Selama Pandemi Covid, Justeru Kekerasan Seksual di Dunia Meningkat

- 24 November 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi kejahatan seksual kepada anak.
Ilustrasi kejahatan seksual kepada anak. /antara/


PORTAL BREBES - Jumlah kekerasan seksual terhadap perempuan dalam kurun satu tahun ini meningkat. Bahkan di beberapa negara, kekerasan tersebut berujung pada pembunuhan. Di Nigeria dan Afrika Selatan telah terjadi lonjakan pemerkosaan hingga orang hilang.

Sementara di Peru kasus kekerasan dan wanita hilang meningkat dibanding dua negara lain yakni Brasil dan Meksiko. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut peningkatan kekerasan seksual terhadap perempuan disebabkan karena faktor pandemi covid-19.

Menurut PBB, penguncian telah menyebabkan peningkatan keluhan atau seruan untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga sebesar 25 persen di Argentina, 30 persen di Siprus dan Prancis, dan 33 persen di Singapura.
Pada dasarnya di semua negara, langkah-langkah untuk membatasi penyebaran virus corona telah mengakibatkan perempuan dan anak-anak dikurung di rumah.

"Rumah itu adalah tempat paling berbahaya bagi wanita,"kata asosiasi Maroko dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dengan artikel berjudul : "Imbas Lockdown Covid-19, Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Meningkat".

Seorang wanita yang merupakan juru masak di India mengatakan dia merasa 'terjebak' di rumah dengan suaminya yang tidak bekerja, mengonsumsi obat-obatan terlarang dan melakukan kekerasan. Ia mengungkapkan kondisinya yang sering menangis dan tersiksa oleh sikap dari sang suami.

"Setelah membeli obat-obatan, dia akan menghabiskan sisa harinya dengan bermain ponsel di PubG atau memukuli dan melecehkan saya,"ujarnya.

Baca Juga: Armenia Dilanda Krisis Setelah Kalah Perang dengan Azerbaijan

Di Brasil, 648 pembunuhan wanita tercatat di paruh pertama tahun ini, peningkatan kecil dari periode yang sama pada 2019 menurut Forum Brasil untuk Keamanan Publik. Sementara pemerintah telah meluncurkan kampanye untuk mendorong perempuan untuk mengajukan pengaduan, forum tersebut mengatakan bahwa langkah-langkah yang dirancang untuk membantu para korban masih belum cukup.

mengatakan bahwa hanya satu dari delapan negara yang telah mengambil tindakan untuk mengurangi dampak pandemi pada wanita dan anak-anak. Seperti di Spanyol, para korban dapat secara diam-diam meminta bantuan di apotek dengan menggunakan kode 'masker-19', dan beberapa asosiasi Prancis mendirikan titik kontak di supermarket.

"Para wanita yang datang kepada kami berada dalam situasi yang menjadi tak tertahankan, dan berbahaya,"kata Sophie Cartron, asisten direktur sebuah asosiasi yang bekerja di sebuah pusat perbelanjaan dekat Paris. Mobilisasi pada 25 November 2020 mendatang, Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tetap tidak pasti karena pembatasan terkait dengan pandemi COVID-19.

Halaman:

Editor: Harviyanto

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x