PORTAL BREBES - Film Tjoet Nya' Dhien yang dirilis tahun 1988 dan kembali hadir di sejumlah bioskop tanah air mulai 20 Mei 2021 atau bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, ternyata masih bisa menjadi tontonan sekaligus tuntunan.
Itulah setidaknya kesan yang didapat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai menyaksikan film tersebut seperti disampaikannya melalui unggahan di akun Instagram @aniesbaswedan, Minggu 23 Mei 2021.
Dalam unggahan tersebut, Anies Baswedan terlihat nonton bersama seluruh anggota keluarga di salah satu gedung bioskop.
“Jangan pernah kau khianati negeri ini!”, demikian tulis Anies Baswedan mengawali komentarnya
Itu kalimat terakhir yang keluar dari Tjoet Nja’ Dhien di film tersebut, kata Anies Baswedan tentang sosok pejuang wanita itu.
"Badannya renta tapi imannya kokoh. Matanya rabun tapi hatinya jernih. Pakaiannya gelap tapi sinar mukanya cerah," ungkap Anies menambahkan.
Di mata Anies Baswedan, Tjoet Nja’ Dhien adalah kisah perempuan tangguh. Dia memancarkan aura kecemerlangan hati dan keteguhan iman.
Baca Juga: Viral, Mantan Menteri Berinisal RS Diduga Kabur Setelah Serempet Mobil
Pancaran yang membuat ribuan orang terpanggil untuk perang sabil. Gema Takbir bergema di hutan dan pilihan yang dia tawarkan sederhana: Menang atau Syahid.
Karenanya mantan Menteri Pendidikan itu merekomendasikan untuk menonton film tersebut. "Resapi kisahnya. Refleksikan kondisinya. Bayangkan bila kita hidup di masa itu: ada di pihak manakah kita berada? Sanggupkah kita pilih jalan terjal tapi mulia? Jalan perjuangan? Sanggupkah?," tandasnya.
Anies juga mengingatkan, untuk mereka yang saat ini sudah bisa hidup nyaman dan sejahtera di negeri ini. Dikatakannya, "Ingatlah bahwa di bawah kenyamanan saat ini, ada pondasi yang dibentuk dari jutaan orang tak dikenal yang menghibahkan nyawanya sebagai ongkos untuk negeri ini bisa merdeka," ungkapnya menambahkan.
Gubernur Anies Baswedan sendiri mengaku telah menonton beberapa kali saat film tersebut sejak keluar pertama kali di tahun 1988.
"Saat itu masih duduk di bangku SMA. Kini filem Tjoet Nja’ Dhien diputar ulang. Getaran semangat dalam film ini masih tetap kuat," ujarnya memuji.
Bagi Anies Baswedan, Eros Djarot selaku sutradara film tersebut memang fenomenal. Dia sanggup mengejawantahkan gelora heroik masa itu menjadi rangkaian gambar dan narasi yang dahsyat.
Baca Juga: Program Studi Matematika FKIP-UNS Latih Guru Matematika di Sragen Soal Siswa Sebagai Pusat Belajar
"Dia serap gelora perjuangan rakyat Aceh, lalu dipancarkannya dalam berbagai adegan dengan memesona. Ya, Eros Djarot memang dahsyat!," kata Anies Baswedan tentang film Tjoet Nya' Dhien yang baru disaksikannya kembali.
Diperoleh keterangan, sebelum diedarkan kembali film yang diedarkan pertama kali pada 33 tahun silam ini sudah mengalami restorasi menyeluruh di Belanda.
Format pita celuloid sudah ditransformasi ke DCP sehingga gambar lebih bersih dan detail warna semakin tajam.
Selain itu, durasi film yang sebelumnya 130 menit telah dipangkas menjadi 106 menit karena berbagai pertimbangan teknis.
Tentang alasan mengapa film ini akhirnya ditayangkan kembali diantaranyta adalah untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda yang belum pernah menyaksikan film ini.
Baca Juga: RSUD Cilacap Tutup Seminggu Mulai Besok, Ada 32 Nakes Positif Covid-19 Diduga Terkait Varian India
Tjoet Nya' Dhien juga dinilai memiliki pesan yang masih relevan dengan kehidupan masa kini. Selain itu, pemutaran kembali Tjoet Nya' Dhien juga sebagai bukti wujud nyata untuk memenuhi anjuran pemerintah agar masyarakat kembali menonton film di bioskop.
Tjoet Nya' Dhien disutradarai oleh Eros Djarot. Film ini menyabet delapan Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1988 yakni Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Eros Djarot), Pemeran Wanita Terbaik (Christine Hakim), Skenario Terbaik (Eros Djarot), Cerita Asli Terbaik ( Eros Djarot), Tata Sinematografi Terbaik (George Kamarullah), Tata Artistik Terbaik (Benny Benhardi), dan Tata Musik Terbaik (Idris Sardi).
Tak hanya Christine Hakim, Tjoet Nya' Dhien juga dibintangi oleh Slamet Rahardjo, Piet Burnama, Rudy Wowor, Rosihan Anwar, Ibrahim Kadir dan lainnya.***