Emansipasi Wanita di Masa Keemasan Kerajaan Majapahit, Ada Sri Suhita Hingga Tribuwana Wijayatunggadewi

17 November 2023, 21:30 WIB
Sri Suhita /Tangkapan Layar YouTube KHAZANAH SEMESTA/

PORTAL BREBES - Emansipasi wanita bukan hanya sekedar cerita saja. Seperti halnya yang telah dilakukan RA Kartini dan Dewi Satika yang merupakan dua tokoh emansipasi wanita tersohor yang telah memperjuangkan nasib kaumnya untuk memiliki kesetaraan peran dengan kaum pria.

Dimasa keemasan kejayaan Majapahit, sejumlah wanita juga telah memperjuangkan semestinya yang porsi setara dengan kaum pria.

Tokoh wanita tersebut misalnya, Ratu Shima (Raja Kalingga), Pramodhawardhani (Raja Medang periode Jawa Tengah V dari Wangsa Syailendra yang memerintah pada 833-856 M).

Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda, Mengenang Sejarah dan Semangatnya

Selain itu, ada Tribuwana Wijayatunggadewi yakni Raja Majapahit dari Wangsa Rajasa yang bergelar Sri Twibhuwananotunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhan yang memerintah pada 1429-1447 M telah sanggup membuktikan dirinya sebagai pemimpin bangsa dan negara.

Mereka bukan sekedar berperan sebagai kanca wingking dan pelengkap kehidupan rumah tangga, namun membuktikan bahwa mereka juga seorang wanita tanggung yang telah memberikan kontribusi besar di era kerajaan Majapahit.

Tribuwana Wijayatunggadewi (Raja Majapahit 1429-1447 M)

Sebagaimana dilansir Portal Brebes dari buku Dibalik Pesona dan Sisi Kelam Majapahit yang ditulis oleh Krisna Bayu Adji, melalui pemerintahannya yang mendapatkan topangan berupa tenaga dan pemikiran dari Kertawerdhana (suami) dan Gajah Mada (patih) Tribhuwana Wijayatunggadewi telah merealisasikan gagasannya di dalam menyatukan beberapa wilayah di Kepulauan Nusantara.

Terbukti, saat itu, Majapahit sanggup menaklukkan kerajaan-kerajaan di Bali, sisa-sisa wilayah kekuasaan Sriwijaya dan Melayu.

Usai masa pemerintahannya dan diserahkan kepada putrannya yakni Hayam Wuruk, keberadaan Tribuwana Wijayatunggadewi di mata pemerintahan Majapahit masih diperhitungkan.

Melalui, Saptaprabhu, raja ketiga Majapahit itu masih menyumbangkan pemikiran-pemikiran tentang eksistensi, kelangsungan dan kerajaan Majapahit pada Hayam Wuruk.

Baca Juga: Kisah Ki Gede Sebayu Mendirikan Tegal, Berhasil Mbagun Ponpes dan Masjid Disini

Sri Suhita (Raja Majapahit Keenam)

Lain cerita dengan Tribuwana Wijayatunggadewi, Sri Suhita juga merupakan wanita tangguh yang mendapatkan topangan tenaga pemikiran dari Bhra Hyang Paramestawara Ratnapangkaja (suami) yang telah memberikan warna kepada kerajaan Majapahit.

Raja keenam Majapahit itu menobatkan Gan Eng Cu sebagai pemimpin masyarakat Cina di Tuban dengan pangkat A-lu-ya.

Menurut Kronik Cina, tokoh Gan Eng Cu ini diidentikkan dengan Arya Teja yang merupakan kakek dari Sunan Kalijaga.

Namun sayangnya, pada masa pemerintahan Sri Suhita, Majapahit telah dilumuri dengan darah dendam. Dimana, Sri Suhita sang cucu dari Bhre Kertabhumi itu menjatuhkan hukuman mati kepada Raden Gajah atau Bhra Narapati (1433 M).

Baca Juga: Inilah Sejarah Stasiun Kereta Api Tegal yang Dibangun pada 1885?

Sayangnya, tidak banyak informasi yang didapat mengenai Raden Gajah. Namun, melansir dari buku tersebut karena Raden Gajah lah, Bhre Kertabhumi tewas dalam perang suadara yang dikenal dengan Perang Paregreg.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler