Gedung berarsitektur Belanda ini mulai dirancang pada tahun 1911. Pembangunan gedung tersebut kemudian dipercayakan kepada Henri Maclaine Pont.
Henri merupakan pria berdarah Belanda-Bugis. Ia lahir di Jakarta dan berkarier sebagai seorang arsitek.
Dipercaya untuk membangun Gedung Birao, Henri lalu memanfaatkan kesempatan itu untuk menularkan ketrampilannya ke warga lokal. Dengan cara mempekerjakan buruh lokal selama pembangunan.
Selain itu Henri juga memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada untuk menyelesaikan pembangunan gedung. Seperti penggunaan kayu jati, bata merah dan pasir lokal.
Baca Juga: Tumis Ati Ampela Cabe Ijo, Menu Makan Siang Lebih Berselera
3. Mirip Gedung Lawang Sewu di Semarang
Gedung Birao juga memiliki kesamaan dengan gedung Lawang Sewu yang ada di Semarang. Kesamaan itu dibuat karena kedua gedung itu sama-sama menjadi kantor Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Adanya kesamaan bangunan bisa dilihat pada bagian pelengkung-pelengkung, pada gang sekeliling ruang kantor dan tangga utama, serta kesamaan pada bangunan yang dibuat meninggi agar terkesan megah.
4. Berkibar Merah Putih di Kota Tegal