syndrome ini pertama kali diperkenalkan oleh kriminolog dan psikiater berkebangsaan Swedia yang bernama Nils Bejerot.

Disebut Stockholm syndrome karena istilah ini bermula dari sebuah kasus perampokan bank pada tahun 1973 di kota Stockholm, Swedia. Di mana pada kasus ini, pelaku menculik dan menyandera korbannya. Namun, korban yang telah disekap selama 6 hari itu justru membentuk ikatan emosional dengan para pelaku.

Melansir dari chanel YouTube @Diandra Ayu Dea, istilah stockholm syndrome sebenarnya sudah banyak dikenal dan dibahas. Stockholm syndrome ini berarti adanya ikatan yang sangat kuat antara korban dan pelakunya.

Baca Juga: Resep Black Nastar, Inspirasi Kue Kering Kekinian untuk Isian Toples Lebaran

Jadi, korban ini jatuh cinta di mana merasakan sayang, simpati, dan empati terhadap pelakunya, meskipun korban sudah sering tersakiti. Kondisi yang memicu munculnya stockholm syndrome karena adanya ancaman yang diberikan pelaku kepada korban, baik secara fisik maupun psikologis.

Pelaku mengancam korban untuk tidak melarikan diri, tidak berkomunikasi dengan orang lain. Karena adanya ancaman tersebut yang berlangsung beberapa waktu, dan akhirnya muncul benih-benih cinta antara korban dengan pelaku.

Kondisi yang dibuat pelaku terhadap korban seperti disiksa terlebih dahulu, kemudian diperlakukan dengan baik membuat korban justru merasa pelaku itu adalah pahlawannya.

Baca Juga: Sederet Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan, Salah Satunya Mencegah Kanker

Nah, berikut penyebab seseorang mengalami stockholm syndrome selain

- Korban pernah mengalami kekerasan Jadi, dia sudah terbiasa dengan kekerasan yang dialami sejak dulu

- Rendahnya tingkat harga diri seseorang

- Coping stres atau penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan yang tidak tepat
Dampak yang ditimbulkan dari stockholm syndrome ini bermacam-macam seperti:

- Korban susah melepaskan diri dari ikatan yang ada

- Sering menyalahkan diri sendiri

- Berkurangnya tingkat kepercayaan diri

- Bisa mengalami gangguan kepribadian ataupun depresi

Baca Juga: Ciri Keseriusan Cowok dalam Menjalani Hubungan, Apa Ada pada Pasanganmu?

Stockholm syndrome sendiri tidak hanya terjadi pada kasus-kasus perampokan atau penyanderaan saja. Namun, dalam lingkup keluarga khususnya rumah tangga itu sering terjadi juga. Di mana sering terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

Para korban yang disakiti dan dianiaya, merasa susah melepaskan diri dari ikatan tersebut. Tak hanya dalam hubungan rumah tangga, tapi yang masih pacaran juga bisa mengalami hal seperti ini.

Nah, situasi ini seharusnya membuat kita lebih berhati-hati, dan menjaga diri dari sikap-sikap orang lain yang merugikan. Kita harus bisa memilih mana yang baik dan tidak untuk diri sendiri. Semoga ulasannya bermanfaat.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler