Sejarah Singkat Ogoh-Ogoh Bali, Patung Raksasa yang Mengerikan!

- 26 November 2023, 08:00 WIB
Tradisi Arakan Ogoh-Ogoh, Lambang Keinsyafan Manusia Akan Kekuatan Alam Semesta
Tradisi Arakan Ogoh-Ogoh, Lambang Keinsyafan Manusia Akan Kekuatan Alam Semesta /

PORTAL BREBES - Sejarah makna ogoh-ogoh di Bali terkait dengan tradisi yang berkaitan dengan Hari Raya Nyepi, pernikahan tahun baru dalam kalender Saka. Ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala dalam ajaran Hindu Dharma, yang merepresentasikan kekuatan alam semesta dan waktu yang tak terukur dan tak terbantahkan. Berikut adalah sejarah ogoh-ogoh di Bali:

Baca Juga: Sejarah Mitologi Jawa, Nyi Roro Kidul Ratu Penguasa Laut Selatan!

1. Tahun 1983: Sejarah ogoh-ogoh di Bali dimulai pada tahun 1983, ketika pemerintah memutuskan Hari Raya Nyepi sebagai libur nasional. Masyarakat kemudian mulai membuat perwujudan Bhuta Kala yang disebut dengan ogoh-ogoh.

2. Wujud ogoh-ogoh: Ogoh-ogoh digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga, dan Naraka, seperti naga, gajah, Widyadari, dan dalam beberapa kasus, dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama, serta penjahat.

Baca Juga: Sejarah Singkat Candi Prambanan, Kisah Legenda Perebutan Kekuasaan Raja Mataram!

3. Tujuan ogoh-ogoh: Proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat, yaitu kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

4. Pawai ogoh-ogoh: Ogoh-ogoh diarak pada malam pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi. Masyarakat umumnya melakukan upacara Tawur Kesanga, dan ogoh-ogoh merupakan simbol dari Bhuta Kala atau hal-hal buruk yang kerap melekat dalam diri manusia, seperti nafsu, tamak, iri, dengki, dan dendam.

5. Pralina: Di Bali, proses ini disebut pralina, yaitu mengembalikan sesuatu kepada asalnya (melebur) dan hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti dibakar atau membakar.

Baca Juga: Begini Sejarah Avalokitesvara Buddhagaya Watugong, Padoga Tertinggi di Indonesia!

Halaman:

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x