Kenapa Makanan Jawa Identik Dengan Rasa Manis? Cek Penjelasannya

- 5 Juli 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi makanan jawa identik dengan manis
Ilustrasi makanan jawa identik dengan manis /IG/@jogjafood

Portal Brebes - Meriah, megah, dan sangat beragam. Mungkin kata itu yang tergambar jika melihat warna-warna makanan di bagian tengah Pulau Jawa.

Dari banyak makanan yang terhidang, ada satu bahan istimewa yang selalu ada di tiap sajiannya, ialah gula. Coba saya perhatikan, dari lauk minuman sampai sambel yang dibuat, butir-butir manis ini tidak pernah terlewatkan untuk dicampur.

Tapi, darimana sebenarnya kegemaran akan gula ini berasal? Kenapa masyarakat di daerah Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, suka makanan manis?

Baca Juga: Asal Usul Sejarah Desa Semayu Kecamatan Solomerto Wonosono, Konon Nolo Kusumo selalu Hilang

Dikutip Portal Brebes dari kanal Youtube Kok Bisa, dalam kisah Ramayana, ternyata Rama gak cuma makan masakan manis. Jika kita beralih ke teks-teks Jawa kuno, popularitas rasa manis ini juga masih belum muncul.

Memang dalam ajaran Hindu rasa manis harus ada dalam setiap masakan. Namun, rasa ini juga harus dilengkapi dengan lima rasa lain untuk menciptakan keseimbangan yang harmonis.

Kalau gitu darimana datangnya rasa manis yang menonjol dari masakan Jawa Tengah sekarang?

Baca Juga: Kisah Sejarah Desa Wonokerto Kabupaten Wonosobo, Dua Prajurit Pangeran Diponegoro yang Berlindung di Hutan

Ya, mungkin kita berfikir kalau kegemaran ini bisa dilacak sampai ke Jawa kuno, tapi ternyata baru muncul di zaman penjajahan Belanda.

Saat itu, melawan dua pasukan tentara di lokasi yang berbeda menguras habis kantong kas kolonial Hindia - Belanda.

Jadi untuk mencari uang, seorang Gubernur Jenderal berusuh untuk memberlakukan tanam paksa. Ladang rempah dan padi dipakai untuk menanam hasil tani ekspor yang laku di Eropa.

Baca Juga: Asal Usul Desa Maron Kecamatan Garung Wonosobo, Konon Penduduknya Sering Berpindah Tempat

Hampir seluruh sawah di Jawa Tengah dipaksa untuk menanam tebu. Sebabnya, bertahun-tahun rakyat kelaparan karena kehilangan makanan pokoknya, nasi.

Sehingga mereka harus bertahan hidup dengan menggunakan air perasan tebu untuk memasak. Inilah kenapa warga Jawa Tengah lebih terbiasa dan gemar akan rasa manis.

Setelah tanam paksa dicabutpun, produksi gula nggak berhenti. Swasta Belanda dan sultan-sultan dari Keraton Solo dan Yogyakarta mengambil alih pabrik dan ladang tebu.

Baca Juga: Cerita Rakyat Tegalan : Dulu Ada Cerita Adu Banteng di Desa Ini Setelah Masa Panen Padi

Hal ini bikin Keraton untung berkali-kali lipat, sampai-sampai gaji priyayi yang biasa dibayar dengan tanah diganti jadi hasil ekspor gula.

Seiring waktu, walaupun perselisihan masih ada, pertukaran budaya tetaplah terjadi. Keraton yang sering menerima tamu dari Belanda lama-kelamaan muncul ketertarikan akan kulinernya.

Adapun makanan yang hanya bisa kita dapatkan di restoran Eropa ternyata bisa kita temuin versi lokalnya. Contohnya, Selat Solo atau ini juga dikenal dengan nama Bistik Jawa. Rasanya manis gurih dengan sedikit asam dari saus mustard dan cuka.

Baca Juga: Sejarah dan Makna Hari Lahir Pancasila yang Diperingati Setiap Tanggal 1 Juni

Gimana cara masaknya? Masakan satu ini sangat unik. Walaupun kegiatannya makanan barat, ada bumbu-bumbu yang bikin makanan ini lokal banget.

Pertama, daging has dalam yang sudah dibumbui sama bumbu lokal ini akan digoreng dulu. Kalau udah kecoklatan, ditiriskan dan kita akan lanjut bikin kuahnya.

Di wajan kita akan tumis bawang merah dan tomat, lalu kita akan tambah air. Setelah mendidih, masukin daging yang sudah dipotong serta bumbu-bumbu blasteran ini.

Baca Juga: Bupati Tegal dari Masa ke Masa, Sosok ini yang Menjadi Perempuan Pertama yang Memimpin Kabupaten Tegal

Sekarang sambil kita tunggu sampai semuanya meresap, kita bisa bikin sausnya. Saat dimakan, saus ini biasa dicampur sama kuahnya biar makin nikmat. Saat semuanya menyatu dan meresap, sudah siap kita sajikan. Jangan lupa ditambah acar dan pelengkap lainnya.

Pada akhirnya, citarasa khas sebuah budaya tidak hanya muncul lewat tradisi, namun juga lewat masa sulit yang harus mereka lewati.

Dan lewat masa sulit ini, kita juga dihadirkan pertukaran budaya yang bikin para wisatawan tidak bosan untuk berkeliling Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Klampis Brebes, Desa yang Dulunya Berdiri Sebuah Pohon Klampis yang Jadi Persinggahan

Berbicara tentang wisata kuliner, kita telah berjelajah ke berbagai pelosok nusantara.

Melihat ragamnya masakan khas Indonesia yang macam-macam, dan sekarang kita jadi mengetahui Kenikmatan sebuah masakan tidak hanya dari rasanya yang kaya akan rempah, tapi juga tiap sendoknya yang ternyata punya banyak cerita.***

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah