Sekilas Profil Desa Blandongan Kecamatan Banjarharjo Brebes

1 April 2023, 13:08 WIB
Kantor Balaidesa Blandongan Kecamatan Banjarharjo Brebes /Portal Brebes /

 

PORTAL BREBES - Blandongan merupakan salah satu nama desa yang ada di Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Lokasinya berada di kaki gunung Kumbang yang berjarak sekitar 17 kilometer ke arah selatan dari pusat kota Kecamatan.

Akses menuju Desa Blandongan dengan kendaraan hanya dapat dilalui dari arah barat yaitu dari pertigaan Desa Bandungsari atau komplek balai desa Bandungsari ke arah timur melewati Pondok Pesantren Bustanul Falah. Sekitar 100 meter anda akan memasuki dukuh Caruy yang menjadi pintu masuk ke Desa Blandongan.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Nama Desa Cigadung Banjarharjo Brebes, Kisah Desa yang Hilang Pada Zaman Penjajahan Belanda

Dilansir dari laman resmi Desa Blandongan, Desa Blandongan berbatasan dengan Desa Bandungsari di sebelah barat, Gunung canggah di sebelah utara, KPH Pamedaran di sebelah timur dan gunung Kumbang di sebelah selatan.

Sebagai desa yang berada di tepian hutan hawa di Blandongan cukup sejuk. Banyaknya pepohonan dan hamparan lahan pertanian menjadikan udara segar dan jauh dari polusi udara maupun polusi suara akibat dari kebisingan kendaraan bermotor.

Wilayah Desa Blandongan secara umum terdiri dari 5 RW dan 31 RT dengan sebaran sebagai berikut:

Baca Juga: Sejarah Asal Usul dan Lahirnya Desa Parereja Banjarharjo Brebes

1. RW 01 terdiri dari 8 RT, cakupan wilayahnya berada di sebelah utara jalan desa atau masjid Desa Blandongan dari arah barat ke timur hingga tepi hutan, blok yang masuk wilayah RW 01 adalah Dawolong, Cikamuning Tengah dan Cikamuning Timur.

2. RW 02 terdiri dari 4 RT di dukuh Pasir Bitung, cakupan wilayahnya berada di sebelah selatan jalan desa Blandongan atau sebelah selatan masjid berbatasan dengan Kali Kabuyutan di sebelah barat, saluran Cikamuning di sebelah timur dan pemakaman umun di sebelah selatan.

3. RW 03 terdiri dari 10 RT, cakupan wilayahnya dari pertigaan makam desa ke selatan. Blok yang masuk wilayah RW 03 adalah dukuh Parenaca, Selebu dan Cihoe.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Asal Usul Desa Tonjong, Sebuah Desa di Kacamatan Tonjong Brebes

4. RW 04 terdiri dari 7 RT, cakupan wilayahnya meliputi Dukuh Bulaklega dan Dukuh Lingkung.

5. RW 05 terdiri dari 3 RT, cakupan wilayahnya meliputi Dukuh Caruy yang berbatasan langsung dengan Desa Bandungsari.

Kondisi alam Desa Blandongan berbukit-bukit, hamparan sawah berselang-seling dengan tegalan yang ditanami palawija, tanaman berbatang keras, buah-buahan dan empon-empon.

Komoditas pertanian yang menjadi tumpuan masyarakat Blandongan adalah Padi beragam varietas dari Cisadane, Pertiwi hingga Ketan. Untuk jagung, sebagian masyarakat bahkan memanfaatkan tanah milik perhutani yang luasnya lebih dari 170 hektar untuk ditanami jagung.

Blandongan merupakan gudangnya Jagung di Banjarharjo. Adapun tanaman lain yang dibudidayakan adalah Petai dan buah-buahan seperti Jambu Air, Mangga, Nangka, Waluh, Sawo, Kelapa, Rambutan, Nanas dan Pisang.

Khusus untuk pisang produksinya melimpah ruah sehingga harganya menjadi sangat murah. Selain buah-buahan tanaman seperti Ketela, kacang-kacangan, ubi jalar dan kacang-kacangan juga ditanam secara tumpangsari baik di tegalan maupun sawah.

Baca Juga: Sejarah Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Brebes, Kisah Pertemuan 2 Ulama yang lolos dari Kejaran Belanda

Sekarang ini beberapa jenis buah juga sudah muali dibudidayakan seperti Klengkeng, Jeruk, Manggis, Jambu Jamaika, Duren dan Sirsak madu.

Pertanian dan semangat bertani warga Blandongan memang luar biasa bahkan sudah melakukan ekpansi hingga ke desa-desa yang ada di sekitar pusat kecamatan Banjarharjo, Parereja, Banjarlor hingga Karang Bandung.

Mereka membeli atau menggadai sawah-sawah yang ada disana padahal jaraknya 20 kilometer. Warga Blandongan mayoritas berprofesi petani yang nyambi beternak.

Setelah menggarap sawah, kaum lelaki biasanya merantau ke Jakarta untuk kuli bangunan sementara sawah dan ladang diurusi oleh kaum wanita yang ketika pulang dari sawah menggendong pakan ternak.

Lokasi-lokasi inti Desa Blandongan

1. Kibuyut: Kibuyut adalah tempat untuk berziarah. Tempat ini berupa situs makam tua seorang tokoh bernama Mbah Buyut Ditawangsa.

Lokasi Kibuyut berada di tepi kali Kabuyutan sekitar 2,5 kilometer dari desa Blandongan ke arah selatan atau berada di lembah gunung Kumbang. Selain makam Mbah Buyut Ditawangsa ,sekitar 100 meter ke arah selatan masih ada lagi makam tua yang diyakini sebagai makam seorang wali.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Galuh Timur Tonjong Brebes, Namanya Diambil dari Seorang Putri Kerajaan Sumedang

Sebagian masyarakat percaya itu sebagai makam orang sakti yang meninggal saat bertapa. Suasana di areal pemakaman sangat teduh karena banyak pohon-pohon besar, terkadang kawanan monyet dan lutung juga berada di sekitar pemakaman dan membuat sarang diatas kanopi pohon.

Makam ini biasanya ramai dikunjungi peziarah pada malam selasa dan jum’at. Di sebelah utara makam Kibuyut juga terdapat makam-makam tua milik gerombolan Darul Islam yang mati pada saat pemberontakan DI atau TII.

2. Cinyereleng : Cinyereleng adalah hulu sungai Cikabuyutan atau Kali kabuyutan.

Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari makam Kibuyut. Sumber mata air Cikabuyutan keluar dari tebing batu yang curam dengan kemiringan nyaris 90 derajat.

Suasana di hulu sungai Cikabuyutan terasa senyap dan mengandung aroma mistis maklum sering diberitakan sebagai tempat meminta pesugihan. Cerita tentang pesugihan dan adanya harta karun peninggalan orang Cina yang mati di atas hulu sungai Cikabuyutan menjadikan wilayah Cinyereleng sebagi fantasi kekayaan bagi orang-orang yang ingin kaya dengan cara instan.

Tetua kampung sering menceritakan bahwa ada orang-orang yang datang secara khusus ke wilayah gunung Kumbang untuk mencari makam Cina yang diperkirakan ada di atas hulu sungai Cikabuyutan, wilayah itu dinamakan Cina-cina sebuah tempat misterius yang jarang dirambah manusia.

Baca Juga: Sejarah Desa Bentarsari Salem Brebes, Asal Usul Namanya Diambil Setelah Pertemuan 3 Putri

3. Baranangsiang: Menurut penerawangan Abah Trisno, Baranangsiang adalah pintu gerbang yang menjadi pembatas antara peradaban manusia dan dunia mahluk halus kawasan hutan gunung Kumbang. Lokasinya tepat berada di tepi hutan.

Di tempat ini terdapat hutan larangan yang tidak boleh dirambah. Pohon-pohon raksasa dibiarkan tumbuh begitupun dengan semak belukarnya. Tidak ada warga yang berani membuka ladang di tempat ini. Jika ingin merasakan aroma mistisnya, silahkan datang sekitar selepas maghrib.

Anda akan menemukan nuansa berbeda dari hutan yang teduh, penuh kedamian menjadi semacam pasar setan yang riuh dengan suara-suara misterius yang juga diyakini berasal dari kuntilanak.

4. Nangka weduk : Seperti namanya Nangka weduk, tempat ini juga diselimuti kabut mistis bahwa jika kita beruntung saat merambah hutan akan menemukan sebuah sumur kecil di bawah pohon Nangka.

Baca Juga: Sejarah Desa Bentarsari Salem Brebes, Asal Usul Namanya Diambil Setelah Pertemuan 3 Putri

Air dari sumur tersebut akan membuat weduk atau kebal senjata. Dahulu kala ada seorang perambah hutan yang sedang menjelajahi kawasan hutan gunung Kumbang.

Tiba-tiba dalam perjalanannya ia menemukan pohon nangka yang buahnya sudah matang, ia mengambilnya namun karena kurang hati-hati buah nangka tersebut jatuh ke sumur kecil yang ada di bawah pohon nangka.

Setelah diambil kemudian dibelah dengan golok namun anehnya nangka itu menjadi keras dan liat seperti karet. Selidik punya selidik nangka itu menjadi kebal setelah tercebur ke dalam sumur kecil yang tiba-tiba hilang.

5. Astana Panjang : tempat ini dinamakan astana panjang karena ada sebuah makam kuno yang panjang dan tidak terurus sehingga keberadaanya kini menjadi samar.

Entah kuburan siapa namun masyarakat meyakini bahwa di sekitar makam tersebut ada harta karun yang tersembunyi. Beberapa warga mengaku pernah menemukan koin-koin logam seperti uang kuno yang berceceran di sekitar Astana Panjang.

6. Curug Cikalapa : Berlokasi di aliran sungai Cikalapa, air terjun atau curug cikalapa ini memiliki ketinggian sekitar 10 meter.

Awalnya tidak menarik namun berkat share di facebook dan whatsapp curug cikalapa kini sering dikunjungi anak-anak muda dari luar desa.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler