Kiat Atasi Demam Panggung

- 8 November 2020, 19:40 WIB
Ilustrasi demam panggung./Pixabay/
Ilustrasi demam panggung./Pixabay/ /

"Kecemasan yang intens secara terus menerus dari penderita kecemasan sosial dapat memengaruhi kesehatan fisik atau dikenal dengan istilah psikosomatik, yaitu keluhan fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukan oleh alasan fisik, seperti luka atau infeksi," kata dia dalam siaran persnya, ditulis, Minggu.

Andri menyarankan beberapa tips untuk mengatur rasa cemas, seperti mencoba membiasakan diri untuk menghadiri rapat tepat waktu sehingga dapat melihat satu per satu peserta rapat yang datang, membekal diri dengan informasi terkini mengenai situasi atau pemberitaan terkini sehingga memiliki topik untuk menjadi bahan diskusi dengan orang lain, menghindari minuman beralkohol, mengonsumsi makanan sehat, dan rajin berolahraga.

Di masa pandemi COVID-19, gangguan kecemasan juga bisa disebabkan media sosial. Menurut salah satu kreator konten kesehatan mental, Dimas Alwin, perubahan sosial secara mendadak, cepat, dan terus menerus selama masa pandemi COVID-19 bisa menimbulkan rasa cemas dan panik. Media sosial, kata dia, bisa menjadi pemicu kecemasan karena bisa jadi informasi yang dibaca seseorang ternyata hoaks atau tidak benar.

Baca Juga: Kamalla Harris Banjir Ucapan Selamat, dari Michelle Obawa, Lady Gaga hingga Traee Ellis Ross

Dimas mengatakan, awalnya ingin menghibur diri saat banyak waktu harus dihabiskan di rumah. Tetapi, alih-alih terhibur, mereka yang tadinya sudah cemas jadi semakin takut beraktivitas dan mengambil keputusan karena terpengaruh informasi dari media sosial.

"Informasi soal covid-19 sering disajikan dengan cara kurang tepat atau bertujuan menakut-nakuti dan content-nya tidak diverifikasi terlebih dahulu sehingga membingungkan pembaca. Kita tahu virus ini bisa menyebabkan terganggunya kesehatan, menurunnya kualitas hidup, dan menyebabkan kematian sehingga informasi yang disajikan haruslah bersifat edukatif agar pembaca memiliki pemahaman yang benar dan mematuhi protokol kesehatan bukan sebaliknya menjadi khawatir," ujar Dimas.

Dia menyarankan pengguna media sosial dapat lebih bijak berselancar di internet.

Hal senada juga pernah diungkapkan, dokter spesialis paru di RSUP Persahabatan Erlina Burhan. Dia menuturkan, separuh informasi di media sosial mengenai covid-19 tak benar.

"Hoaks ini tidak ada habisnya, di media sosial 50 persen isinya hoaks, tidak usah dipercaya. Hanya modal jempol, orang bisa membuat rusuh," tutur dia.

Erlina mencontohkan,dampak hoaks ini antara lain membuat pasien-pasien covid-19 tidak mau datang ke rumah sakit dan ini berdampak buruk pada mereka yang sudah mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan lainnya.

Halaman:

Editor: Eko Saputra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah