Begini Kisah Syekh Armia, Putra Bungsu dari Kyai Kurdi Ini Ajarkan Agama Islam Sampai Keluar Masuk Hutan

- 27 Agustus 2023, 14:08 WIB
makam Syekh Armia di Cukura Bojong Kabupaten Tegal
makam Syekh Armia di Cukura Bojong Kabupaten Tegal /Tangkapan Layar YouTube RENDA JEJAK LELUHUR/

PORTAL BREBES - Syekh Armia merupakan putra bungsu dari Kyai Kurdi. Kakeknya dikenal sebagai Mbah Suraprana, yakni tokoh yang dikenal sebagai kewaskitaannya.

Sebelum Syekh Armia lahir, kakeknya pernah berkata bahwa kelak cucunya ini akan menjadi seorang tokoh besar dalam hal keilmuan dan kewalian.

Sebagaimana dilansir Portal Brebes dari laman YouTube Ziarah Official, Kyai Armia lahir di Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal sekitar tahun 1830an.

Baca Juga: Nama Pangeran Purbaya yang Makamnya di Desa Kalisoka Tegal, Menantu Ki Gede Sebayu Ini Bernama

Tak lama setelah kelahirannya, ayahnya meninggal dunia. Semasa kecil, Kyai Armia hidup bersama paman dan bibinya.

Kegiatan Kyai Armia, sehari-hari mencari rumput an kayu bakar di hutan untuk kebutuhan sehari-harinya. Hal itu berlanjut sampai dirinya dewasa.

Konon, suatu hari dikala dirinya mencari rumput dan kayu bakar ditengah hutan, dirinya mendengar lantunan suara ayat Alqur'an.

Baca Juga: Asal Usul Cerita Berdirinya Slawi, Konon Berasal dari 25 Pemuda yang Mencoba Merobohkan Pohon Jati

Namun, ketika dirinya mendekati kepada suara tersebut, dirinya menemukan adanya seorang laki-laki yang sedang duduk diatas batu.

Dengan tenang, dirinya menikmati keindahan lantunan ayat-ayat suci Alquran itu dan dalam hati dirinya ingin menuntut lebih jauh ilmu agama Islam.

Setelah membicarakan dengan paman dan bibinya, akhirnya diputuskan untuk berangkat ke pondok pesantren untuk mencari ilmu.

Baca Juga: Sebelum Jadi Menantu Ki Gede Sebayu, Pangeran Purbaya Pernah Berperang dengan Pasingsingan Karena Ini

Menurut salah satu riwayat, tempat pertama yang didatangi adalah Kesuben, Lebaksiu Kabupaten Tegal. Kemudian, Sumpiuh Banyumas dan berlanjut ke Tegal Gubug Cirebon dan Lemah Duwur Kabupaten Tegal.

Didua tempat terakhir, dirinya menimba ilmu kepada sosok ulama yang bernama Kyai Anwar. Disisi lain, dirinya juga menimba ilmu kepada beberapa guru yang tak terhitung jumlahnya.

Namun, kebanyakan adalah walimasdur yakni wali yang tak nampak atau ditutup kewaliannya.

Baca Juga: Bukti Kabupaten Tegal Merupakan Wilayah Agraris Dimulai dari Sejak Ki Gede Sebayu jadi Juru Demung?

Dalam belajar, setelah dirasa cukup oleh gurunya, maka dirinya selalu diantar menuju ke guru yang lainnya untuk belajar kembali dan belajar terus demikian.

Usai pencarian ilmunya, Kyai Armia kembali menuju kampung halamannya saat usianya mencapai 60an tahun.

Sekembalinya ke Cikura, ia menikah dengan Nyai Aliyah. Hal itupun sebagaimana diceritakan salah satu riwayat saat mendapatkan perintah dari Rasulullah SAW dan dipilihkan pasangannya.

Baca Juga: Perkuat Sinergi, Shopee Connect Jadi Simpul Kolaborasi Konten Kreator, Mitra Brand, dan Penjual

Perjuangannya dalam membangun Islam tak diragukan lagi, selain mendirikan masjid di Desa Cikura sebagai pusat peribadatan dan pengembangan keilmuan, dirinya juga mendatangi pelosok kampung untuk mengajarkan agama.

Dengan berjalan kaki, Kyai Armia itu keluar masuk hutan demi membina umat Islam di wilayah Tegal dan Pemalang bagian selatan.

Terbukti, sampai saat ini banyak desa yang tidak berada di lokasi Tegal masih banyak mengakui bahwa sosok Kyai Armia adalah penghidup Islam.

Baca Juga: Berlangsung Meriah, Estafet Tunas Kelapa di Kwarran Margadana Kota Tegal

Hingga akhir hayatnya, Syekh Armia dimakamkan di Komplek Pesantren At Tauhidiyyah di Desa Cikura, Bojong, Kabupaten Tegal pada Rabu 1 Mei 1935 yang bertepatan 27 Muharram 1354.***

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah