Ratusan Warga Jrakah Boyolali Menolak Mengungsi, Lebih Percaya Mitos Nenek Moyang

- 15 November 2020, 10:43 WIB
boyolali.go.id
boyolali.go.id /

PORTAL BREBES - Ratusan Warga di Desa Jrakah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali menolak mengungsi.Padahal tempat tinggal mereka berada di kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi.

Mereka menolak dievakuasi ke tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) di Baledesa setempat karena lokasi tersebut berada di posisi sebelah barat pedukuhan tempat tinggalnya. Sedangkan mitos-mitos yang telah mendarah daging dan dipercayai warga menyebut, saat Merapi erupsi dilarang mengungsi ke arah barat apalagi ke selatan. Jadilah mereka tetap bertahan di Kawasan Rawan Bencana.

Dikutip PortalBrebes.Com dari situs RRI, Minggu 15 November 2020 menyebutkan penolakan tersebut disampaikan warga saat sosialisasi di Baledesa Jrakah Sabtu 14 November 2020. Keempat pedukuhan itu adalah Dukuh Sepi, Dukuh Jarak, sebagian warga Dukuh Kajor dan Dukuh Jrakah.

Baca Juga: 835 Orang Warga Magelang Mengungsi Sehubungan Meningkatnya Aktivitas Gunung Merapi

Gimun, warga Dukuh Sepi di kesempatan itu mengatakan bahwa tidak meragukan kebijakan pemerintah untuk melindungi warga lereng Merapi. Tetapi bagaimanapun warga tidak akan bersedia jikalau dievakuasi ke Baledesa Jrakah.

"Ini keyakinan kami, persennya simbah-simbah dahulu. Kalau Merapi meletus jangan pernah ngungsi ke barat apalagi ke selatan. Kalau ngungsi ya ke arah utara, mohon maaf pak Kades kami belum bisa," ungkap Gimun.

Sementara itu, Pemerintah Desa Jrakah terus berupaya untuk melakukan pendekatan dan sosialisasi melibatkan berbagai pihak. Seperti mengundang Petugas Kepolisian, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Ketua RT/RW. Selain itu melibatkan relawan dan juga petugas ahli geologi gunung api dari BPPTKG Yogyakarta.

Kades Jrakah, Tumar mengatakan, sosialisasi terus dilakukan karena sampai kini belum ada yang mau diungsikan ke TPPS. Dikarenakan warga tidak mau diungsikan ke barat dan selatan.

Baca Juga: UPDATE Kasus Corona Dunia, Terus Naik dan Ini Rincian 10 Negara dengan Kasus Tertinggi

Menurut Tumar, mitos yang dipercayai warga lereng Merapi di Desa Jrakah sangat kuat. Mereka sulit untuk dievakuasi ke TPPS Bale Desa Jrakah.

"Dia tetap pakai mitos larinya ke utara dan timur. Maka kami juga mengatakan ketika ada istilahnya pengungsian besar besaran maka larinya ke Dukuh Jarak, dan bisa diangkut ke desa saudara sister vilage Desa Karanggeneng, Boyolali Kota," ungkap Kades Tumar.

Tumar menyampaikan bahwa pihaknya akan terus melakukan upaya pendekatan agar warga desa yang ada di KRB tiga bisa segera dievakuasi. Khususnya bagi mereka yang rentan, meliputi lansia, difabel, balita dan ibu hamil yang jumlahnya ratusan jiwa.

"Warga kami itu empat ribuan, kalau yang di KRB tiga itu dua ribu sekian. Data tersebut masih terus diperbarui karena selalu berubah," ujarnya.

Pihak desa sudah membuat tempat pengungsian dengan mematuhi protokol kesehatan dengan sekat sekat papan triplek. Setidaknya gedung serbaguna Balaidesa Jrakah terdapat 24 bilik atau kamar.

Baca Juga: Inilah Cara Booking Online Sebelum Mendaki Gunung Rinjani

Sementara itu Staf Ahli Geologi Gunung Api BPPTKG Yogyakarta Ir Dewi Sri Sayudi menyampaikan, bahwa beberapa dukuh di Jrakah ini masuk ancaman erupsi Gunung Merapi. BPPTKG telah memberikan rekomendasi wilayah-wilayah yang memiliki ancaman tersebut kepada pemerintah daerah, kecamatan hingga desa. Agar dilakukan antisipasi sedini mungkin.

"Kami dari BPPTKG hadir ke sini kaitannya sosialisasi peningkatan status Merapi menjadi Siaga. Kami menyampaikan secara langsung kepada tokoh masyarakat, RT RW Kadus relawan di Jrakah ini," ungkap Dewi seusai sosialisasi.

Dewi menambahkan, bahwa pemerintah memberikan beberapa rekomendasi kaitannya menindaklanjuti peningkatan status ini. Di antaranya penambangan sungai yang berhulu di Merapi di KRB tiga direkomendasikan untuk dihentikan. Kemudian pelaku wisata pendakian juga diminta dihentikan.***

Editor: Marsis Santoso

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah