Sejarah Tumenggung Martoloyo, Inilah Kiprahnya Sehingga Namanya Melegenda di Tegal

4 Februari 2023, 19:46 WIB
Drama kolosal dengan lakon Martoloyo-Martopuro dipentaskan di hari Pramuka 14 Agustus 2018 lalu. /Riyanto Jayeng/

PORTAL BREBES- Tak banyak orang tahu dengan tokoh bernama Tumenggung Martoloyo. Sebab kisah dan kiprahnya jarang diceritakan di sekolah-sekolah.

Begitupun dengan pemerintah daerah setempat juga belum benar-benar menggarap secara maksimal ke dalam literatur resmi pemerintahan tentang ketokohan Tumenggung Martoloyo.

Satu -satunya pengetahuan yang tersebar di semua kalangan warga Tegal adalah bahwa Martoloyo itu merupakan nama sebuah kawasan di bilangan Pantura Kota Tegal.

Baca Juga: Asal Usul 'Tirus', Sebutan Blok Perlintasan KA di Jalan Kapten Sudibyo Kota Tegal

Miris memang, jika warga Tegal sampai tidak mengetahui kesejatian tokoh seperti Tumenggung Martoloyo.

Nama Tumenggung Martoloyo ternyata kalah tenar dengan nama Ki Gede Sebayu yang diklaim sebagai pendiri Tegal.

Padahal Tumenggung Martoloyo adalah sosok yang dijadikan teladan dan dianggap sebagai cerminan sikap mental orang Tegal.

Baca Juga: Sejarah Slerok Tegal Jaman Belanda, Pernah Ada Lurah Tewas Ditembak Gegara Jadi Antek Penjajah

Dulu, memang pernah sejumlah budayawan yang tergabung di dalam Dewan Kesenian Kota Tegal  menampilkan sebuah drama dengan lakon Martoloyo.

Tapi tidak diabadikan oleh pemerintah daerah setempat semisal dengan membuat sebuah tempat yang monumental dengan nama Martoloyo.

Maka dari tahun ke tahun nama Martoloyo hanya bisa didengar oleh generasi ke generasi melalui tutur tinular para sesepuh, sebab tidak ada rujukan literatur yang diabadikan oleh pemerintah daerah.

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Kelurahan Slerok di Kota Tegal, Jika Tahu Kisahnya Pasti Akan Tertawa

Dikutip dari berbagai sumber, artikel berikut akan memaparkan kisah Tumenggung Martoloyo yang akhirnya menjabat sebagai Adipati di tlatah Tegal.

Dikisahkan, Tumenggung Martoloyo hidup di masa pemerintahan Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Harnyokrokusumo hingga Amangkurat II yaitu antara tahun 1625-1678.

Tumenggung Martoloyo yang saat itu sudah menjabat sebagai Adipati ke 3 di Tegal sangat tidak suka dengan sikap Amangkurat II yang koooeratif dengan VOC kala itu.

Baca Juga: Asal- Usul dan Sejarah Kecamatan Pancoran Versi Cerita Rakyat Betawi

Martoloyo adalah seorang Adipati yang jujur, lugas, selalu membela kebenaran dan keadilan, serta sangat setia kepada rajanya.

Ketidaksenangannya kepada Amangkurat II tidak disembunyikan, secara terbuka dan terang terangan (blakasuta dalam dialek Tegal), Tumenggung Martoloyo menunjukan sikap yang tidak simpati kepada Amangkurat II.

Diketahui, hubungan harmonis yang dibangun oleh Amangkurat II dengan VOC dilatarbelakangi oleh ambisinya kaitan tahta.

Baca Juga: Asal Usul Permainan Congklak, Anak-Anak Zaman Digital Nyaris Tak Mengenalnya

Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo. Demi kekuasaan, Amangkurat II menghanba kepada VOC yang membuat seluruh rakyat menderita.

Puncak kemarahan Martoloyo terjadi ketika diadakan Perjanjian Jepara tahun 1676. Isinya, kesepakatan bahwa Mataram harus menyerahkan pesisir Jawa kepada Belanda.

Martoloyo yang kepalang geram kemudian walkout dari pertemuan itu. Martoloyo sangat marah dengan keputusan Amangkurat II.

Baca Juga: Jika Singgah di Kota Tegal Jangan Lupa Mampir ke Alun-Alun, Ada Air Mancur Bisa Berjoget Lho!

Sikap blak-blakan Martoloyo terang saja membuat Amangkurat II marah. Dia mengutus Martopuro, Adipati Jepara untuk membawa kembali Martoloyo dalam keadaan hidup ataupun mati.

Sifat lugas orang Tegal bisa jadi warisan dari Adipati Martoloyo. Tanpa basa basi, dia menentang kerjasama antara Amangkurat II dengan VOC.

Adipati Martopuro merupakan saudara seperguruan dari  Adipati Martoloyo. Keduanya bertarung sengit hingga kedua tewas terhunus oleh keris masing-masing. 

Baca Juga: Fakta! Peringatan Larangan Injak Rumput di Alun-Alun Kota Tegal Nyaris Diabaikan Pengunjung

Menurut cerita, pertempuran kedua saudara seperguruan ini terjadi di sebuah pertigaan di tengah Kota Tegal.

Tumenggung Martoloyo dengan senjata andalannya yaitu Keris Kyai Sepuh menghunus perut Adipati Martopuro yang juga sudah menghunus Keris Kyai Kasur.

Martoloyo yang nggak sudi tanahnya dijajah Belanda gugur bermandikan darah bersama dengan Martopuro. Keduanya tewas akibat tikaman keris satu sama lain.

Menurut cerita, kata Tegal adalah sebuah akronim dari Teteg, Eling, Gesit, Alim, dan Lugas yang sesuai dengan karakter orang Tegal itu sendiri.***



















Editor: Dewi Prima Mayasari

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler