Berikut Asal Usul Desa Pulus Wonosobo, Konon Ada Kyai yang Menetap Disitu dan Dihormati

11 Desember 2023, 18:30 WIB
potret balaidesa Pulus Wonosobo /Tangkapan Layar YouTube Jalan Jalan Desa/

PORTAL BREBES – Berikut asal usul Desa Pulus yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Wonosobo yang terletak di Kecamatan Sukoharjo.

Desa Pulus seperti halnya desa lainnya, memiliki sejarah panjang yang bisa diceritakan dan bisa dibaca melalui artikel ini.

Sebagaimana dilansir Portal Brebes dari laman Pemdes Pulus menyebutkan jika Desa Pulus diperkirakan berdiri pada tahun 1930. Dimana, saat itu Desa Pulus adalah sebuah desa yang sangat terpencil dan memiliki penduduk yang sangat sedikit.

Baca Juga: Larangan Pernikahan Satu Marga! Tradisi Suku Batak yang Sangat di Junjung Tinggi

Tak hanya itu, Desa Pulus juga dikelilingi hutan yang sangat lebat, sehingga waktu penduduk desa kekurangan bahan makanan pokok. Karena semua tanaman di rusak oleh binatang.

Konon, saat itu ada Kyai yang kebetulan sedang melewati desa dan singgah didesa tersebut, Hingga akhirnya kyai tersebut disebut dengan Kyai Pulus. Kyai Pulus diketahui mentap disana, kemudian ia pun meninggal.

Hingga akhirnya warga setempat menamakan desa tersebut dengan nama Desa Pulus.

Baca Juga: Sejarah Upacara Tiwah, Tradisi Kematian yang Unik Suku Dayak!

Sejarah Singkat Kabupaten Wonosobo

Sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo tidak dapat dilepaskan dari kisah tiga pengembara, yang masuk ke wilayah ini pada awal abad 17 lalu. Ketiga orang itu, Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik, kemudian berpisah dan menempati tiga wilayah berbeda.

Kyai Kolodete membuka permukiman di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik memilih wilayah yang kini menjadi Kota Wonosobo. Dari ketiga orang itu pula, muncuk anak keturunan yang di kelak kemudian hari menjadi para penguasa di seputar Wonosobo.

Seperti salah seorang cucu Kyai Karim, yang sering juga disebut Ki Singowedono. Setelah mendapat hadiah dari Keraton Mataram, berupa sebuah wilayah di Selomerto, Ki Singowedono kemudian bergelar Tumenggung Jogonegoro. Jejak Tumenggung Jogonegoro dapat ditemukan di makamnya, di Desa Pakuncen, Selomerto.

Baca Juga: Tradisi Ngayah, Gotong Royong Khas Masyarakat Bali yang Bisa Meningkatkan Solidaritas!

Dari Selomerto itu pula, sejarah asal kata Wonosobo diyakini bermula. Banyak pihak meyakini, kata Wonosobo berasal dari sebuah dusun di Desa Polobangan, Selomerto. Dusun bernama Wanasaba tersebut didirikan oleh  Kyai Wanasaba. Dusun kecil tersebut hingga kini masih ada, dan banyak dikunjungi para peziarah, yang ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.

Sejarah Kabupaten Wonosobo juga berkaitan erat dengan masa perang Diponegoro. Di rentang tahun 1825-1830, wilayah Wonosobo menjadi salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro. Bersama Imam Misbach, atau dikenal pula dengan nama Tumenggung Kertosinuwun, Tumenggung Mangkunegaran, dan Gajah Permodo, Kyai Muhammad Ngarpah berjuang melawan pendudukan Belanda di wilayah Wonosobo. Dalam sebuah pertempuran, Kyai Muhammad Ngarpah berhasil meraih kemenangan pertama, sehingga kemudian diberikan gelar Tumenggung Setjonegoro.

Tumenggung Setjonegoro, yang mengawali kekuasaannya berada di Ledok, Selomerto kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Kota Wonosobo sekarang, setelah menjadi Bupati pertama Wonosobo.

Baca Juga: Tradisi Ngayau: Sejarah Tradisi Kuno Suku Dayak yang Menjadi Kontroversi!

Pemindahan pusat pemerintahan tersebut, setelah dikaji oleh Tim Peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM) bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), para sesepuh dan beberapa tokoh, termasuk pimpinan dewan perwakilan rakyat, dalam sebuah seminar, pada 28 April 1994, kemudian diyakini terjadi pada tanggal 24 Juli 1825. Tanggal 24 Juli itu pula, yang kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.***

Editor: DR Yogatama

Tags

Terkini

Terpopuler