Sejarah Sungai Cipamali atau Kali Pemali yang Berada di Brebes

2 Januari 2023, 12:17 WIB
Batas ketinggian air Kali Pemali yang berada di Brebes. /facebook/

PORTAL BREBES - Sungai Cipamali atau Kali Pemali merupakan aliran sungai terbesar di wilayah Brebes, Jawa Tengah.

Kali Pemali juga memiliki sejarah yang banyak orang belum mengetahuinya.

Warga masyarakat Brebes pasti tidak asing lagi dengan sungai yang satu ini. Karena disaat banjir bisa menggenangi jalanan di Pantura.

Baca Juga: Sejarah Desa Kendawa, Salah Satu Desa di Kecamatan Jatibarang Brebes

Kali Pemali tersebut merupakan sungai yang panjang dan terbesar di Kabupaten Brebes.

Sasakala adalah dongeng yang dikaitkan dengan asal-usul nama suatu tempat atau tokoh yang memang ada dijaman tertentu.

Selain itu terdapat juga kisah Sasakala yang terbentuk dalam dongeng rakyat atau folklor.

Baca Juga: Asal Usul Bendungan Danawarih dari Pemimpin Pertama Kabupaten Tegal

Sebuah dongeng Sasakala yang menceritakan terjadinya nama Kali Pemali atau Cipamali yang berada di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Pemali berasal dari kata Pamali atau pantang/tabuh. Dongeng ini termasuk sinopsis dalam cerita babad yang didalamnya terdapat episode tentang pemberian nama sungai.

Sasakala Cipamali atau Kali Pemali dikumpulkan oleh Satjadibrata pada tahun 1946 dalam sebuah buku berjudul ‘Bunga Rampeh Dongeng’.

Baca Juga: Sejarah Pintu Air Bendungan Danawarih Tegal Jawa Tengah

Dilansir dari kanal Youtube Insight. Singkat cerita, Prabu Adi Mulya Permana Kusuma adalah seorang raja di kerajaan Galuh yang sangat adil dan bijaksana.

Pada saat itu ia belum memiliki anak dari istri-istrinya baik dari Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep.

Suatu hari, sang Prabu pergi bertapa. Saat iru istri dan kerajaannya diserahkan kepada Aria Kebonan.

Baca Juga: Asal Usul Sasakala Cipamali atau Kali Pemali Brebes Jawa Tengah

Sebelum pergi ia memberikan pesan kepada penggantinya itu agar berbuat adil dan jangan mengganggu kedua istrinya. Aria Kebonan pun menyanggupinya.

Selanjutnya sang Prabu Permana pergi bertapa di Gunung Padang dan mengganti namanya dengan Ajar Sukaresi.

Kemudian Aria Kebonan juga mengganti nama dengan Raden Barma Wijaya Kusuma.

Baca Juga: Sejarah Dinamakannya Sungai Gung atau Kaligung di Tegal

Di Kemudian hari Naganingrum dan Dewi Pangrenyep mendapat firasat akan mendapatkan putra, firasat tersebut ternyata tepat.

Sembilan bulan kemudian Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra yang diberi nama Hariang Benga.

Namun saat itu Dewi Naganingrum belum juga melahirkan dan tiba-tiba sang raja mendapat firasat bahwa bayi yang belum lahir tersebut akan menimbulkan malapetaka bagi dirinya.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Historis Kedekatan Antara Karawang dan Brebes

Kemudian sang raja menyuruh Dewi Pangrenyep apabila Dewi Naganingrum melahirkan bayinya harus segera dibuang.

Ternyata benar bayi yang dilahirkannya berjenis laki-laki yang akhirnya dihanyutkan ke sungai menggunakan sebuah kotak bersama sebutir telor dan Dewi Naganingrum juga diusir dari kerajaan.

Bayi yang dihanyutkan akhirnya ditemukan oleh Aki Balangantrang hingga tumbuh menjadi seorang pemuda yang diberi nama Ciung Wanara.

Baca Juga: Sekilas Desa Songgom Lor Brebes, Sejarahnya Tidak Lepas dengan Mbah Sokadana

Telur yang menemaninya saat dihanyutkan menetas dan menjadi ayam jantan setelah dierami oleh ular bernama nagawiru.

Pada saat itu Ciung Wanara berniat membalas dendam kepada Hariang Benga dan Dewi Pangrenyep yang telah menyengsarakan dirinya dengan ibunya.

Perkelahian Ciung Wanara dan Hariang Benga pun berlangsung cukup lama hingga Hariang benga terpental ke seberang sungai.

Baca Juga: Sekilas Waduk Cacaban Tegal, Waduk Bersejarah yang Mempunyai Nilai Historis

Ciung Wanara berada di Galuh dan Hariang Banga berada di timur sungai Brebes.

Sungai yang memisahkan mereka selanjutnya diberi nama Cipamali atau Kali Pemali sebagai tanda peringatan dan bermakna, pertikaian dengan saudara harus dihindarkan sebab termasuk pamali atau pantangan.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler