Hasil Tes PCR Cacar Monyet di Jateng Negatif, Begini Kata PB IDI

- 6 Agustus 2022, 06:10 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Pixabay/geralt/Nataliyah

PORTAL BREBES - Gubernur Ganjar Pranowo baru-baru ini mengungkapkan bahwa ada satu pasien di Jawa Tengah (Jateng) yang terindikasi atau suspek cacar monyet. Belakangan diketahui hasil tes PCR terhadap pasien suspek cacar monyet itu negatif.

Ganjar mengatakan hasil pemeriksaan dari seorang pasien suspek cacar monyet atau monkeypox di Jawa Tengah, telah keluar. Hasilnya, yang bersangkutan negatif.

“Kemarin terindikasi satu (orang pasien suspek), tadi hasil PCR-nya negatif,” kata Ganjar.

Meski demikian, orang nomor satu di Provinsi Jateng itu mengingatkan kepada masyarakat, agar tetap waspada. Setiap yang memiliki gejala mirip cacar monyet, agar segera periksa.

Baca Juga: Waspada! Suspek Cacar Monyet Muncul di Jawa Tengah

“Semua sekarang kalau ada gejala segera periksa. Itu yang paling penting,” ujar Ganjar, seperti dikutip Portal Brebes dari laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Sabtu 6 Agustus 2022.

Sementara itu, dilansir dari Pikiran-Rakyat.com, Ketua Satgas Cacar Monyet Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Hanny Nilasari, mengungkapkan, terdapat cara lain yang lebih optimal untuk mendiagnosis cacar monyet.

“Lesi kulit itu yang paling tinggi sensitivitasnya jika dibandingkan dengan pemeriksaan orofaring (tenggorok),” ujarnya.

Baca Juga: Terkonfirmasi Ribuan Kasus Cacar Monyet, AS Nyatakan Darurat Kesehatan Masyarakat

Lesi merupakan kerusakan atau ketidaknormalan jaringan di dalam tubuh, seperti pada kulit atau organ.

Ketua Satgas Cacar Monyet menambahkan, cara pengambilan sampel menentukan keberhasilan pada pemeriksaan spesimen lesi kulit.

Diketahui, jumlah virus yang terdeteksi akan lebih mudah ditemukan jika menggunakan lesi baru.

Menurut WHO, sampel lesi kulit harus disimpan dalam tabung yang kering dan steril (tanpa media transfer virus) dan diusahakan tetap dingin.

Baca Juga: Dikabarkan Sudah Masuk ke Indonesia, Waspadai Penyebab Cacar Monyet dan Gejalanya

Pemeriksaan yang dilakukan harus di dalam kamar khusus isolasi, dan tim medis yang terlibat diwajibkan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) serta mengikuti mekanisme penanganan pasien.

Hanny pun menjelaskan, antibiotik akan diberikan kepada pasien sesuai dengan jenis infeksinya pada saat pemeriksaan.

“Kalau ada dehidrasi akan diberi cairan yang memadai, gizi harus diperhatikan,” tambahnya.

Tetapi, hingga kini belum ada rumah sakit yang ditunjuk pemerintah untuk menangani pasien cacar monyet. Hanya ada dua laboratorium rujukan saja.

Baca Juga: IDI Minta Anggotanya Waspadai Gejala Cacar Monyet Pada Pasien

Laboratorium tersebut, antara lain Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. dr. Sri Oemijati di Jakarta dan Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata di Bogor.

Hanny menegaskan untuk tidak melakukan diagnosis sendiri. “Kalau ada gejala, demam, manifestasi di kulit, diraba di leher ada benjolan, kita harus ke fasilitas kesehatan,” ucap dia.

Dia pun mengatakan, cacar monyet akan lebih mudah ditularkan kepada seseorang yang memiliki daya tahan tubuh lebih rendah. Karena daya tahannya lemah, maka dapat dengan mudahnya reinfeksi berulang.

“Kalau daya tahan tubuh kita baik, dan kontak tidak terlalu erat, kemungkinan kita tidak terinfeksi. Tapi kalau daya tahan tubuh lemah, tentunya harus hati-hati, kita juga bisa tertular,” ujarnya.***

Editor: Dewi Prima Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah