Sakral dan Penuh Mistis, Berikut Makna Malam 1 Suro

- 22 Juli 2022, 19:56 WIB
Illustrasi Google
Illustrasi Google /pixabay/

PORTAL BREBES - Bulan Suro atau disebut juga Sasi Sura ini merupakan bulan pertama dalam perhitungan kalender Jawa dan pada tahun jatuh pada Sabtu Pahing 30 Juli 2022.

Nah dalam kepercayaan adat Jawa pada malam 1 Suro selain dikenal penuh dengan Klenik juga  banyak  pantangan yang harus dilakukan.

Malam 1 Suro akan dimaknai sebagai malam yang sakral dan penuh mistis dari pencucian atau pandian pusaka hingga membersihkan diri dilakukan pada bulan ini.

Baca Juga: Apa Saja yang Harus Dilakukan Saat Malam 1 Suro, Simak Penjelasan Berikut Ini

Bahkan si Yogyakarta, biasanya di Bulan Suro menggelar berbagai giat upacara sebagai perwujudan menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi agar tidak punah.

Biasanya selain Kirab Kebo Suro dan Kereta Kencana, pihak Keraoton Yogyakarta juga menggelar acara ritual lain seperti Jamasan yakni pencucian benda pusaka peninggalan para leluhur.

Memang tidak dipungkiri dalam menyambut 1 Suro biasanya terdapat berbagai macam upacara-upacara peringatan penuh klenik yang dilakukan masyarakat. 

Baca Juga: Malam 1 Suro Sebaiknya Tetap Berada Didalam Rumah, Ini Maknanya

Malam 1 Suro merupakan awal bulan atau pembuka bulan pertama Tahun Baru dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram.

Apakah bulan Suro baik untuk pindah rumah?

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, hari-hari di bulan Suro bukanlah hari baik sehingga tidak dianjurkan melakukan pindahan rumah. Siapapun yang menentang aturan ini akan mengalami kesialan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Baca Juga: Begini Hasil Autopsi Kematian Brigadir J yang Diungkap Kuasa Hukumnya

Apa boleh menikah di bulan Suro?

Menikah di Bulan Suro bagi sebagian masyarakat Indonesia khususnya Jawa merupakan hal terlarang untuk menggelar hajatan. 

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro  dipercaya sebagai bulan yang buruk untuk mengadakan hajatan pernikahan bagi masyarakat.

Pasalnya Bulan Muharram atau 1 Suro dipercaya sebagai waktu berlangsungnya pernikahan penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul. Keyakinan turun-temurun inilah yang membuat orang-orang enggan melangsungkan hajat di bulan Muharram.***

 

 

Editor: Cahyo Nugroho


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah