Perang Sunda Vs Majapahit Ternyata Berlangsung di Brebes

- 26 Februari 2023, 20:36 WIB
Masuk Kecamatan Bantarkawung Brebes
Masuk Kecamatan Bantarkawung Brebes /Portal Brebes /

PORTAL BREBES - Sebelum Perang Bubat (1357), sebagaimana dikabarkan dalam Kidung Sunda, bahwa Majapahit sebelumnya pernah melakukan Invasi ke Sunda, namun dihadang diperbatasan oleh tentara Sunda, menariknya orang-orang yang melulu lantakan tentara Majapahit itu disebut sebagai orang Jipang.

Tentu Jipang yang dimaksud dalam Kidung Sunda itu bukan Jipang Panolan Negerinya Arya Penangsang, melainkan suatu daerah yang letaknya di Perbatasan Sunda-Jawa era itu (Sebelum 1357).

Rupanya setelah ditelusuri daerah yang disebut Jipang itu berada di Kota Brebes, kota yang dahulu menjadi Perbatasan wilayah Sunda dan Jawa.

Baca Juga: Sejarah Lahirnya Kabupaten Brebes, dalam Serat Kanda Edisi Brandes Masa Kerajaan Majapahit

Dilansir Portal Brebes dari laman History Of Cirebon, Sumber sejarah mengenai perang Sunda dan Majapahit sebelum peristiwa Bubat memang Kidung Sunda, namun yang perlu dipahami adalah bahwa Kidung Sunda bukan Naskah buatan orang Sunda apalagi berbahasa Sunda, naskah tersebut adalah naskah yang dibuat oleh orang Jawa dan tentunya berbahasa Jawa.

Menurut hasil penelitian para Fiolog dan Para ahli sejarah, bahwa Kidung Sunda adalah naskah Jawa pertengahan, penulisnya tidak diketahui (dicantumkan). Naskah ini ditemukan di Bali, sebelum akhirnya menjadi bahan penelitian dan disebarluaskan.

Naksah Kidung Sunda adalah syair (kidung) Jawa yang mengisahkan mengenai putri Sunda yang  gagal menjadi Istri Raja Majapahit, yang mana didalamnya dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda. Namun, Patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Slatri, Sebuah Desa di Kecamatan Larangan Brebes

Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda dengan prajurit Majapahit dipelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.

Naskah Kidung Sunda yang menginformasikan mengenai Invasi Majapahit ke Sunda sebelum tragedi terbunuhnya Raja dan Putri Sunda itu tertulis dalam cuplikan ketika Patih Sunda memaki-maki Gajah Mada. Demikian alih aksara dan terjamahnya;

Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.

 Baca Juga: Sejarah Desa Pegirikan Kecamatan Talang Tegal, Tidak Lepas dengan Peran Ulama

Terjamah: (Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? (Tidak) sama seperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang)

Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.

Terjamah : (Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur)

 Baca Juga: Sekilas Sejarah Pabrik Gula, Metikan dan Mbesaran Hingga Pengantin Tebu Jatibarang Brebes

Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.

Terjamah: (Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup)

Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.

Terjamah: (Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati)

 Baca Juga: Sejarah Kersana, Sebuah Nama Kecamatan di Kabupaten Brebes

Berdasarkan kandungan sebagian isi Kidung Sunda sebagaimana cuplikan yang telah diuraikan, maka kesimpulannya adalah (1) Majaphit-Sunda pernah berperang sebelum tragedi Bubat (Invasi Majapahit) (2) Wilayah perang di pegunungan (bukit), (3) Tentara Sunda yang memburu tentara Majapahit adalah orang Jipang (4) Invasi Majapahit dipimpin oleh panglima (Mantri) Les dan Baleteng (5) Majapahit kalah.

Orang Jipang dan Desa Jipang

Orang Jipang yang dimaksudkan dalam Kidung Sunda sepertinya merujuk pada orang-orang Sunda yang berasal dari Desa Jipang, desa ini sekarang terletak di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Desa Jipang yang masuk wilayah Kecamatan Bantarkawung, secara geografis berbatasan dengan Desa Sindangwangi, Terlaya, Ciomas dan Bantarwaru, yang menjadi menarik adalah wilayah Kecamatan Bantarkawung termasuk didalamnya Desa Jipang meskipun letaknya berada di wilayah Kabupaten Brebes, sebagian besar (Mayoritas) masyarakatnya masih mengamalkan dan berbahasa Sunda hingga sekarang.

 Baca Juga: Mengenal Sejarah Terbentuknya Kota Jakarta, Kamu Sudah Tahu? Simak Ulasannya Berikut Ini!

Selain itu, desa Terlaya, secara nama apakah mungkin dahulunya bernama Pralaya ? (Kekacuan) jika dahulunya bernama demikian dimungkinkan penamaannya terinspirasi dari Susana invasi yang pernah dilakukan oleh Majapahit, yaitu dalam kondisi kacau.

Tidak sampai situ saja, sebagaimana yang dipahami dari peta dan kondisi geografisnya, bahwa wilayah Kecamatan Bantarkawung terletak di selatan Brebes, adapun ketinggiannya adalah kurang 500 Meter dari permukaan laut, hal ini berarti daerah Bantarkawung adalah daerah perbukitan (Pegunungan kecil). Hal ini cocok dengan apa yang di informasikan oleh Kidung Sunda bahwa peperangan Sunda Vs Majapahit yang mana sebagain tentara Sunda yang terdiri dari orang Jipang itu berlangsung di wilayah pegunungan atau perbukitan.***

 

 

 

 

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x