Sejarah Asal Usul Desa Sigambir Brebes, Kisah Kuda yang Loloskan Bupati Pusponegoro Dari Kejaran Belanda

20 Maret 2023, 15:33 WIB
gerbang Desa Sigambir Brebes /Tangkapan Layar YouTube Mazta Chanel/

PORTAL BREBES – Desa Sigambir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes.

Desa tersebut memiliki jumlah kepadatan penduduk sebanyak 4005 itu merupakan desa yang terkecil nomor dua di Kecamatan Brebes berdasarkan jumlah kepadatan penduduknya sebagaimana dilansir dari statistik BPS.

Namun, ada asal usul mengapa Desa Sigambir Brebes berdiri dan bagaimana kisahnya, simak selengkapnya disini.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Banjaratma Brebes, Ada Pohon Kesambi yang Tumbuh Berjajar

Dilansir dari laman gurusiana.id, pada zaman dahulu, Kabupaten Brebes dipimpin oleh seorang bupati yang sangat tegas dan ramah terhadap rakyatnya yang bernama Pusponegoro.

Bupati Pusponegoro memiliki kusa kesayangan yang bernama Sigambir yang digambarkan kuda tersebut memiliki postur ukuran yang tinggi dan besar serta berwarna hitam.

Konon, kuda ini memiliki kekuatan magis yang luar biasa bahkan ada yang mengatakan bahwa Sigambir dirasuki kekuatan jin.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Sigambir Brebes, Kuda yang Menyelamatkan Bupati Pusponegoro dari Kepungan Belanda

Sigambir selalu menemani Bupati Pusponegoro kemanapun ia pergi. Bahkan ketika melawan pasukan Belanda di daerah Brebes, ia pun selalu menemaninya.

Bupati Pusponegoro menjadi buruan Belanda karena selalu berhasil meloloskan diri. Itu pun juga atas bantuan dari Sigambir yang memiliki kecepatan lari yang sangat luar biasa.

Selain itu, Bupati Pusponegoro memiliki hobi yang unik, yakni menyukai tarian terutama tari jaipong.

Baca Juga: Kepala Desa Tonggara Dari Masa ke Masa, Mulai dari Rantiyan Djojohardjo hingga Ratinah

Hal ini pun dimanfaatkan oleh pihak Belanda yang memiliki rencana untuk menangkap Bupati Pusponegoro. Ketika itu Belanda sudah menguasai Kasunanan Surakarta, sedangkan Brebes adalah termasuk wilayah di bawah kekuasaan Kasunanan Surakarta.

Oleh karena itu, Belanda menyuruh Kasunanan Surakarta untuk memanggil Pusponegoro ke Pendopo dengan dalih untuk membahas situasi terkini.

Selain itu, ada hiburan berupa tarian yang merupakan hobi Bupati Pusponegoro. Beliau pun akhirnya mau menerima undangan tersebut.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Tonggara Tegal, Pernah Terbagi Menjadi 2 Bagian WIlayah

Akhirnya, ia pun berangkat dengan kuda tunggangannya beserta beberapa pengawal kepercayaannya.

Setelah sampai di Kasunanan Surakarta, Bupati Pusponegoro menyuruh pengawalnya agar tidak masuk ikut ke dalam untuk jaga-jaga.

Bupati Pusponegoro pun akhirnya masuk ke pendopo dan disambut seperti tamu istimewa. Ia pun merasakan ada yang aneh.

Baca Juga: Asal Usul Gunung Tangkuban Perahu, Legenda Sangkuriang Ada Disini

Bupati Pusponegoro disuguhi tarian yang menarik dan dia tidak bisa menahan keinginannya untuk ikut menari bersama para penari keraton. Akhirnya Bupati Pusponegoro terbuai dalam menari dan menikmati setiap alunan musik gamelan.

Setelah beberapa saat, pasukan belanda sudah mengepung Bupati Pusponegoro di tengah pendopo. Dia kaget setengah mati dan menghentikan tariannya.

Ternyata dia tahu bahwa Kasunanan Surakarta sudah dikuasai dan berpihak pada Belanda.

Baca Juga: Sekilas Sejarah Banjaranyar, Sebuah Nama Desa di Kecamatan Brebes

Bupati Pusponegoro kemudian disuruh menyerahkan diri dan menandatangani perjanjian untuk menyerahkan wilayah Brebes pada Belanda.

Bupati Pusponegoro pun menolak dengan tegas hingga akhirnya perkelahian pun terjadi di pendopo.

Lantaran dikeroyok Belanda, Bupati Pusponegoro menggunakan ajian pamungkasnya untuk melarikan diri dari kepungan.

Baca Juga: Begini Asal Usul Desa Kuta Belik Pemalang, Mahkota yang Tidak Diketahui Ali Basah Sentot Prawirodirdjo

Ia melarikan diri ke alun-alun pendopo. Namun, sudah banyak pasukan belanda yang siap menembak.

Bupati Pusponegoro merasa lemas karena sudah menggunakan kekuatannya. Ia juga melihat pengawalnya sudah tewas terbunuh oleh pasukan Belanda. Ia pun semakin terpojok oleh pasukan belanda yang mengepungnya.

Bupati Pusponegoro pun pasrah jika tewas terbunuh oleh pasukan belanda.

Baca Juga: Asal Usul Pemalang Provinsi Jawa Tengah, Adanya Kuburan Syech Maulana Maghribi di Kawedanan Comal

Di tengah kepanikan Bupati Pusponegoro datanglah kuda kesayangannya, Sigambir.

Bupati Pusponegoro menjanjikan sesuatu pada Sigambir jika berhasil membawanya pergi dengan selamat akan ia berikan apa saja sesuai permintaannya.

Sigambir pun akhirnya mengeluarkan kekuatan magisnya melawan belanda dan membawa pusponegoro untuk melarikan diri. Ia lari dengan sangat cepat, sehingga berhasil lolos dari kepungan belanda.

Baca Juga: Begini Profil Desa Sumingkir Tegal Beserta Kepala Desa dari Masa ke Masa

Pasukan penjajah pun tidak bisa mengejarnya sehingga rencana belanda tidak berhasil untuk menangkap Bupati Pusponegoro.

Setelah beberapa hari perjalanan pulang, akhirnya sampailah Bupati Pusponegoro beserta kuda kesayangannya di Brebes. Beliau pun mengucapkan terima kasih kepada Sigambir. Kemudian beliau menepati janjinya. Ia menawarkan pada Sigambir, apa yang ia inginkan.

Bupati Pusponegoro pun merasa kaget dengan permintaan Sigambir, karena meminta melakukan hubungan intim dengan selir kesayangan Pusponegoro, Ratna Dumilah.

Baca Juga: Selain Kisah dari Dua Kakak Beradik, Asal Usul Desa Sumingkir juga Tempat Pengungsian Desa Lain dari Belanda

Ternyata dari dahulu Sigambir memiliki hasrat yang besar ketika melihat Ratna Dumilah. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Pusponegoro sudah berjanji kepadanya, akhirnya dengan berat hati ia menyampaikan permintaan Sigambir pada Ratna Dumilah.

Awalnya ia tidak mau menerima perintah tersebut, karena yang akan ia hadapi adalah seekor kuda. Namun, atas bujukan Pusponegoro akhirnya ia menuruti perintahnya.

Akhirnya Bupati Pusponegoro menyampaikan pesan pada Sigambir bahwa Ratna Dumilah menerima permintaannya. Ia pun berpesan agar hati-hati dalam berhubungan karena ia memiliki ukuran yang berbeda dengan manusia.

Baca Juga: Asal Usul Desa Sumingkir, Awal Cerita dari Kakak Beradik yang Tinggal di Balamoa

Sigambir pun senang kegirangan sedangkan nafsu birahinya sedang memuncak. Sigambir pun segera melakukannya dengan selir tersebut. Karena yang dihadapi adalah seekor kuda, selirnya pun tidak mampu hingga ia menemui ajalnya. Ratna Dumilah meninggal. Pusponegoro pun naik pitam dan segera mengambil senapan serta menembak mati Sigambir. Pusponegoro pun menangis atas kematian Ratna Dumilah dan Sigambir. Ia merasa bersalah karena mengijinkan Sigambir melakukan hal tersebut.

Kematian Sigambir merupakan kesedihan kedua yang harus ia terima, walaupun ia penyebab kematian selir kesayangannya.

Akhirnya jenazah Sigambir dibawa ke sebelah utara alun-alun untuk dimakamkan di suatu tempat yang jauh dengan makam Ratna Dumilah.

Baca Juga: Begini Asal Usul Desa Penujah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal, Simak Beserta Pimpinan Desa

Tempat pemakaman Sigambir sampai sekarang menjadi sebuah desa bernama “Desa Sigambir”.

Desa ini terletak di sebelah utara kelurahan Pasarbatang, Brebes. Makam Sigambir sampai sekarang masih ada di daerah tersebut.

Demikianlah cerita asal usul sejarah Desa Sigambir berdiri.

Baca Juga: Sejarah Asal Usul Desa Tengki Kecamatan Brebes

Disclaimer : Artikel ini hanya mengulas apa yang disampaikan penulis yang dilansir dari gurusiana.id. Jika ada pesan yang berkelanjutan, maka bisa kirimkan selanjutnya di redaksi Portal Brebes.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler