Asal Usul Banjarnegara Jawa Tengah, Kisah Seorang Kiai Maliu yang Berkelana Dihutan hingga Bikin Pondok

- 1 April 2023, 08:30 WIB
asal usul Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah
asal usul Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah /banjarnegarakab.go.id/

PORTAL BREBES – Begini versi lain dari asal usul Banjarnegara yang terletak di Provinsi Jawa Tengah

Kota Banjarnegara terletak di antara Kota Wonosobo di sebelah timur dan Kota Purbalingga di sebelah barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Kebumen dan di sebelah utara berbatasan dengan Kota Batang dan Pekalongan.

Dilansir dari laman tamantembangsastra.com, ada seorang yang masih muda bernama Kiai Maliu. Sudah berhari-hari Kiai Maliu menyusuri hutan, gunung, dan lembah. Namun, tempat yang dicari belum ditemui.

Baca Juga: Simak Sejarah Kepemimpinan Wilayah Pekalongan dari Tahun 1906 - Sekarang, HJ. Kuneman Menjadi Walikota Pertama

Rasa lelah dan haus tidak dihiraukan. Hanya satu yang dicari, yaitu suatu tempat yang cocok untuk mendirikan sebuah pondok.

Sampailah Kiai Maliu di suatu tempat yang menarik hatinya. "Keindahan alam sekitar Kali Merawu ini sangat mengesankan. Apa ini tempat yang saya cari selama ini?" demikian hatinya bertanya.

Tanah di sekitar Kali Merawu berundak dan berbanjar sepanjang aliran sungai. Di sekitarnya berdiri pegunungan Kendeng yang indah dan berhawa sejuk. Maka, segera dibangunnya pondok yang indah menghadap Kali Merawu. Tempat itu sekarang berada di sekitar jembatan Clangap.

Baca Juga: Begini Kisah Perkembangan Batik Pekalongan, Bermula dari Usai Perang Diponegoro? Simak Selengkapnya

Kiai Maliu berperangai baik dan jujur. Selain itu ia juga tekun bekerja dan berdisiplin tinggi. Karenanya, ia sangat berwibawa dan disegani banyak orang. Tidak mengherankan kalau segala perilakunya menjadi anutan warga di sekitarnya. Waktu demi waktu terus berjalan dan akhirnya daerah sekitar pondok Kiai Maliu menjadi desa baru yang indah, bersih, dan teratur.

Pada suatu hari Kiai ageng Maliu mengumpulkan semua warganya di padepokannya.

"Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Saudara semua, terima kasih kalian sudi mendatangi undangan saya," berkatalah Kiai Maliu di hadapan warga yang diundangnya. Kemudian lanjutnya, "Apa kalian kerasan tinggal di tempat ini?"

Baca Juga: Inilah Asal Usul Pati Jawa Tengah, Kisah Dewi Ruyung Wulan yang Jatuh Cinta pada Dalang Soponyono

Semua warga menjawab sudah betah dan nyaman tinggal di tempat baru tersebut.

"Baik, terima kasih. Namun, ada satu hal akan saya sampaikan kepada kalian."

"Sesuatu apa, Kiai?" tanya seorang warga.

Baca Juga: Sejarah Singkat Kota Pekalongan Jawa Tengah, Wilayah yang Mendapatkan Julukan Kota Batik

"Kalian tahu tempat ini belum bernama. Nah, maksud undangan saya kepada kalian adalah untuk bermusyawarah menetapkan nama yang cocok untuk desa kita ini."

Kemudian musyawarah menentukan nama desa dilaksanakan. Banyak yang mengusulkan nama dengan alasan masing-masing. Karena banyak perdebatan, Kiai Maliu juga mengusulkan sebuah nama yaitu Banjar. Alasannya, selain tempatnya indah, tanah-tanahnya berundak dan berbanjar.

"Aku setuju, Kiai...." jawab seseorang.

"Aku juga setuju Kiai...." jawab yang lainnya hampir serempak.

Baca Juga: Asal Usul Paguyangan Kabupaten Brebes, Benarkah Punya Sumber Mata Air yang Punya Kekuatan Spiritual?

Atas dasar musywarah warga hari itu juga, Kiai Maliu diangkat menjadi petinggi dan kemudian dikenal sebagai Kiai Ageng Maliu Petinggi Banjar.

Kiai Ageng Maliu terkenal sebagai pemimpin yang memiliki rasa asah, asih, dan asuh sehingga sangat dicintai oleh rakyatnya. Penduduk Desa Banjar sangat giat dalam bekerja disawah-sawah. Tidak heran kalau rakyatnya hidup makmur dalam hal sandang, pangan, dan papan.

Di bawah kepemimpinannya desa Banjar berhasil menjadi desa mandiri dan berswasemabada pangan. Bahkan, Desa Banjar pada saat itu sempat menjadi lumbung padi untuk daerah-daerah di sekitarnya.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Sejarah Kabupaten Tegal Jawa Tengah, Tradisi Keagrarisan Dimulai dari Ki Gede Sebayu

Kehidupan beragama juga tumbuh dengan subur dan menjiwai segenap aspek kehidupan rakyatnya. Masjid selain digunakan sebagai tempat ibadah salat juga digunakan untuk bermusyawarah dalam memecahkan segala urusan desa. Muali dari menentukan kapan waktu yang cocok untuk menanam padi, perawatan, dan memanen. Semuanya dikerjakan dengan gotong-royong dan penuh rasa kekeluargaan.

Tidak heran kalau pada waktu itu Desa Banjar terkenal hingga luar daerah dan mengundang perhatian para ulama besar yang sedang melaksanakan dakwah Islam.

Suatu hari, datanglah tiga orang tamu ke pondok Kiai Ageng Maliu.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Nama Desa Cigadung Banjarharjo Brebes, Kisah Desa yang Hilang Pada Zaman Penjajahan Belanda

"Wa'alaikumsalam...." Kiai Ageng Maliu menjawab salam tamunya seraya menuju ke pintu. Dilihatnya tiga orang tamu yang dipastikan bukan berasal dari daerah Banjar. Cara berpakaian dan tutur katanya setidaknya bisa dijadikan alasan.

"Mari Kisanak, silakan masuk...!" ucap Kiai Ageng Maliu sambilmenjabat tangan ketiga tamunya satu per satu.

"Terima kasih kisanak telah menerima kami dengan baik. Oh ya, perkenalkan, saya adalah Giri Wasiyat dari Gresik. Sedangkan kedua ini adalah saudaraku, Kangmas Prapen dan Dimas Giri Pit. Kami bertiga adalah putra Rama Sunan Giri dari Gresik."

Baca Juga: Sekilas Sejarah Tentang Cepu Jawa Tengah, Wilayah Minyak dan Hutan Jati

"Allahu akbar... saya kedatangan tamu agung rupanya...."

"Jangan berlebihan Kisanak. Saya sudah tahu bahwa Kisanaka petinggi desa ini. Santrai-santri yang belajar di pondok sangat banyak. Untukitu kami bertiga menyempatkan datang kemari untuk saling bertukan pengalaman."

"Jangan berkata begitu Pangeran. Kalau saya berani berdakwah itu hanya berbekal niat. Namun, saya yakin kalau Pangeran bertiga selain bekal niat juga telah memiliki ilmu agama yang mumpuni."

Baca Juga: Asal Usul Cepu Blora Jawa Tengah, Terlahir Sejak Masa Kerajaan Pajang

"Di mata Allah kita itu sama. Segala ilmu adalah milik Allah. Kita hanya dipinjami, itupun sangat terbatas. Namun demikian, jika ilmu yang sedikit ini diamalkan untuk orang lain, maka jadilah ilmu yang bermafaat, demikian Rama Sunan Giri pernah berwasiat menirukan sabda Nabi Muhammad."

Semenjak kedatangan tamu dari Gresik, hampir setiap malam diadakan pengajian umum. Rakyat Desa Banjar benar-benar merasa beruntung dapat menimba ilmu keagamaan secara luas dari seorang ulama besar secara langsung.

Kiai Ageng Maliu banyak bergru kepada Kiai Ageng Giri Wasiyat. Kiai Ageng Maliu sendiri adalah orang yang cerdas, jujur, disiplin, dan taat beribadah. Tidak heran kalau Kiai Ageng Giri Wasiyat sangat tertarik akan sikap terpuji Kiai Ageng Maliu, tuan rumah sekaligus santrinya itu.

Baca Juga: Asal Usul Orang Jawa Ternyata dari Rembang, Benarkah?

Untuk memperkokoh persahabatan dan sebagai penghargaan atas kebaikan Kiai Ageng Maliu, beliau sepakat menghadiahkan putrinya, Nyai Barep, kepada Kiai Ageng Maliu sebagai istrinya. Terjadilah pernikahan dan Nyai Barep resmi menjadi istri Kiai Ageng Maliu.

Selepas kepergian Sunan Giri Pit dan Pangeran Giri Wasiyat, Kiai Ageng Maliu bersama istrinya tetap meneruskan dakwah membina warga Desa Banjar dalam bidang keagamaan dan pertanian.

Desa Banjar berkembang sangat pesat. Selain sebagai pusat penyebaran agama, juga tempat bertemunya para pedagang.

Baca Juga: Inilah Asal Usul Rembang Jawa Tengah, Orang-orang yang Memulai Memangkas Tebu

Karena sebagai tempat perniagaan maka desa itu semakin ramai dan berpenduduk banyak. Akhirnya desa itu menjadi sebuah kota atau tepatnya disebut kadipaten.

Semula Kadipaten Banjar berlokasi di sebelah timur Kali Merawu, kemudian pindah ke sebelah barat Kali Merawu dan kemudian dikenal dengan nama Banjar Watu Lembu.

Selanjutnya,pusat pemerintahan dipindahkan dari Banjar Watu Lembu ke sebelah selatan Kali Merawu yang sekarang menjadi Kota Banjarnegara.

Baca Juga: Begini Sejarah Terbentuknya Perjuangan Wilayah Pemalang dari Catatan Belanda, Simak Selengkapnya

Lokasi pusat pemerintahan di daerah pesawahan yang cukup lebar (banjar) dan dinamakan Banjarnegara. Banjarnegara berasal dari dua suku kata yaitu banjar yang artinya sawah atau lebar dan negara yang artinya kota. Jadi, dahulu kala Kota Banjarnegara didirikan di daerah pesawahan yang cukup lebar dan datar.

Demikianlah kisah asal usul Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah yang perlu diketahui. Semoga terhibur.***

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x