Sebagaimana kebanyakan orang Jawa pada masa itu, tokoh tersebut adalah merupakan tokoh yang mempunyai kesaktian dan daya linuwih dalam olah kanugrahan (batin), sehingga dirinya berani memasuki wilayah ke Desa Pagergunung ini yang dikenal sangat angker dan banyak dijumpai batu-batu cadas yang cukup besar dan dikelilingi gunung yang sangat terjal.
Ketokohan dari para perintis Desa Pagergunung ini sudah dikenal oleh daerah-daerah lain, hal tersebut dapat dibuktikan oleh kenyataan pada waktu itu banyak lahan yang tandus belum ditanami dikarenakan kekurangan air, banyak bebatuan dan berbukit-bukit atau dikelilingi gunung-gunung.
Sehingga dia menamakan wilayah ini sebagai Desa Pagergunung, dengan adanya Ki Aji Soko di Desa Pagergunung maka mengingat kelebihan kebanyakan daya linuwih Ki Aji SOko lahan-lahan di area Pagergunung dapat ditanami padi.
Karena adanya aliran sungai yang dicipkakan oleh daya ghoib Ki Aji Soko dengan tongkatnya yang diketukkan ke batu maka menurut cerita air mengalir mengikuti ketukan tongkat tersebut.
Lama kelamaan banyak ditemukan pepohonan yang cukup besar dan kecil dalam jumlah yang banyak dan berhasil dilestarikan dan sehingga dapat memakmurkan warga masyarakat sekitarnya dalam bercocok tanam, khususnya tanaman padi karena ketersediaan air cukup banyak berkat terjaganya kelestarian alam sekitarnya.
Sebelum Kemerdekaan Pemerintahan Desa Pagergunung konon kabarnya dimulai sejak tahun 1880-an yang menjabat lurah pertama yaitu Ki Sentono atau lebih dikenal dengan nama Ki Aji Soko yang berasal dari prajurit Mataram.
Dia tinggal di Desa Pagergunung lantaran Kerajaan Mataram yang waktu itu berperang dengan Belanda mengalami kekalahan dan prajurit Mataram kocar-kacir sehingga Ki Aji SOko mengamankan diri di Desa Pagergunung.