Akibat pemanasan itu, terbentuk gelombang besar, ini menjadi teori geologis yang akrab bagi para ilmuwan di Bumi
Gabungan uap air dan pelepasan gas menghasilkan kondisi hangat dan basah dalam waktu singkat di planet merah.
Baca Juga: Enhypen Luncurkan Single Given-Taken
Kondensasi kemudian membentuk awan uap air, yang pada akhirnya menciptakan hujan lebat, kemungkinan besar di seluruh Mars.
Air tersebut masuk ke Kawah Gale, kemudian digabungkan dengan air yang turun dari Gunung Sharp (di Kawah Gale) lalu menghasilkan banjir bandang dahsyat yang mengendapkan punggungan kerikil di Hummocky Plains Unit dan formasi ridge-and-trough band di Striated Unit.
“Kami mengidentifikasi banjir besar untuk pertama kalinya menggunakan data sedimentologi terperinci yang diamati oleh rover Curiosity. Deposit yang ditinggalkan oleh megafloods sebelumnya tidak diidentifikasi dengan data pengorbit," kata rekan penulis Alberto G. Fairén seorang ahli astrobiologi di College of Arts and Sciences.
Baca Juga: Taiwan Stop Masuknya Buruh Migran Asal Indonesia
Penulis utama Ezat Heydari, seorang profesor fisika di Jackson State University, berpendapat bahwa munculnya fitur berbentuk gelombang raksasa di lapisan sedimen kawah Gale Mars sering disebut 'mega ripples' atau antidunes yang tingginya sekitar 30 kaki dan berjarak sekitar 450 kaki.
“Dulunya Mars adalah planet yang sangat aktif dari sudut pandang geologis. Planet ini memiliki kondisi yang diperlukan untuk mendukung keberadaan air cair di permukaan dan di Bumi, di mana ada air, di situ ada kehidupan," kata Fairen.
Baca Juga: Kawasaki Ninja ZX-10RR Hanya Dijual 500 Unit di Dunia