Polemik Kamus Sejarah Kemendikbud, Pakar Linguistik : Tidak Cukup Minta Maaf, Harus Diusut Tuntas

22 April 2021, 14:54 WIB
Ilustrasi Cover Kamus Sejarah Kemendikbud /NU Online/

PORTAL BREBES - Buku Kamus Sejarah Indonesia Kemedikbud terus menuai kontroversi. Selain KH Hasyim Asy'ari ternyata nama KH Abdurrahman Wahid juga tidak tercantum dalam kamus tersebut.

Nama KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur hilang dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid II.

Nama Gus Dur tidak ada dalam jajaran tokoh-tokoh yang ada. Gus Dur hanya menjadi pelengkap sejarah beberapa tokoh yang ada seperti Ali Alatas, Megawati dan Widjojo Nitisastro.

Baca Juga: Riky Puas Tapi Elsa Stres, Ini bocoran Ikatan Cinta Kamis 22 April 2021

Baca Juga: Update Terbaru! Kode Redeem FF 22 April 2021 Sudah Rilis, Buruan Klaim Hadiahnya

Namun anehnya dalam Kamus Sejarah jilid II terebut foto sosok Presiden ke-4 Indonesia menjadi cover atau sampul.

Selain itu ada sejumlah nama seperti Abu Bakar Ba'asyir yang justru muncul dalam kamus tersebut.

Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan karena sosok mantan narapidana kasus terorisme justru dimuat sedangkan nama Presiden ke-4 hilang.

Baca Juga: Weton Kamis Pon 22 April 2021 ini Ramalannya Menurut Primbon Jawa

Baca Juga: Jangan Lupa Tonton Pesbukers New Normal dan Radha Khrisna Ini Jadwal Acara ANTV Hari Kamis 22 April 2021

Pakar Linguistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Makyun Subuki mengatakan bahwa kemendikbud telah "dibajak" oleh orang-orang yang sepaham dengan tokoh tersebut.

"Afirmasi terhadap tokoh tertentu yang secara jelas merongrong dasar negara yang sah melalui saluran resmi praktik diskursif institusi negara bukan tidak dapat dibenarkan," tuturnya

Makyun menyatakan bahwa hal tersebut harus diluruskan dan tidak cukup hanya dengan meminta maaf.

Baca Juga: Lukis Wajah Dengan Motif Masker, Bule Berhasil Kelabui Satpam Pusat Perbelanjaan

Baca Juga: Kasus Jozeph Paul Zhang, Gus Miftah: Nabi Kok Main Petak Umpet

Harus ada tindak lanjut seperti pengusutan yang serius karena berkaitan dengan infiltrasi ideologi tertentu yang dapat merongrong negara.

Seperti diketahui Direktur jenderal kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid pada awalnya sempat membantah penerbitan buku tersebut.

Namun pada akhirnya, Hilmar mengakui bahwa pihaknya telah melakukan kekeliruan dan berusaha menarik buku tersebut dari peredaran.***

 

Editor: Wisnu Probolaksono

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id

Tags

Terkini

Terpopuler