Ini Dia! Asal Usul Batu Kuwung, Legenda dari Banten yang Kini Jadi Tempat Wisata Populer

- 8 Januari 2023, 18:32 WIB
Potret Tempat Wisata Pemandian Air Panas Batu Kuwung
Potret Tempat Wisata Pemandian Air Panas Batu Kuwung /Tangkapan Layar/Laman DPMPTSP Provinsi Banten /

Keesokan harinya, kakek pengemis itu datang lagi ke rumah sang Kepala Desa dan kembali mendapat pengusiran. Di hari ketiga dia kembali datang dan diusir, namun sang kakek hanya diam di tempat tak bergeming.Hingga Kepala Desa geram dan meminta anak buahnya memukuli sang kakek dengan tongkat.

Namun, tongkat para pengawal itu justru patah dan mereka jatuh terkapar di tanah sambil mengerang kesakitan meski sang kakek tua itu hanya diam saja. Sang kakek akhirnya akhirnya angkat bicara dan berkata bahwa dia datang secara baik-baik dan untuk ketiga kalinya diperlakukan dengan cara yang amat buruk.

Dia juga berkata bahwa dirinya datang untuk memberi peringatan dan meminta Kepala Desa menunggu hasil perbuatan buruknya kepada sang kakek dan seluruh warga esok pagi. Malam harinya, Kepala Desa menjadi sulit tidur karena rasa takut mengingat apa yang disampaikan kakek itu.

Saat pagi tiba, tubuh Kepala Desa tak bisa digerakkan. Berbagai tabib datang silih berganti untuk mengobati, namun hasilnya sia-sia. Entah dari mana, sang kakek kemarin tiba-tiba muncul dan mengatakan tiga syarat yang harus dipenuhi jika dia ingin kembali sehat seperti semula.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Kebun Binatang di Indonesia, Pas untuk Berwisata Bersama Keluarga

Tiga syarat itu diantaranya yang pertama, berhenti bersikap kejam dan kikir, maka kelumpuhannya akan berkurang sedikit. Kedua, dia harus bertapa pada sebuah batu cekung di Gunung Karang selama 40 hari. Dia bisa pergi ke tempat itu sendiri meskipun dengan bersusah payah.

Ketiga, dia harus memberikan semua hartanya kepada warga, karena semua harta itu telah dia dapatkan dengan cara yang tidak baik dan mengambil apa yang bukan menjadi haknya.

Sang Kepala Desa kemudian mengikuti apa yang dikatakan kakek itu. Hinggga ia mulai meninggalkan sifatnya yang kejam, bengis, kikir, dan sombong. Ternyata benar yang dikatakan kakek itu, kelumpuhannya berkurang sedikit.

Dia mampu berdiri dan berjalan menuju Gunung Karang meskipun dengan bantuan tongkat dan tertatih-tatih. Setelah bersusah payah, Kepala Desa itu menemukan sebuah batu cekung di Gunung Karang dan mulai bertapa di tempat itu.

Kepala Desa itu bertapa dengan sungguh-sungguh di teriknya siang, angin kencang, dan malam hari yang menggigil, dia lalui tanpa menyerah.

Halaman:

Editor: Dewi Prima Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x