Awas! Jangan Sampai Minum Air Hujan, Kenali Zat Berbahaya yang Terkandung Didalamnya

11 Agustus 2022, 16:39 WIB
Ilustrasi air hujan. /Pexels/Oleg Magni

PORTAL BREBES - Saat hujan tiba ataupun saat bermain dikala hujan, terkadang air hujan masuk ke dalam mulut. Tak jarang pemandangan anak-anak yang sedang bermain air hujan, dengan sengaja meminum air hujan yang turun.

Namun perlu diketahui dan diwaspadai, bahwa air hujan jangan dianggap remeh. Pasalnya air hujan yang turun dari langit mengandung sejumlah zat yang bisa berdampak buruk untuk tubuh.

Sebagaimana Portalbrebes mengutip dari Pikiran-Rakyat.com dan dari laman Euro News, bahwa saat ini tingkat polusi di udara sangat tinggi dan berpengaruh pada air hujan yang turun ke bumi.

Baca Juga: Rusun Tempat Syuting Pengabdi Setan 2: Communion di Bekasi Seketika Ramai Didatangi Masyarakat

Di antaranya adalah zat Per dan Polikloro Alkil (PFAS) adalah bahan kimia buatan manusia yang tidak terjadi dalam alam.

Menurut ilmuwan kedua zat tersebut dikenal sebagai bahan kimia yang tidak dapat terurai di lingkungan.

Kedua zat itu memiliki sifat anti lengket atau anti noda sehingga dapat ditemukan di barang-barang rumah tangga, seperti pada kemasan makanan, elektronik, kosmetik dan peralatan masak.

Baca Juga: Tetap Tenang! Ini 6 Referensi Makanan Pengganti Mie Instan untuk Anak Kos

Menurut penelitian para peneliti dari Universitas Stockholm, ditemukan kedua zat tersebut di dalam air hujan di banyak lokasi di dunia.

Antartika pun tak luput dari kedua zat tersebut. Tidak ada tempat yang bisa menghindarinya.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka dinyatakan air hujan tidak layak untuk dijadikan air minum.

Baca Juga: Terkait NIK Jadi NPWP, DJP dan Ditjen Dukcapil Bakal Sama-sama Jaga Data

Tingkat pedoman aman untuk beberapa bahan kimia yang tidak dapat terurai ini telah turun secara dramatis selama dua dekade terakhir disebabkan dari wilayah dan tingkat pencemarannya.

“Ada penurunan luar biasa dalam petunjuk kualitas untuk PFAS dalam air minum selama 20 tahun terakhir,” ujar Ian Cousins yang bertindak sebagai kepala pembelajaran dan profesor pada Departemen Ilmu Lingkungan Hidup Universitas Stockholm.

Untuk zat asam perfluorooctanoic (PFOA) penyebab kanker, nilai pedoman air nya menurun hingga 37,5 juta kali di Amerika Serikat.

Baca Juga: Hati-hati Bagi Kaum Pria! 99 Persen Kasus Cacar Monyet di AS Terjadi pada Kaum Pria

“Berdasarkan pedoman AS terbaru untuk PFOA dalam air minum, air hujan di seluruh wilayah dinilai tidak aman untuk diminum” kata Ian Cousins.

Di kehidupan sehari-hari, air hujan memang tidak digunakan untuk air minum secara langsung, namun ada banyak orang di daerah lain yang mengandalkan air hujan sebagai air minum nya berharap air hujan aman untuk dikonsumsi.

Para peneliti telah melakukan penelitian terhadap kedua zat tersebut secara luas, mereka mengatakan bahwa mereka dapat dikaitkan dengan masalah kesuburan, peningkatan resiko kanker dan keterlambatan perkembangan pada anak-anak.

Baca Juga: Penangkar Burung Dilindungi Asal Tegal Dapat Penghargaan dari BKSDA Jateng

Namun sebagian peneliti berpendapat bahwa hal tersebut dikatakan tidak ada sebab akibat yang ditimbulkan antara bahan kimia tersebut dan kesehatan yang buruk.

Meskipun demikian, sebagian hasil dari penelitian ini baru-baru ini, beberapa orang menyerukan pembatasan yang lebih ketat terhadap PFAS.

“Tidak mungkin hanya segelintir orang yang mengambil keuntungan dari mencemari air minum bagi jutaan orang dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius,” kata Dr Jane Muncke, Direktur Pelaksana Food Packing Foundation di Zurich yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Baca Juga: Wow! Ini Fakta Menarik Gurun Sahara

Memerlukan biaya yang besar untuk mengurangi kandungan zat PFAS dalam air minum ke tingkat yang aman.

Pihak-pihak yang memproduksi zat-zat kimia tersebut harus mempertanggung jawabkan akibat yang ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia beracun ini.

Disclaimer : Artikel ini juga sudah ditayangkan di pikiran-rakyat.com dengan judul Awas Jangan Minum Air Hujan, Ternyata Mengandung Zat Berbahaya Ini.***

Editor: Dewi Prima Mayasari

Tags

Terkini

Terpopuler