Menelisik Fakta-Fakta Ilmiah Dibalik Fenomena "Nge-Vape", yuk Simak Ulasannya!

17 April 2024, 12:00 WIB
"Nge-vape" menjadi tren yang dianggap alternatif lebih bersih daripada rokok konvensional? /Pexels/

PORTAL BREBES - Di era teknologi yang terus berkembang seperti sekarang ini, berbagai inovasi hadir untuk menggantikan tradisi lama. Salah satunya adalah kebiasaan merokok, yang kini semakin tergantikan dengan tren yang disebut "nge-vape".

Banyak para perokok tembakau di Indonesia yang telah beralih menggunakan vape. Para penggunanya mengakui bahwa vape memang membantu mereka untuk berhenti merokok.

Mereka juga mengakui bahwa vape mampu mengurangi risiko akan timbulnya berbagai penyakit yang seringkali menyerang para perokok aktif, seperti batuk, gangguan pernapasan, dan penyakit-penyakit lainnya.

Baca Juga: Singapura Melanggar Penggunaan Vape! Pelanggar akan di Kenakan Denda Sebesar Rp 23 Juta

Vaping menggunakan alat elektronik yang menghasilkan uap yang dihirup penggunanya, dianggap sebagai alternatif yang lebih bersih daripada rokok konvensional. Namun, apakah benar "nge-vape" lebih aman?

Dilansir dari ayosehat.kemkes.go.id, mari kita telisik fakta-fakta ilmiah dibalik fenomena nge-vape!

- Apa Itu Vaping?

Vaping adalah aktivitas menghirup uap yang dihasilkan oleh rokok elektronik (e-rokok) atau perangkat serupa. Rokok elektrik atau Vape bekerja dengan memanaskan cairan yang biasanya mengandung nikotin, pelarut, dan perasa, menghasilkan uap yang kemudian dihirup penggunanya.

- Persepsi vs Realita

Secara umum, vaping dipandang sebagai pilihan yang lebih sehat daripada merokok tradisional. Ini disebabkan oleh pengurangan jumlah zat berbahaya yang biasa ditemukan dalam asap rokok konvensional. Namun, persepsi ini seringkali menyesatkan. Faktanya, vaping juga menyimpan potensi bahaya yang tidak boleh diremehkan.

Baca Juga: Vape Lebih Aman dari Rokok Tembakau? Cek Faktanya!

- Bahaya Kimiawi dalam Vape

Vape mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi membahayakan. Salah satu contoh adalah diacetyl, yang sering digunakan untuk memberikan rasa mentega pada uap. Diacetyl terkait erat dengan penyakit paru-paru yang serius, seperti bronkiolitis obliterans, yang dikenal juga sebagai "popcorn lung".

Selain itu, ketika cairan vape dipanaskan, proses ini dapat menghasilkan aldehida seperti formaldehida yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu penyakit kanker. Walaupun tingkat karsinogen ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional, risiko kesehatan tetap ada, terutama dengan penggunaan jangka panjang.

- Risiko Terhadap Remaja dan Penggunaan Ganda

Kecenderungan remaja untuk mencoba vaping menjadi perhatian khusus. Nikotin yang ada dalam sebagian besar cairan vape dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki dampak negatif pada perkembangan otak remaja. Selain itu, studi menunjukkan bahwa remaja yang mulai dengan vaping memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk beralih ke rokok konvensional, menempatkan mereka pada risiko kesehatan tambahan.

Baca Juga: Rokok dan Vape Mana yang Lebih Berbahaya? Kamu Perlu Tahu Faktanya!

- Potensi Masalah Kardiovaskular dan Respirasi

Vaping dapat memberikan dampak negatif pada sistem kardiovaskular. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, yang bisa berujung pada masalah jantung. Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa vaping dapat memicu respons inflamasi dalam tubuh yang berisiko terhadap kesehatan jantung.

Dampak terhadap sistem respirasi atau pernapasan juga signifikan. Meskipun vaping mungkin tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional, uapnya dapat menyebabkan iritasi dan peradangan di saluran pernapasan, serta mempengaruhi fungsi paru.

- Isu Kesehatan Mental

Vaping juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Nikotin adalah zat adiktif yang bisa menimbulkan ketergantungan, serta berpengaruh pada suasana hati dan konsentrasi. Pengguna yang ketergantungan nikotin mungkin mengalami gejala penarikan saat tidak vaping, termasuk kecemasan, iritabilitas, dan kesulitan konsentrasi.

Baca Juga: Vape Lebih Aman dari Rokok Tembakau? Cek Faktanya!

- Kualitas dan Regulasi Produk

Salah satu risiko terbesar dari vaping adalah inkonsistensi dalam kualitas dan regulasi produk. Beberapa produk vape yang beredar di pasaran mungkin tidak memenuhi standar kesehatan yang ketat, meningkatkan risiko penggunaan bahan yang berbahaya.

Sementara vaping mungkin menawarkan alternatif bagi perokok berat untuk mengurangi penggunaan tembakau, penting untuk memahami bahwa ini bukan tanpa risiko. Untuk non-perokok, terutama remaja, memulai vaping bisa menjadi jalan menuju berbagai masalah kesehatan.

Masyarakat perlu edukasi menyeluruh mengenai dampak kesehatan dari vaping. Juga penting untuk memperketat regulasi terhadap produksi dan penjualan rokok elektronik untuk memastikan keamanan pengguna.

Baca Juga: Hutan Pinus di Salem Brebes Terbakar, Diduga Dipicu Oleh Puntung Rokok yang Dibuang Sembarangan

Dalam konteks kesehatan masyarakat, pendekatan pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Menghindari atau berhenti dari vaping adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan jangka panjang.

Untuk mereka yang ingin berhenti merokok, konsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan metode yang lebih aman dan terkontrol adalah langkah yang bijak. Semoga bermanfaat.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler