Karena Nyai Resi tidak mau maka Kyai Trukoyoso bersama istrinya meneruskan perjalannya sampai suatu waktu berhenti disebuah sungai disitu ada hewan ketal / bulus. Dan ditempat tersebut dinamai Sungai Sebulus.
Mereka tinggal didaerah tersebut. Belum lama mereka tiba – tiba hujan turun tidak henti – hentinya, karena derasnya hujan sungai tersebut banjir sehingga ada sebuah batu terkena hantaman banjir sampai terpental kearah utara.
Jatuh tersumbat sungai yang agak sempit dan batu tersebut tidak bisa hanyut sehingga menyumbat aliran sungai, maka terjadilah luapan air sampai di daerah Kyai Trukoyoso tinggal, Kyai Trukoyoso sedang semedi dan tidak memperdulikan hal itu, lalu istrinya menjerit – jerit dengan berkata “keleban – keleban” lalu Kyai Trukoyoso bangun dari semedinya dan keluar rumah.
Baca Juga: Cerita Singkat Desa Banjarejo Kendal, Kisah Mbah Kolo Boyo, Ki Jembrok dan Nyai Among Sari
Air tersebut belum sampai ke rumah beliau, lalu Kyai berjalan kearah timur sambil mengatakan Bakalan kelaban. Jadi daerah yang diinjak Kyai Trukoyoso dinamakan Bakalan, sedang yang diinjak Nyai dinamakan Leban.
Atas Ketaqwaan dan berkah doa beliau walaupun daerah tersebut dekat sungai sampai sekarangpun belum pernah terkena banjir / keleban.
Beliau berdua sudah rentan dan tidak bisa meneruskan perjuangannya, Kyai diberikan cobaan sakit mata sampai buta / pece. Sedang mbah Nyai sakit Gondok. Maka yang membuka daerah Leban adalah Mbah Condok alias Pece sama Gondok.
Baca Juga: Cerita Singkat Desa Banjarejo Kendal, Kisah Mbah Kolo Boyo, Ki Jembrok dan Nyai Among Sari
Demikianlah sejarah singkat Desa Leban Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah.***