Lama-lama kemudian, si Kakak juga mengaku dan berfikir dirinya sering dihina dan tidak dibuthkan dan memutuskan untuk menyingkir dari wilayah itu yakni ke sebelah timur Sungai Cacaban untuk menetap diatas tanah yang terletak disebelah selatan hingga sekarang dinamakan Blok Dukuh.
Kemudian, ia membuat gubuk untuk tempat tinggal yang terbuat dari kayu kedondong hingga kayu tersebut berubah menjadi sebuah pohon yang besar.
Hingga sekarang, tanah tersebut dijadikan makam atau kuburan dengan Makam Kedondong.
Berselang lama kemudian, wilayah tersebut berkembang menjadi Desa Sumingkir.
Desa Balamoa saat itu sering mengadakan jaga malam atau tonda, namun terhalang oleh Sungai Cacaban lantaran banjir disana, maka waktu itu ada sebidang tanah Balamoa yang telahnya disebelah barat Desa Sumingkir berjejeran dengan tanah Sumingkir yang sekarang disebut dengan Blok Jinten.
Tanah tersebut untuk tukar guling dengan tanah Sumingkir yang sebelah utaranya terdapat makam Mbah Jinten dan Mbah Raden Benowo.
Ketika tukar guling ditanah tersebut, dulu ada persyaratan yang harus dijalankan yakni makam Mbah Jinten menjadi milik Desa Balamoa.
Baca Juga: Asal Usul Makam Syech Maulana Maghribi Wonobodro Batang Jawa Tengah, Jalan Dakwah pada 1404