Sekilas Profil KH Syekh Misbahul Anam, Pengasuh Ponpes Al Umm Ciputat

- 29 November 2022, 19:50 WIB
KH Syekh Misbahul Anam Pengasuh Ponpes Al Umm Ciputat
KH Syekh Misbahul Anam Pengasuh Ponpes Al Umm Ciputat /Irkham Musatir / Portal Brebes/

PORTAL BREBES - KH. Syekh Misbahul Anam Turmudzi Assyafi’i Attijani, lahir di Brebes pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1387 H. Sejak kecil dalam asuhan langsung ayahnya, KH. Turmudzi. Baik dalam ibadah, berakhlaq maupun memahami kitab-kitab salaf.

Setelah tamat dari MTs. Assyafi’iyah, melenjutkan sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) di Pekalongan dan mengaji di beberapa pesantren. Pesantren yang terakhir menjadi tempat belajarnya, adalah Pondok Pesaantren Al-Ishlah Mangkang Kulon, Semarang.

Pendidikan terakhir yang ditempuh di Fakultas Tarbiyah, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta diselesaikan dengan waktu tercepat dan tamat dengan predikat Cum Laude.

Dalam menempuh jalan tarekat diawali dengan menentang terhadap pandangan orang-orang tarekat yang meyakini adanya jaminan sorga. Bahkan menolak adanya jaminan sorga yang diberikan kepada penganut tarekat. Tidak puas dengan jawaban orang-orang tarekat, saya pun menanyakan persoalan jaminan sorga bagi orang tarekat kepada ayahnya.

KH. Turmudzi yang penganut tarekat tijani serta banyak memahami ilmu tasowuf tidak mau berdebat dengan anaknya. Beliau hanya menjawab singkat. “Nanti ba’da maghrib, kamu saya ajak silaturrahmi kepada KH. Syekh Muhammad. Tanyakan apa yang kamu anggap musykil dan tidak berdasar tentang tarekat kepada Beliau”’.

Baca Juga: Sekilas Profil Abuya Syekh Soleh Basalamah, Pengasuh Ponpes Darussalam Jatibarang Brebes

Seusai shalat maghrib saya bersama ayah bersiap-siap untuk pergi ke kediaman KH. Syekh Muhammad. Ketika itu usia saya baru sekitar 17 tahun. Saya bersama ayah diterima sama Beliau dengan ramahnya. Belum ada pertanyaan yang saya sampaikan, ternyata dari awal pertemuan sampai kurang lebih satu jam, Beliau telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak hati saya. Saya puas karena semua diungkapkan dengan dalil dan sangat rasional.

Setelah lebih dari satu jam kami bersama KH. Syekh Muhammad, tiba-tiba Beliau bertanya: “Ada apa tidak biasa-biasanya datang bersilaturrahmi ke sini”. Saya menjawab, tidak adaa apa-apa hanya ingin bersilaturrahmi. Di dalam hati saya berkata: “Saya yakin Beliau sudah tahu sebelumnya. Ini tidak mungkin terjadi kalau Beliau bukan Waliyulloh. Saya harus masuk dan ikut tarekat”.

Sebelum saya bersama ayah memohon diri, berpamitan pulang, saya berkata: “ Ya Syekh ! Saya ta’dhim dan taslim. Saya mau masuk tarekat tijani”. Beliau menjawab dengan senyum dan wajah mengagumkan: “Istikhoroh dulu, kemudian minta izin kedua orang tua. Jangan terburu-buru”. Baik, Insya Alloh saya jalankan, kata saya.

Halaman:

Editor: DR Yogatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah