Wilayah otak itu mengatur emosi dan ketahanan terhadap gangguan kejiwaan. Tost serta timnya mengidentifikasi area tersebut sebagai korelasi saraf yang menentukan dan menengahi hubungan antara aktivitas fisik dan energi subjektif.
Tost menjelaskan, ada kecenderungan tertentu bagi orang-orang dengan volume materi otak abu-abu yang lebih kecil di wilayah tersebut. Begitu pula mereka yang memiliki risiko gangguan kejiwaan yang lebih tinggi.
"Mereka merasa kurang berenergi ketika tidak aktif secara fisik. Namun, setelah aktivitas sehari-hari, orang-orang ini merasa lebih penuh energi daripada orang-orang dengan volume otak yang lebih besar," tukasnya.***